OBJEK KAJIAN
ILMU AQIDAH[1]
Oleh :
Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Aqidah
jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu -sesuai konsep Ahlus Sunnah wal
Jama’ah- meliputi topik-topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah ghaibiyyaat
(hal-hal ghaib), kenabian, takdir, berita-berita (tentang hal-hal yang telah
lalu dan yang akan datang), dasar-dasar hukum yang qath’i (pasti), seluruh
dasar-dasar agama dan keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa’
wal bida’ (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah), semua aliran dan sekte yang
menyempal lagi menyesatkan serta sikap terhadap mereka.
Disiplin ilmu ‘aqidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya, dan nama-nama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dengan firqah-firqah (golongan-golongan) lainnya.
PENAMAAN AQIDAH MENURUT AHLUS SUNNAH
Di antara nama-nama ‘aqidah menurut ulama Ahlus Sunnah adalah:
1. Al-Iman ‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang di-sebutkan dalam Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits Jibril Alaihis sallam. Dan para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam kitab-kitab mereka. [2]
Disiplin ilmu ‘aqidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya, dan nama-nama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dengan firqah-firqah (golongan-golongan) lainnya.
PENAMAAN AQIDAH MENURUT AHLUS SUNNAH
Di antara nama-nama ‘aqidah menurut ulama Ahlus Sunnah adalah:
1. Al-Iman ‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang di-sebutkan dalam Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits Jibril Alaihis sallam. Dan para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam kitab-kitab mereka. [2]
2.
‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id)
3.
Tauhid
‘Aqidah
dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau
pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ wa Shifat.
Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling mulia dan merupakan
tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid secara
umum menurut ulama Salaf. [4]
4.
As-Sunnah
As-Sunnah
artinya jalan. ‘Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para penganutnya
mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para Sahabat di dalam masalah ‘aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah
masyhur (populer) pada tiga generasi pertama. [5]
5.
Ushuluddin dan Ushuluddiyanah
Ushul
artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang qath’i
serta hal-hal yang telah menjadi ke-sepakatan para ulama. [6]
6.
Al-Fiqhul Akbar
Ini
adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar, yaitu
kumpulan hukum-hukum ijtihadi. [7]
7.
Asy-Syari’ah
Maksudnya
adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla dan
Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah
Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah). [8]
Itulah
beberapa nama lain dari ilmu ‘Aqidah yang paling terkenal, dan adakalanya
kelompok selain Ahlus Sunnah menama-kan ‘aqidah mereka dengan nama-nama yang
dipakai oleh Ahlus Sunnah, seperti sebagian aliran Asyaa’irah (Asy’ariyyah),
terutama para ahli hadits dari kalangan mereka.
PENAMAAN
AQIDAH MENURUT FIRQAH (SEKTE) LAIN :
1.
Ilmu Kalam
Penamaan
ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mu-takallimin (pengagung ilmu
kalam), seperti aliran Mu’tazilah, Asyaa’irah [9] dan kelompok yang sejalan
dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena ilmu Kalam itu sendiri
merupakan suatu hal yang baru lagi diada-adakan dan mempunyai prinsip taqawwul
(mengatakan sesuatu) atas Nama Allah dengan tidak dilandasi ilmu.
Dan
larangan tidak bolehnya nama tersebut dipakai karena bertentangan dengan
metodologi ulama Salaf dalam menetapkan masalah-masalah ‘aqidah.
2.
Filsafat
Istilah
ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah
nama yang tidak boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena dasar filsafat itu adalah
khayalan, rasionalitas, fiktif dan pandangan-pandangan khurafat tentang hal-hal
yang ghaib.
3.
Tashawwuf
Istilah
ini dipakai oleh sebagian kaum Shufi, filosof, orientalis serta orang-orang
yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam
‘aqidah, karena merupakan pe-namaan yang baru lagi diada-adakan. Di dalamnya
terkandung igauan kaum Shufi, klaim-klaim dan pengakuan-pengakuan khurafat
mereka yang dijadikan sebagai rujukan dalam ‘aqidah.
Penamaan
Tashawwuf dan Shufi tidak dikenal pada awal Islam. Penamaan ini terkenal (ada)
setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari ajaran agama dan keyakinan selain
Islam.
Dr.
Shabir Tha’imah memberi komentar dalam kitabnya, ash-Shuufiyyah Mu’taqadan wa
Maslakan: “Jelas bahwa Tashawwuf dipengaruhi oleh kehidupan para pendeta
Nasrani, mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di
biara-biara, dan ini banyak sekali. Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia
membebaskan setiap negeri dengan tauhid. Islam memberikan pengaruh yang baik
terhadap kehidupan dan memperbaiki tata cara ibadah yang salah dari orang-orang
sebelum Islam.” [10]
Syaikh
Dr. Ihsan Ilahi Zhahir (wafat th. 1407 H) rahimahullah berkata di dalam bukunya
at-Tashawwuful-Mansya’ wal Mashaadir: “Apabila kita memperhatikan dengan teliti
tentang ajaran Shufi yang pertama dan terakhir (belakangan) serta pendapat-pendapat
yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab Shufi baik yang lama
maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaan yang jauh
antara Shufi dengan ajaran Al-Qur-an dan As-Sunnah. Begitu juga kita tidak
pernah melihat adanya bibit-bibit Shufi di dalam perjalanan hidup Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau Radhiyallahu ‘anhum, yang
mereka adalah (sebaik-baik) pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari para
hamba-Nya (setelah para Nabi dan Rasul). Sebaliknya, kita bisa melihat bahwa
ajaran Tashawwuf diambil dari para pendeta Kristen, Brahmana, Hindu, Yahudi,
serta kezuhudan Budha, konsep asy-Syu’ubi di Iran yang merupakan Majusi di
periode awal kaum Shufi, Ghanusiyah, Yunani, dan pemikiran Neo-Platonisme, yang
dilakukan oleh orang-orang Shufi belakangan.” [11]
Syaikh
‘Abdurrahman al-Wakil rahimahullah berkata di dalam kitab-nya, Mashra’ut
Tashawwuf: “Sesungguhnya Tashawwuf itu adalah tipuan (makar) paling hina dan
tercela. Syaithan telah membuat hamba Allah tertipu dengannya dan memerangi
Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam Sesungguhnya
Tashawwuf adalah (sebagai) kedok Majusi agar ia terlihat sebagai seorang yang
ahli ibadah, bahkan juga kedok semua musuh agama Islam ini. Bila diteliti lebih
mendalam, akan ditemui bahwa di dalam ajaran Shufi terdapat ajaran Brahmanisme,
Budhisme, Zoroasterisme, Platoisme, Yahudi, Nasrani dan Paganisme.” [12]
4.
Ilaahiyyat (Teologi)
Illahiyat
adalah kajian ‘aqidah dengan metodologi filsafat. Ini adalah nama yang dipakai
oleh mutakallimin, para filosof, para orientalis dan para pengikutnya. Ini juga
merupakan pena-maan yang salah sehingga nama ini tidak boleh dipakai, karena
yang mereka maksud adalah filsafatnya kaum filosof dan penjelasan-penjelasan kaum
mutakallimin tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala menurut persepsi mereka.
5.
Kekuatan di Balik Alam Metafisik
Sebutan
ini dipakai oleh para filosof dan para penulis Barat serta orang-orang yang
sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena hanya berdasar pada
pemikiran manusia semata dan bertentangan dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
Banyak
orang yang menamakan apa yang mereka yakini dan prinsip-prinsip atau pemikiran
yang mereka anut sebagai keyakinan sekalipun hal itu palsu (bathil) atau tidak
mempunyai dasar (dalil) ‘aqli maupun naqli. Sesungguhnya ‘aqidah yang mempunyai
pengertian yang benar yaitu ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang bersumber
dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih
serta Ijma’ Salafush Shalih.
[Disalin
dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po
Box 264 Bogor 16001 , Cetakan Pertama Jumadil Akhir
1425H/Agustus 2004M]
__________
Foote Note
[1]. Lihat Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 12-14).
[2]. Seperti Kitaabul Iimaan karya Imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam (wafat th. 224 H), Kitaabul Iimaan karya al-Hafizh Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah (wafat th. 235 H), al-Imaan karya Ibnu Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitabul Iman karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) .
[3]. Seperti ‘Aqiidatus Salaf Ash-haabil Hadiits karya ash-Shabuni (wafat th. 449 H), Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 5-6) oleh Imam al-Lalika-i (wafat th. 418 H) dan al-I’tiqaad oleh Imam al-Baihaqi (wafat th. 458 H).
[4]. Seperti Kitaabut Tauhiid dalam Shahiihul Bukhari karya Imam al-Bukhari (wafat th. 256 H), Kitaabut Tauhiid wa Itsbaat Shifaatir Rabb karya Ibnu Khuzaimah (wafat th. 311 H), Kitaab I’tiqaadit Tauhiid oleh Abu ‘Abdillah Muhammad bin Khafif (wafat th. 371 H), Kitaabut Tauhiid oleh Ibnu Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitaabut Tauhiid oleh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (wafat th. 1206 H).
[5]. Seperti kitab as-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal (wafat th. 241 H), as-Sunnah karya ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (wafat th. 290 H), as-Sunnah karya al-Khallal (wafat th. 311 H) dan Syarhus Sunnah karya Imam al-Barba-hari (wafat th. 329 H).
[6]. Seperti kitab Ushuuluddin karya al-Baghdadi (wafat th. 429 H), asy-Syarh wal Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya Ibnu Baththah al-Ukbari (wafat th. 387 H) dan al-Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya Imam Abul Hasan al-Asy’ari (wafat th. 324 H).
[7]. Seperti kitab al-Fiqhul Akbar karya Imam Abu Hanifah t (wafat th. 150).
[8]. Seperti kitab asy-Syarii’ah oleh al-Ajurri (wafat th. 360 H) dan al-Ibaanah ‘an Syarii’atil Firqah an-Naajiyah karya Ibnu Baththah.
[9]. Seperti Syarhul Maqaashid fii ‘Ilmil Kalaam karya at-Taftazani (wafat th. 791 H).
[10]. Ash-Shuufiyyah Mu’taqadan wa Maslakan (hal. 17), dikutip dari Haqiiqatuth Tashawwuf karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan (hal. 18-19).
[11]. At-Tashawwuf al-Mansya’ wal Mashaadir (hal. 50), cet. I/ Idaarah Turjumanis Sunnah, Lahore-Pakistan, th. 1406 H.
[12]. Mashra’ut Tashawwuf (hal. 10), cet. I/ Riyaasah Idaaratil Buhuuts al-‘Ilmiyyah wal Iftaa’, th. 1414 H..
Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1075/slash/0
Foote Note
[1]. Lihat Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 12-14).
[2]. Seperti Kitaabul Iimaan karya Imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam (wafat th. 224 H), Kitaabul Iimaan karya al-Hafizh Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah (wafat th. 235 H), al-Imaan karya Ibnu Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitabul Iman karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) .
[3]. Seperti ‘Aqiidatus Salaf Ash-haabil Hadiits karya ash-Shabuni (wafat th. 449 H), Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 5-6) oleh Imam al-Lalika-i (wafat th. 418 H) dan al-I’tiqaad oleh Imam al-Baihaqi (wafat th. 458 H).
[4]. Seperti Kitaabut Tauhiid dalam Shahiihul Bukhari karya Imam al-Bukhari (wafat th. 256 H), Kitaabut Tauhiid wa Itsbaat Shifaatir Rabb karya Ibnu Khuzaimah (wafat th. 311 H), Kitaab I’tiqaadit Tauhiid oleh Abu ‘Abdillah Muhammad bin Khafif (wafat th. 371 H), Kitaabut Tauhiid oleh Ibnu Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitaabut Tauhiid oleh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (wafat th. 1206 H).
[5]. Seperti kitab as-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal (wafat th. 241 H), as-Sunnah karya ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (wafat th. 290 H), as-Sunnah karya al-Khallal (wafat th. 311 H) dan Syarhus Sunnah karya Imam al-Barba-hari (wafat th. 329 H).
[6]. Seperti kitab Ushuuluddin karya al-Baghdadi (wafat th. 429 H), asy-Syarh wal Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya Ibnu Baththah al-Ukbari (wafat th. 387 H) dan al-Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya Imam Abul Hasan al-Asy’ari (wafat th. 324 H).
[7]. Seperti kitab al-Fiqhul Akbar karya Imam Abu Hanifah t (wafat th. 150).
[8]. Seperti kitab asy-Syarii’ah oleh al-Ajurri (wafat th. 360 H) dan al-Ibaanah ‘an Syarii’atil Firqah an-Naajiyah karya Ibnu Baththah.
[9]. Seperti Syarhul Maqaashid fii ‘Ilmil Kalaam karya at-Taftazani (wafat th. 791 H).
[10]. Ash-Shuufiyyah Mu’taqadan wa Maslakan (hal. 17), dikutip dari Haqiiqatuth Tashawwuf karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan (hal. 18-19).
[11]. At-Tashawwuf al-Mansya’ wal Mashaadir (hal. 50), cet. I/ Idaarah Turjumanis Sunnah, Lahore-Pakistan, th. 1406 H.
[12]. Mashra’ut Tashawwuf (hal. 10), cet. I/ Riyaasah Idaaratil Buhuuts al-‘Ilmiyyah wal Iftaa’, th. 1414 H..
Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1075/slash/0