Apabila
musafir dijadikan sebagai imam orang-orang mukim dan dia mengqashar
shalatnya maka hendaklah orang-orang yang mukim meneruskan shalat
mereka sampai selesai (empat raka'at), namun agar tidak terjadi
kebingungan hendaklah imam yang musafir memberi tahu makmumnya bahwa dia
shalat qashar dan hendaklah mereka (makmum yang mukim) meneruskan
shalat mereka sendiri-sendiri dan tidak mengikuti salam setelah dia
(imam) salam dari dua raka'at. Hal ini pernah di lakukan Rasulullah
shallallahu alaihi wa'ala alihi wasallam ketika berada di Makkah
(musafir) dan menjadi imam penduduk Mekkah, beliau shallallahu alaihi
wa'ala alihi wasallam berkata:
Sempurnakanlah shalatmu (empat raka’at) wahai penduduk Mekkah ! Karena kami adalah musafir.[35]
Beliau shallallahu alaihi wa'ala alihi wasallam shalat dua-dua
(qashar) dan mereka meneruskan sampai empat raka'at setelah beliau
salam.[36]
Apabila imam yang musafir
tersebut khawatir membingungkan makmumnya dan dia shalat empat raka'at
(tidak mengqashar) maka tidaklah mengapa karena hukum qashar adalah
sunnah mu'akkadah dan bukan wajib.[37]
Footnote:
[36]. Lihat Al-Majmu' Syarah Muhadzdzab 4/178 dan Majmu' Fatawa Syaikh Utsaimin 15/269
[37]. Lihat Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdullah bin Abdir Rahman Al- Bassam 2/294-295
[38].
Lihat Al-Mughni, Ibnu Qudamah 3/216, Al-Majmu'Syarh Muhadzdzab, Imam
Nawawi 4/247-248, lihat pula Majmu'Fatawa Syaikh Utsaimin 15/370.
Sumber: http://www.almanhaj.or.id/content/1336/slash/0