Umumnya dilakukan oleh yang kurang imannya
Mungkin
awalnya tidak bermaksud mencari jodoh, akan tetapi lemahnya iman yang
membuatnya bermudah-mudah berhubungan dengan hubungan yang tidak halal,
padahal mereka sudah mengetahui ilmunya. Inilah fenomena yang sering
terjadi belakangan ini, wanita dibalik hijabnya yang tertutup rapat
tetapi hijab kehormatannya tidak tertutup dibalik e-mail, inbox FB, dan
SMS. Begitu juga dengan laki-laki dengan penisbatan mereka kepada,
“as-salafi”, “al-atsari” dengan hiasan-hiasan status dan link berbau syar’i, akan tetapi sikap dan wara’-nya tidak menunjukkan demikian.
Hubungan
laki-laki dengan wanita yang berujung cinta adalah kebahagian hati
terbesar bagi manusia terutama pemuda, lebih-lebih bagi mereka yang
belum pernah mecicipi sama sekali. Maka ketika bisa merasakan pertama
kali sebagaimana berbuka puasa, sangat nikmat dan bahagia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“Orang
yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa
dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Mereka yang sudah paham tentu
tidak leluasa melakukannya di dunia nyata, baik karena tidak ada
kesempatan ataupun malu jika ketahuan. Akan tetapi kedua hal ini hilang
ketika berkecimpung di dunia maya. Mulai dari cara halus dengan
menyindir dan tersirat ke arah cinta tak halal sampai dengan cara
terang-terangan. Ketika mereka merasakan nikmat perasaan cinta yang
berbunga-bunga maka lemahnya iman tidak bisa membendung sebagaimana
berbuka puasa. Sehingga terjalinlah cinta yang tidak diperkenankan
syariat bahkan sampai ke arah pernikahan.
Terkesan shalih dan shalihah di dunia maya
Jangan langsung terburu-buru menilai seseorang alim atau shalih hanya karena melihat aktifitasnya di dunia maya. Sering meng-update status-status agama, menaut link-link agama dan terlihat sangat peduli dengan dakwah. Hal
ini belum tentu dan tidak menjadi tolak ukur keshalihan seseorang. Dan
apa yang ada di dunia maya adalah teori, bukan praktek langsung.
Bisa jadi sesorang sering menulis status agama, menaut link syar’i
tetapi malah mereka tidak melaksanakannya dan melanggarnya, apalagi ada
beberapa orang yang bisa menjaga image alim di dunia maya, pandai merangkai kata, pandai menjaga diri dan pandai memilih kata-kata yang bisa memukai banyak orang
Tolak ukur kita bisa menilai keshalihan seseorang secara dzahir adalah takwa dan aklaknya
yang terkadang langsung bisa kita nilai dan melihatnya di dunia nyata,
bukan menilai semata-mata bagaimana teorinya saja di dunia maya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringilah kejelekan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskan kejelekan tersebut dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987 dan Ahmad 5/153. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan hadist ini,
فمن اتقى الله و حقق تقواه, و خالق الناس غلى اختلاف طبقاتهم بالخلق الحسن
: فقد جاز لخير كله, لآنه قام بجق الله و حقوق الغباد,
ولآنه كان من المحسنين في عبادة الله, المحسنين إلى عباد الله
“Barangsiapa
bertakwa kepada Alloh, merealisasikan ketakwaannya dan berakhlak
kepada manusia -sesuai dengan perbedaan tingkatan mereka- dengan akhlak
yang baik, maka ia medapatkan kebaikan seluruhnya, karena ia
menunaikan hak hak Alloh dan Hamba-Nya. [Bahjatu Qulubil Abror hal 62, cetakan pertama, Darul Kutubil ‘ilmiyah]
Tidak amanah ilmiyah
Ada
juga yang ingin nampak alim dan berilmu di dunia maya dengan niat yang
tidak ikhlas [Alhamdulillah ini cukup sedikit]. Selain cara-cara di
atas seperti update status agama setiap jam, menaut link beberapa kali
sehari, membuat note setiap hari [waktunya sangat terbuang di dunia
maya]. Ada cara lainnya yaitu tidak melakukan amanat ilmiyah misalnya:
- membuat note hampir tiap hari
dengan copas dari tulisan orang lain tetapi tidak mencantumkan sumber
sehingga orang menyangka dia yang menulisnya
- membuat note dengan copas dari
tulisan lainnya, kemudian mengubah-ubah sedikit atau menambah komentar
sedikit kemudian menisbatkan tulisan pada dirinya.
Dan masih banyak contoh yang lainnya, silahkan baca Menunaikan Amanah Ilmiyah dan Jujur Dalam Tulisan
Maka tidak heran ada yang
mengaku pernah bertemu dengan seseorang yang di dunia maya terkesan
sangat alim dan berilmu. Namun tatkala bertemu di dunia nyata, ternyata
ia jauh dari apa yang ia sandiwarakan di dunia maya. Jauh dari ilmu,
akhlak dan takwa.
Perlu husnudzan juga
Kita perlu mengedapankan husnudzon
juga, karena ada mereka yang memang kerjanya berhubungan dengan dunia
internet seperti ahli IT dan berdagang via internet. Jadi mereka sangat
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdakwah mengingat sekarang
dunia maya sangat digandrungi oleh masyarakat dunia. Sebaiknya kita
jangan berburuk sangka kepada mereka dengan mengira sok alim, sok update status bahasa arab, sok serba syar’i dan sok suci. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. (QS al-Hujuraat: 12)
Kita juga perlu melihat panutan
para ulama dan ustadz, mereka lebih sibuk dan lebih memprioritaskan
dengan ilmu dan dakwah di dunia nyata, karena kita hidup di dunia
nyata. Ilmu dan dakwah di dunia maya adalah prioritas kemudian setelah
ilmu dan dakwah di dunia nyata.
Terperdaya dengan cinta dunia maya
Dan
mereka yang tidak kuat imannya, terperdaya sekaligus dengan hubungan
tak halal yang mereka lakukan, mereka sudah terperangkap cinta. maka
semakin lengkap sudah, mereka melihatnya sebagai sebuah keindahan tiada
tara sampai-sampai menutup beberapa kekurangan yang harusnya menjadi
pertimbangan paling terdepan yaitu agama dan ahklak.
Keindahan bisa membuat jatuh cinta…
Dan cinta bisa membuat segalanya menjadi indah…
Seorang penyair berkata,
هويتك إذ عينى عليها غشاوة … فلما انجلت قطعت نفسي ألومها
“Kecintaanku kepadamu menutup mataku
Namun ketika terlepas cintaku, semua aibmu menampakkan diri”
[[Al-Jawabul Kaafi 214, Darul Ma’rifah, cetakan pertama, Asy-Syamilah]
Inilah salah satu yang
dikhawatirkan, karena cinta sudah menancap tidak peduli lagi, padahal
kenal hanya di dunia maya, kemudian memutuskan untuk ketemu, ta’aruf
ala kadar dan menikah. untuk mengetahui bagaimana kehidupan dunianya
saja sulit, bagaimana wajah aslinya [walaupun tukar foto, maka foto
sekarang bisa berbalik 180 derajat dengan aslinya], bagaimana masa
depannya dan bagaimana tanggung jawabnya, apalagi untuk mengetahui
agama dan akhlaknya yang menjadi prioritas utama, walaupun terkesan
shalih tetapi sekali lagi itu hanya di dunia maya, belum tentu.
Wanita korban utama
Jelas
wanita yang lebih menjadi korban, karena wanita umumnya memiliki hati
yang lemah, lemah dengan pujian, lemah dengan perhatian, lemah dengan
kata-kata puitis. Bisa kita lihat di berita-berita bagaimana wanita
tidak sedikit yang menjadi korban, baik korban kejahatan, pelecehan
seksual sampai pemerkosaan oleh teman yang ia kenal di dunia maya.
Begitu juga dengan wanita
penuntut ilmu agama, mengingat pentingnya agama dan akhlak suami,
sampai-sampai ada yang berkata, “agama istri mengikuti suaminya, jika
ada wanita yang multazimah menikah dengan laki-laki yahudi, maka
ia akan terpengaruh”. Jika wanita tersebut terjerumus dengan cinta di
dunia maya dan sudah tertancap cinta dan sudah tertutup kekurangan
laki-laki tersebut dengan cinta buta.
Sebagaimana kisah nyata yang
kami dapatkan, mereka berdua kenal di dunia maya, kemudian sang
laki-laki dari kota yang jauh menyebrang dua pulau datang untuk bertemu
ke kota wanita tersebut. Maka sang wanita yang sudah terperangkap
cinta, langsung “klepek-klepek” dengan sedikit pengorbanan laki-laki
tersebut dan langsung ingin menikah. Padahal lak-laki tersebut,
wajahnya kurang, porsi tubuh juga kurang, ilmu agama juga belum jelas,
dan masa depan juga masih belum jelas karena hanya lulusan SMA. [Semoga
mereka berdua bertaubat dan selalu berada dalam penjagaan Allah, Amin]
Jangan memulai sesuatu yang suci dengan kemurkaan Allah
Pernikahan
dan membangun rumah tangga adalah sesuatu yang suci dan anjuran
syariat. Dari pernikahan berawal segala sesuatu dan mengubah kehidupan
seseorang dengan perubahan yang besar. Kemudian dari pernikahan
lahirnya manusia, lahirlah masyarakat dan lahir berbagai perihal
kehidupan. Maka janganlah kita memulainya dengan kemurkaan dan
ketidakridhaan dari Allah. Jangan kita mulai dengan hubungan yang tidak
halal. Karena ia adalah dasar dan pondasinya.
Hendaklah yakin dengan janji Allah dan bersabar dengan ta’aruf yang syar’i, perbaiki diri dan tingkatkan kualitas ilmu, iman, akhlak dan takwa maka kita akan mendapat pasangan yang baik. Allah Ta’ala berfirman,
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita
yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk
wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki
yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula.” (QS. An Nur: 26)
Alhamdulillahilladzi bi
ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad
wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
6 Shafar 1432 H, Bertepatan 31 Desember 2011
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel http//muslimafiyah.com