Oleh: Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al Maidani
Sesungguhnya menjaga sunnah yang telah diwariskan oleh Rosulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kemuliaan yang tiada tara disisi
Allah Ta’ala. Akan tetapi untuk mewujudkannya membutuhkan pengorbanan
yang sangat besar. Terlebih lagi, jika dituntut untuk merealisasikannya
dimasa akhir zaman. Yaitu pada masa dimana hawa nafsu terus diumbar,
fatamorgana kesenangan dunia selalu diprioritaskan, sifat pelit telah
menjadi panutan, dan setiap orang yang memiliki rasio merasa bangga
dengan pikirannya.
Inilah waktu yang kebanyakan manusia tidak lagi menghiraukan ajaran
sunnah. Kelangkaan mengamalkan sunnah sudah menjadi tradisi yang
mengakar ditengah-tengah kehidupan manusia pada umumnya. Sedangkan
berkomitmen dengan sunnah laksana menggenggam bara api. Namun bukan
berarti bahwa ajaran sunnah telah lenyap secara keseluruhan dari muka
bumi ini. Pejuang sunnah akan tetap eksis sampai Allah mendatangkan hari
kiamat, walaupun dalam jumlah yang minoritas. Demikianlah Rosulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan jaminan yang pasti, sebagaimana
dalam sabdanya,
“Senantiasa akan ada sekumpulan kecil dari umatku yang selalu tampak
diatas kebenaran. Tidak akan membahayakan mereka siapa saja yang
menyelisihi dan merendahkan mereka, sampai datang perintah dari Allah
(hari kiamat), sementara mereka masih dalam kondisi yang demikian itu”.
(HR. Al Bukhari dan Muslim dari Sahabat Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu)
Mereka yang mau membangun kembali puing-puing sunnah yang sudah runtuh
dan dilupakan adalah pihak yang sangat berbahagia. Allah telah
menjanjikan pahala yang cukup besar sebagai ganjaran atas perjuangan
mereka. Keberuntungan ini tergambar dalam sabda Rosulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sebagai berikut,
“Hendaklah kalian memerintah kepada yang baik dan melarang dari yang
mungkar, sampai kalian melihat sifat pelit sudah dipeturutkan, hawa
nafsu sudah diikuti, dunia sudah diprioritaskan, dan setiap orang yang
memiliki rasio sudah merasa bangga dengan pikirannya, maka hendaklah
engkau menjaga dirimu sendiri dan tinggalkanlah urusan keumuman manusia.
Sesungguhnya dibelakang kalian terdapat hari-hari kesabaran. Saat itu
kesabaran (diatas agama) laksana menggenggam bara api. Bagi yang mau
mengamalkan (agama) diantara mereka (niscaya akan memperoleh) seperti
pahala lima puluh orang yang beramal seperti amalnya”.
Dalam sebuah riwayat: “Sang sahabat bertanya, wahai Rosulullah! Apakah
(seperti) pahala lima puluh orang dari mereka? Beliau menjawab,
(seperti) pahala lima puluh orang dari kalian”. (HR. Abu Daud, At
Tirmidzi dan beliau menghasankannya, Ibnu Majah, An Nasai, Ibnu Hibban,
serta yang selainnya, dari sahabat Abu Tsa’labah Al Khusyani. Lihat “Al
Qobidhuna ‘Alal Jamr” karya Salim Al Hilali, hal 11-dst)
http://alhujjah.wordpress.com/sunnah/