Ustadz Abu Mushlih Ari WahyudiAllah ta'ala berfirman (yang artinya), “Akan bisa mengambil pelajaran itu orang yang merasa takut -kepada Allah-.” (QS. al-A'la: 10)
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal salih itu maka Rabb mereka akan memberikan petunjuk kepada mereka dengan sebab keimanan mereka.” (QS. Yunus: 9)
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah datang dari Allah kepada kalian cahaya dan kitab yang jelas, dengan sebab itulah Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya demi meniti jalan-jalan keselamatan, Allah mengentaskan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya dengan izin-Nya, dan Allah tunjuki mereka menuju jalan yang lurus.” (QS. al-Ma'idah: 15-16)
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Allah akan menambahkan petunjuk kepada orang-orang yang menjalankan petunjuk itu.” (QS. Maryam: 76)
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya hal itu menjadi bukti yang jelas bagi orang yang merasa takut kepada azab akhirat.” (QS. Hud: 103)
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya hal itu menjadi bukti yang jelas bagi setiap orang yang penyabar dan pandai bersyukur.” (QS. asy-Syura: 33)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Sesungguhnya sabar dan syukur menjadi sebab seorang hamba untuk bisa memetik pelajaran dari ayat-ayat yang disampaikan. Hal itu dikarenakan sabar dan syukur merupakan pondasi keimanan. Separuh iman itu adalah sabar, separuhnya lagi adalah syukur. Kekuatan iman seorang hamba sangat bergantung pada sabar dan syukur yang tertanam di dalam dirinya. Sementara, ayat-ayat Allah hanya akan bermanfaat bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan meyakini ayat-ayat-Nya. Imannya itu pun tidak akan sempurna tanpa sabar dan syukur. Pokok syukur itu adalah tauhid. Adapun pokok kesabaran adalah meninggalkan bujukan hawa nafsu. Apabila seseorang mempersekutukan Allah dan lebih memperturutkan hawa nafsunya, itu artinya dia belum menjadi hamba yang penyabar dan pandai bersyukur. Oleh sebab itulah ayat-ayat yang ada menjadi tidak bermanfaat baginya dan tidak akan menumbuhkan keimanan pada dirinya sama sekali (lihat adh-Dhau' al-Munir 'ala at-Tafsir [1/145])
Saudaraku, mungkin sudah ratusan ayat dan hadits yang pernah kita dengar... Akan tetapi seringkali seolah ayat dan hadits itu tidak menyisakan bekas apa-apa di dalam hati dan perilaku kita. Ada apa sesungguhnya? Apakah ayat dan hadits itu yang keliru sehingga tidak mempengaruhi diri kita? Tentu saja tidak... Sebab ternyata hal itu justru terjadi karena kesalahan diri kita sendiri.
Mungkin selama ini kita tidak ikhlas, tidak tulus dalam mengabdi kepada-Nya, dan lebih mengutamakan keinginan hawa nafsu dan perasaan kita di atas ketetapan dan ketaatan kepada-Nya. Sehingga tidaklah mengherankan jika peringatan, ancaman, anjuran ataupun kisah-kisah yang dibawakan di dalam ayat ataupun hadits itu tidak memberikan bekas sama sekali ke dalam jiwa. Ya, banyak ajaran tauhid yang belum kita amalkan. Banyak rambu kesabaran yang kita abaikan.
Marilah kita memohon kepada Allah untuk menganugerahkan kepada kita kesabaran dan syukur kepada-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa untuk memberikannya.
Sumber: https://www.facebook.com/notes/abu-mushlih-ari-wahyudi/bermanfaatkah-ayat-dan-hadits-bagiku/10150433681476123