Sebagian manusia menjalani hidupnya
di jalan yang terbalik,
memprioritaskan sesuatu padahal hal tersebut terbalik atau salah.
Di
bawah ini contoh-contohnya:
Pertama, Sebagian manusia lebih memilih menyembah dan beribadah
kepada selain Allah Ta’ala, padahal sembahan itu lemah, tidak mencipta bahkan
diciptakan, tidak memiliki apa, apalagi sampai berkuasa, mencipta dan mengatur,
daripada menyembah dan beribadah kepada Allah yang Maha Pencipta, Pengatur dan
Berkuasa.
ذَلِكَ بِأَنَّ
اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ
اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
Artinya:
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa
saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya
Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar“. QS. Luqman: 30.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ
الذُّبَابُ
شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ (73
مَا قَدَرُوا
اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (74
Artinya: “Hai
manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan
jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah)
yang disembah”. “Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa“. QS. Al Hajj:
73-74.
يُولِجُ اللَّيْلَ فِي
النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ
وَالَّذِينَ
تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
Artinya:
“Dia (Allah) yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam
malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu
yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah
kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai
apa-apa walaupun setipis kulit ari“. QS. Fatir: 13.
Kedua, Sebagian
manusia terutama muslim lebih memilih untuk menciptakan cara beribadah sendiri,
yang pastinya banyak kesalahan dan juga ditolak oleh Allah Ta’ala. Meninggalkan
cara beribadah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai merupakan
khalilullah, seseorang yang memang diutus oleh Allah Ta’ala untuk mengajarkan
dan menunjuki seluruh manusia dan jin tentang cara beribadah yang benar dan
diridhai oleh-Nya.
يَا أَيُّهَا
الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ
فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
إِنَّ اللَّهَ
لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya: “Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir“. QS. Al Maidah: 67.
وَأَنَّ هَذَا
صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Dan bahwa
(yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa“. QS. Al An’am: 153.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31
قُلْ أَطِيعُوا
اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
الْكَافِرِينَ (32
Artinya: “Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
“Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir“. QS. Ali Imran: 31-32.
عن عَائِشَة رضي الله
عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ
« مَنْ عَمِلَ
عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ». رواه مسلم
Artinya:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa yang melakukan sebuah amalan yang bukan dari
perkara kami maka amalan tersebut tertolak”. HR. Muslim.
Ketiga, Sebagian
manusia lebih mementingkan kehidupan dunia yang sementara, yang hina, yang
rendah bahkan lebih rendah bangkai hewan yang cacat, yang tidak memiliki nilai
sama sekali bahkan walau hanya setetes air yang jatuh dari satu jemari
dibandingkan dengan seluruh lautan, bahkan lagi, yang tidak senilai dengan satu
sayap nyamuk. Meninggalkan kehidupan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.
Apapun yang diinginkan ada.
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ
وَأَبْقَى
Artinya: “Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal“. QS. Al A’la:17.
وَلَكُمْ فِيهَا
مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ 31
Artinya: “ di
dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula)
di dalamnya apa yang kamu minta“. QS. Fushshilat: 31.
فَلَا تَعْلَمُ
نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ 17
Artinya: “Seorang pun
tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam
nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan“. QS. As Sajdah: 17.
عَنْ سَهْلِ بْنِ
سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
« لَوْ كَانَتِ
الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا
شَرْبَةَ مَاءٍ ». رواه الترمذي
Artinya: “Sahal bin
Sa’ad radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Jikalau dunia senilai dengan satu sayap nyamuk disisi Allah maka
seorang yang kafir tidak akan di berikan seteguk air darinya“. HR. Tirmidzi.
عن مُسْتَوْرِد رضي
الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
وَاللَّهِ مَا
الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ
هَذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ
يَرْجِعُ رواه مسلم.
Artinya: “Dari
Mustawrid radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat
kecuali laksana sesorang dari kalian mencelupkan telunjukknya ke dalam lautan,
maka perhatikan bagaimanakah dia (air) kembali (jatuh dan dibandingkan dengan
lautannya)”. HR. Muslim.
عَنْ جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- مَرَّ بِالسُّوقِ
دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْىٍ
أَسَكَّ مَيِّتٍ
فَتَنَاوَلَهُ
فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ
». فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ «
أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ »
. قَالُوا وَاللَّهِ
لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ
فَقَالَ « فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
».
Artinya:
“Jabir radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memasuki pasar dari sebuah perkampungan dan orang-orang disekeliling
beliau, beliau melewati bangkai kambing yang cacat kupingnya, lalu beliau
menghampirinya dan memegang kupingnya kemudian beliau bersabda: “Siapakah
dianatara kalian yang menginginkan bangkai ini menjadi miliknya dengan harga
satu dirham?”, para shahabat menjawab: “Kami tidak menginginkannya walau
seberapapun harganya, apa yang kami bisa lakukan dengannya?”, beliau bersabda:
“Maukah kalian bangkai ini untuk kalian (sebagai hadiah)?”, para shahabat
menjawab: “Demi Allah, jikalau dia hidup maka dia mempunyai aib karena dia
cacat kupingnya, apalgi dalam keadaan bangkai?!”, beliau bersabda: “Demi Allah,
sungguh dunia lebih hina bagi Allah dari bangkai ini atas kalian“. HR. Muslim.
Keempat, Sebagian
manusia lebih betah duduk dihadapan tv nonton, yang acaranya maksiat
menghasilkan dosa, dibanding dengan duduk di dalam masjid yang diganjar dengan
doa malaikat untuknya agar mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى
جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ
بِضْعًا وَعِشْرِينَ
دَرَجَةً وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ
أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ
الصَّلاَةَ فَلَمْ يَخْطُ
خَطْوَةً إِلاَّ
رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ
الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ
الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ
وَالْمَلاَئِكَةُ
يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ
يَقُولُونَ
اللَّهُمَّ
ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ
فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ ». رواه مسلم
Artinya:
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Shalatnya seseorang berjama’ah melebihi shalatnya
di rumah dan pasarnya sebanyak 25 derajat, yang demikian itu karena seseorang
dari kalian jika dia berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya lalu dia
mendatangi masjid, tidaklah mendatanginya kecuali menginginkan shalat, maka
tidaklah dia melangkahkan satu kaki kecuali diangkatkan untuknya dengan satu
langkanya tadi satu tingkatan, dan dihapuskan darinya dengan satu langkahnya
tadi satu kesalahan sampai dia masuk ke dalam masjid dan jika telah masuk ke
dalam masjid maka ia adalah di dalam shalat selama shalat tersebut menahannya
(keluar dari masjid). Dan para malaikat bershalwat atas seorang dari kalaian
selama ia di tempatnya yang ia shalat di dalamnya, para malaikat berdoa: “Ya
Allah rahmatilah dia , ya Allah ampuni dia, ya Allah berikan taubat kepadanya”,
selama dia tidak mengganggu di dalamnya dan selam tidak berhadats“. HR. Muslim.
Kelima, Sebagian manusia lebih betah, bahkan berjam-jam,
sampai-sampai istri / suami / anak-anaknya dilalaikan, membaca status-status
membersnya di situs-situs jejaring sosial yang tidak bermanfaat bahkan tidak
sedikit mendatangkan bahaya dan dosa, daripada membaca Al Quran dan buku-buku
lainnya yang bermanfaat dan mendatang pahala pastinya. Membaca Al Quran satu
hurufnya di ganjar sepuluh kebaikan, mendegarkannya mendatangkan rahmat Allah,
pandainya membacanya bersama malikat yang mulia dan yang berjuang membacanya
meskipun agak kesulitan mendapatkan dua pahala.
عن عَبْد اللَّهِ بْنَ
مَسْعُودٍ رضي الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ
وَالْحَسَنَةُ
بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم َرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ
حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ». رواه الترمذي
Artinya: Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (al Quran) maka
baginya sebab bacaan tersebut mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan
dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan, aku tidak mengatakan Alif laam mim satu
huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan mim satu huruf“. HR.
Tirmidzi.
2وَإِذَا قُرِئَ
الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ 04
Artinya: “Jika
dibacakan Al Quran maka dengar dan simaklah semoga kalian dirahmati“. QS. Al
A’raf: 204.
عَنْ عَائِشَةَ رضي
الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمَاهِرُ
بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ
وَالَّذِى
يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
». رواه مسلم
Artinya:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Orang yang pandai membaca Al Quran akan bersama para
malaikat yang mulia dan baik, dan yang membaca al Quran dalam keadaan
terbata-bata dan sulit, baginya maka ia akan mendapatkan dua pahala“. HR.
Muslim.
Keenam, Sebagian
manusia sangat semangat mencari penghidupan dunia bahkan dibela-bela sampai
lembur-lembur, seakan-akan hidup selamanya padahal hanya sementara, dibanding
dengan semangat mencari ilmu syar’i di majelis-majelis ilmu yang bermanfaat
untuk kehidupan dunia dan juga akhiratnya yang kekal.
Ketujuh, Sebagian
manusia lebih semangat memenuhi panggilan bosnya daripada memenuhi panggilan
Rabbnya Allah Ta’ala.
Kedelapan, Sebagian manusia lebih bersemangat mengajak orang berbuat
maksiat, dia menjadi pelopor maksiatnya daripada menjadi penunjuk kepada
kebaikan dan ketaatan.
Kesembilan, Sebagian manusia lebih bersemangat
mengumpulkan harta di dunia padahal harta dunia tidak bisa di bawa mati dan
tidak bermanfaat setelah kematian jika tidak digunakan di jalan Allah, lebih
bersemangat daripada mengumpulkan bekal untuk kehidupan setelah mati.
Dan
biarkanlah contoh-contoh ini berhenti di angka sembilan, angka yang ganjil,
karena Allah mencintai yang ganjil. Padahal masih banyak lagi contoh-contoh
yang lain, atau kalau mau improve saja sendiri dengan merenung dan
intsrospeksi.
*)
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin, Ahad malam, 29 Dzulhijjah 1431H
Sumber
: http://www.dakwahsunnah.com