Pertama, adalah nikmat yang nampak di mata hamba.
Kedua, adalah nikmat yang diharapkan kehadirannya.
Ketiga, adalah nikmat yang tidak dirasakan.
Itulah nikmat yang sering kita lupakan.
Kita mungkin hanya tahu berbagai nikmat yang ada di hadapan kita,
semisal rumah yang mewah, motor yang bagus, dsb. Begitu juga kita
senantiasa mengharapkan nikmat lainnya semacam berharap agar tetap
istiqomah dalam agama ini, bahagia di masa mendatang, hidup
berkecukupan nantinya, dsb. Namun, ada pula nikmat yang mungkin tidak kita rasakan, padahal itu juga nikmat.
Ibnul Qoyyim menceritakan bahwa ada seorang Arab menemui Amirul Mukminin Ar Rosyid. Orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin. Semoga Allah senantiasa memberikanmu nikmat dan mengokohkanmu untuk mensyukurinya. Semoga Allah juga memberikan nikmat yang engkau harap-harap dengan engkau berprasangka baik pada-Nya dan kontinu dalam melakukan ketaatan pada-Nya. Semoga Allah juga menampakkan nikmat yang ada padamu namun tidak engkau rasakan, semoga juga engkau mensyukurinya.” Ar Rosyid terkagum-kagum dengan ucapan orang ini. Lantas beliau berkata, “Sungguh bagus pembagian nikmat menurutmu tadi.”
Semoga kita termasuk orang yang mensyukuri tiga macam nikmat ini.
Faedah dari Ibnul Qoyyim dari kitab beliau Al Fawa’id, hal. 165-166, Darul ‘Aqidah.
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
Ibnul Qoyyim menceritakan bahwa ada seorang Arab menemui Amirul Mukminin Ar Rosyid. Orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin. Semoga Allah senantiasa memberikanmu nikmat dan mengokohkanmu untuk mensyukurinya. Semoga Allah juga memberikan nikmat yang engkau harap-harap dengan engkau berprasangka baik pada-Nya dan kontinu dalam melakukan ketaatan pada-Nya. Semoga Allah juga menampakkan nikmat yang ada padamu namun tidak engkau rasakan, semoga juga engkau mensyukurinya.” Ar Rosyid terkagum-kagum dengan ucapan orang ini. Lantas beliau berkata, “Sungguh bagus pembagian nikmat menurutmu tadi.”
Semoga kita termasuk orang yang mensyukuri tiga macam nikmat ini.
Faedah dari Ibnul Qoyyim dari kitab beliau Al Fawa’id, hal. 165-166, Darul ‘Aqidah.
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com