Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
(artinya): “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam suri tauladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang-orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut
Allah.” (Al Ahzab: 21)
Para pembaca yang mulia, semoga
Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa mencurahkan rahmat dan taufiq-Nya kepada
kita semua. Sibuk dengan ritual keagamaan belum menjadi jaminan seseorang telah
shalih, alim, atau ahli ketaatan. Penampilan seseorang dalam beragama hendaknya
diukur sejauh mana dirinya menerapkan amal shalih yang didasari keikhlasan dan
mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa dua prinsip
dasar yang harus selalu beriringan ini, maka amaliah seseorang akan menjadi
sia-sia. Ia akan mendapatkan kehampaan pahala dan terseret ke arah amaliah yang
jauh dari agama Islam itu sendiri.
Tentu merupakan sebuah kewajiban
setiap muslim untuk beramal dalam agama Islam ini dengan mengikuti segala apa
yang diperintahkan dan dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beragama yang baik dan benar bukanlah dengan dasar mengikuti amal perbuatan
kebanyakan orang, bukan pula dengan mengikuti semangat yang menggebu semata
atau karena kagum dengan figur tokoh tertentu. Akan tetapi menjalankan agama
secara baik dan benar haruslah selaras dengan landasan keikhlasan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dan amaliahnya (prakteknya) mengikuti apa yang telah
dituntunkan oleh rasul-Nya.
Kewajiban Mengikuti
Sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Mengagungkannya
Mengagungkan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan perkara yang besar dan agung. Yang
membutuhkan bukti dan praktek nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ironisnya
keadaan pada saat ini justru terjadi sebaliknya, fenomena yang ada pada
sebagian kaum muslimin enggan menerima, mengabaikannya, bahkan
mengolok-oloknya. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya):
“Dan apa yang diperintahkan Rasul
kepada kalian maka lakukanlah sedang apa yang beliau larang darinya maka
tinggalkanlah.” (Al Hasyr: 7)
“Barangsiapa yang menaati Rasul
berarti ia telah menaati Allah.” (An Nisa’: 80)
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki
yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Al
Ahzab: 36)
Ketiga ayat di atas menunjukkan
secara tegas bagaimana semestinya sikap seorang muslim menempatkan Sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu wajib mengambilnya. Hal ini
merupakan keharusan yang tidak ada tawar-menawar lagi. Kemudian menjadikan
sunnah tersebut sebagai pedoman dalam melangkah dan melakukan ketaatan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala
menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penjelas Al-Qur’an
bukan sekedar menyampaikan atau membacakannya secara lafazh saja, sebagaimana
dalam firman-Nya (artinya):
“Dan Kami turunkan kepadamu Al
Qur’an agar engkau terangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka.”
(An Nahl: 44)
Demikian pula Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Saya mewasiatkan bagi kalian untuk bertakwa kepada
Allah, mendengar dan taat kepada pimpinan, walaupun yang memimpin kalian adalah
seorang budak. Karena sesungguhnya barangsiapa yang hidup sepeninggalku ia akan
melihat perbedaan yang banyak, maka di saat seperti itu wajib atas kalian
bepegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para Al Khulafa’ Ar Rasyidin.
Gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian! Jauhilah perkara-perkara yang baru
(bid’ah) karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat!” (Shahih, HR. Ahmad, Abu
Dawud dan At Tirmidzi dari hadits Al Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu,
dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’, no. 2549)
Barakah Mengikuti
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ketahuilah! Siapa saja dari umat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berupaya untuk senantiasa
mengikuti dan menaati beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan ikhlas serta
menjadikannya sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari, maka sungguh
ia akan mendapatkan sekian banyak keutamaan yang dijanjikan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya
adalah sebagaimana keterangan berikut ini:
1. Mengikuti Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam Merupakan Sebab Diterimanya Suatu Amalan
Telah kita ketahui bersama bahwa dua
prinsip dasar yang harus selalu beriringan dalam melandasi suatu amal agar
diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah keikhlasan dan mengikuti
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebaliknya, apabila hilang
salah satu dari keduanya, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah
subhanahu wa ta’ala, dan hendaknya kita khawatir suatu amal shalih yang kita
kerjakan akan ditolak atau tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak
pernah kami tuntunkan, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
Dari hadits di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa salah satu keutamaan terbesar dalam Ittiba’us Sunnah
(mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) adalah diterimanya
suatu amalan.
Al Imam Ibnu Qudamah rahimahullah
berkata: “Dalam mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
terdapat keberkahan dalam mengikuti syari’at, meraih keridhoan Allah subhanahu
wa ta’ala, meninggikan derajat, menentramkan hati, menenangkan badan, membuat
marah syaithan, dan berjalan di atas jalan yang lurus.” (Dharuratul Ihtimam,
hal. 43)
2. Mengikuti Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam Membuahkan Persatuan Kaum Muslimin
Para pembaca yang mulia, setiap
muslim tentu sangat merindukan terwujudnya persatuan kaum muslimin. Sebagaimana
yang telah kita ketahui bersama, bahwa persatuan merupakan perkara yang
diridhoi dan diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan perpecahan
merupakan perkara yang dibenci dan dilarang oleh-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman (artinya): “Dan berpegang-teguhlah kalian semua dengan tali (agama)
Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai.” (Ali Imran: 103)
Al Imam Al Hafizh Ibnu Katsir
rahimahullah berkata: “Allah telah memerintahkan kepada mereka (umat Islam,
red) untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan. Di dalam banyak hadits
juga terdapat larangan dari perpecahan dan perintah untuk bersatu dan
berkumpul.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/367)
Adapun asas bagi persatuan yang
diridhoi dan diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bukan berasaskan
kesukuan, organisasi, kelompok, daerah, partai, dan sebagainya. Akan tetapi
asasnya adalah: Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dengan pemahaman As-Salafush Shalih (para shahabat Rasulullah, para tabi’in,
dan tabi’ut tabi’in).
Al Imam Al Qurthubi rahimahullah
ketika menjelaskan ayat 103 surat Ali Imran di atas menyatakan bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala mewajibkan kepada kita agar berpegang teguh dengan
kitab-Nya (Al Qur’an) dan sunnah nabi-Nya, serta merujuk kepada keduanya di
saat terjadi perselisihan. Allah subhanahu wa ta’ala juga memerintahkan kepada
kita agar bersatu di atas Al Qur’an dan As Sunnah dalam hal keyakinan dan
amalan. Hal ini agar kaum muslimin bersatu dan tidak tercerai-berai, sehingga
akan meraih kemaslahatan dunia dan agama, serta selamat dari perselisihan.
(Lihat Tafsir Al Qurthubi, 4/105)
Mengapa harus dengan pemahaman As
Salafus Shalih (para shahabat Rasulullah, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in)?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah berkata: “Sebagaimana tidak ada generasi yang lebih sempurna dari
generasi para shahabat, maka tidak ada pula kelompok setelah mereka yang lebih
sempurna dari para pengikut mereka. Maka dari itu, siapa saja yang lebih kuat
dalam mengikuti hadits Rasulullah dan sunnahnya, serta jejak para shahabat,
maka ia lebih sempurna. Kelompok yang seperti ini keadaannya, akan lebih utama
dalam hal persatuan, petunjuk, berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan
lebih terjauhkan dari perpecahan, perselisihan, dan fitnah. Dan barangsiapa yang
menyimpang jauh dari itu (Sunnah Rasulullah dan jejak para sahabat), maka ia
akan semakin jauh dari rahmat Allah dan semakin terjerumus ke dalam fitnah.”
(Minhajus Sunnah, 6/368)
3. Pahala Besar Bagi Orang Yang
Berpegang Teguh Dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari shahabat Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu
seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi) pada saat
itu akan mendapatkan pahala lima puluh.” Ada seseorang yang bertanya: “Lima
puluh dari mereka, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Pahala lima puluh
dari kalian.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, lihat Silsilah Ash
Shahihah, no. 494)
4. Jaminan Istiqomah dan Hidayah
Bagi Orang Yang Berpegang Teguh dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam
Selama seseorang berada di atas
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia akan tetap berada di
atas jalan istiqomah. Sebaliknya, jika tidak demikian, berarti ia telah
menyimpang dari jalan yang lurus.
Sebagaimana yang dikatakan oleh
shahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu: “Manusia akan senantiasa
berada di atas jalan yang lurus selama mereka mengikuti jejak Nabi.” (HR. Al
Baihaqi, Miftahul Jannah, no. 197).
Shahabat ‘Urwah radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Mengikuti sunnah-sunnah Nabi adalah tonggak penegak agama.” (HR. Al
Baihaqi, Miftahul Jannah, no. 198).
Salah seorang tabi’in bernama Ibnu
Sirin mengatakan: “Dahulu mereka mengatakan: selama seseorang berada di atas
jejak Nabi, maka ia berada di atas jalan yang lurus.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul
Jannah, no. 200)
Oleh karena itu, Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman (artinya): “Dan jika kalian menaatinya niscaya kalian akan
mendapatkan hidayah.” (An Nur: 54)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di
rahimahullah berkata: “Jika kalian menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam niscaya kalian akan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus, baik
ucapan maupun perbuatan. Dan tidak ada jalan untuk mendapatkan hidayah
melainkan dengan menaatinya, dan tanpa (menaatinya) tidak mungkin (akan
mendapatkan hidayah) bahkan mustahil.” (Tafsir As Sa’di, hal. 521)
5. Mendapatkan Cinta dari Allah
subhanahu wa ta’ala dan akan masuk Al Jannah (surga)
Para pembaca yang mulia, bukankah
kita semua ingin mendapatkan cinta dari Allah? Ketahuilah! Bahwa cinta dari
Allah subhanahu wa ta’ala hanya akan diperoleh dengan mengikuti dan mentaati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa
ta’ala (artinya):
“Katakanlah (wahai Muhammad!): “Jika
kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku! Niscaya Allah pasti akan mencintai
kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda: “Setiap umatku akan masuk Al Jannah (surga) kecuali orang
yang enggan.” Para shahabat bertanya: “Siapakah orang yang enggan itu wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku, ia akan masuk Al
Jannah dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka sungguh ia telah enggan.”
(HR. Al Bukhari)
Wahai saudaraku sesama muslim!
Sepatutnya bagi kita semua selalu berupaya dengan sungguh-sungguh untuk
menyesuaikan segala amal ibadah kita dengan tuntunan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang berdasarkan dalil-dalil shahih. Dan kita tidak akan
dapat mengetahuinya melainkan dengan belajar ilmu syar’i (agama).
Penutup
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala
menolong kita untuk senantiasa mempelajari ilmu agama Islam ini yang bersumber
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para shahabat nabi
radhiyallahu ‘anhum di bawah bimbingan ulama` pewaris Nabi. Dan memberikan
kekuatan serta keistiqomahan dalam menjalankan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam agar tergapai kemuliaan hidup yang hakiki di dunia maupun akhirat.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
_________
Sumber:
http://www.assalafy.org/mahad/?p=465#more-465
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.