اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ
وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ
وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ
الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
“Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan
kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dosa menyekutukan Allah, sihir, membunuh
jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq,
memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan
menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” (HR. Al-Bukhari no.
2560 dan Muslim no. 129)
Penjelasan:
Ini adalah 7 dosa besar yang membinasakan. Dan sebagaimana dimaklumi
bersama bahwa dosa-dosa besar itu tidak terbatas pada 7 amalan ini saja,
akan tetapi masih banyak dosa besar lainnya yang tersebut dalam
hadits-hadits yang lain. Di antaranya adalah hadits Abi Bakrah
radhiallahu ‘anhu dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ
الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ
مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ
“Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?” Beliau
menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab: “Mau, wahai Rasulullah”. Maka
Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua”.
Lalu Beliau duduk dari sebelumnya berbaring kemudian melanjutkan
sabdanya: “Ketahuilah, juga ucapan dusta.” (HR. Al-Bukhari no. 2460 dan
Muslim no. 126)
Syirik Kepada Allah
Dalam hadits Abu Hurairah di atas, Nabi shallallahu alaihi wasallam
memulai penyebutan 7 dosa yang membinasakan dengan menyebutkan syirik
kepada Allah karena dia merupakan dosa yang terbesar. Syirik adalah
menjadikan tandingan untuk Allah dalam rububiah-Nya, uluhiah-Nya, serta
dalam nama-nama dan sifat-sifatNya. Seperti menyerahkan ibadah kepada
selain Allah, baik seluruh ibadah maupun sebagian di antaranya. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
إنه من يشرك بالله فقد حرم عليه الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS.
Al-Maidah: 72)
Di antara bentuk syirik akbar adalah ruku’ dan sujud kepada makhluk,
baik yang masih hidup apalagi yang telah meninggal. Contoh lain adalah
tawaf dan berdiam di kubur orang saleh, bernadzar dan menyembelih untuk
makhluk, memohon bantuan dan perlindungan kepada makhluk dalam perkara
yang hanya Allah yang bisa memberikannya, seperti dalam hal turunnya
hujan, menyembuhkan orang yang sakit, dan semacamnya. Jika seorang hamba
melakukan salah satu dari amalan ini dan yang semisalnya maka dia telah
terjatuh ke dalam amalan syirik akbar, dan Allah tidak akan
mengampuninya jika dia meninggal dalam keadaan belum bertaubat.
Sihir
Semua praktek sihir dan magic sebenarnya sudah termasuk ke dalam
kesyirikan. Akan tetapi Allah Ta’ala menyebutkannya secara tersendiri di
sini untuk menunjukkan besarnya dosa dari kesyirikan yang satu ini. Hal
itu karena sihir bukan hanya merusak pelakunya akan tetapi
kebanyakannya juga akan merusak orang-orang yang ada di sekitarnya.
Hakikat dari sihir adalah seorang penyihir meminta bantuan dan
perlindungan kepada jin-jin kafir untuk melakukan sesuatu yang di luar
kebiasaan manusia biasa, dengan syarat si penyihir tersebut harus
menyerahkan ibadah dan taqarrub kepada jin-jin tersebut. Karenanya Allah
Ta’ala menjadikan semua bentuk sihir adalah pengajaran dari setan dalam
firman-Nya:
ولكن الشياطين كفروا يعلمون الناس السحر
“Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 102)
Ayat di atas juga menunjukkan kafirnya orang yang mempelajari semua
bentuk sihir. Hal itu karena Allah Ta’ala menyebutkan salah satu sebab
kafirnya setan adalah mengajarkan sihir. Jadi, jika yang mengajarkan
sihir itu kafir maka tentunya yang mempelajari sihir itu juga kafir,
walaupun dia tidak memanfaatkan sihir itu. Allah Ta’ala juga berfirman:
ولقد علموا لمن اشتراه ماله في الآخرة من خلاق
“Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.”
(QS. Al-Baqarah: 102)
Sisi pendalilannya: Pelaku dosa besar selama dia masih mempunyai iman
maka dia pasti masih mendapatkan bagian kebaikan di akhirat. Akan tetapi
tatkala penyihir dikatakan tidak mempunyai bagian di akhirat
sedikitpun, maka itu menunjukkan mereka tidaklah mempunyai iman dan
agama.
Qatadah berkata, “Ahli kitab telah mengetahui pada janji yang telah
diambil dari mereka bahwa penyihir tidak mempunyai sedikitpun bagian di
akhirat.”
Al-Hasan Al-Bashri berkata menafsirkannya, “Penyihir itu tidak mempunyai agama.”
Dan Imam Ahmad telah menegaskan bahwa siapa saja yang mempelajari atau mengajarkan sihir maka dia telah kafir dengannya.”
Membunuh Tanpa Hak
Dosa yang membinasakan ketiga adalah membunuh jiwa tanpa hak. Allah Ta’ala berfirman:
ولا تقتلوا النفس التي حرم الله إلا بالحق, ومن قتل مظلوما فقد جعلنا لواليه سلطانا فلا يسرف في القتل إنه كان منصورا
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh
secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli
warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam
membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (QS.
Al-Isra`: 33)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
ومن يقتل مؤمنا متعمدا فجزاؤه جهنم خالدا فيها وغضب الله عليه ولعنه وأعد له عذابا عظيما
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
(QS. An-Nisa`: 93)
Dari Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَنْ يَزَالَ الْمُؤْمِنُ فِي فُسْحَةٍ مِنْ دِينِهِ مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا
“Seorang mukmin masih dalam kelonggaran agamanya selama dia tidak
menumpahkan darah haram tanpa alasan yang dihalalkan.” (HR. Al-Bukhari
no. 6355)
Di antara membunuh tanpa hak adalah membunuh orang kafir dzimmi, kafir mu’ahad, dan kafir musta`man.
Di antara bentuk membunuh dengan hak 3 jenis pembunuhan yang tersebut
dalam hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ
يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَّا
بِإِحْدَى ثَلَاثٍ الثَّيِّبُ الزَّانِي وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ
وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ
“Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada
sembahan yang berhak untuk disembah selain Allah dan aku adalah utusan
Allah, kecuali satu dari tiga orang berikut ini: Seorang yang sudah
menikah yang berzina, seseorang yang membunuh orang lain, dan orang yang
keluar dari agamanya, memisahkan diri dari jama’ah (murtad).” (HR.
Al-Bukhari no. 6370 dan Muslim no. 3175)
Memakan Harta Riba
Memakan harta riba dan bergelut dengannya adalah dosa yang sangat besar. Allah Azza wa Jalla berfirman:
الذين يأكلون الربا لا يقومون إلا كما
يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المس ذلك بأنهم قالوا إنما البيع مثل الربا
وأحل الله البيع وحرم الربا فمن جاءه موعظة من ربه فانتهى فله ما سلف وأمره
إلى الله ومن عاد فأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون , يمحق الله الربا
ويربي الصدقات والله لا يحب كل كفار أثيم
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan
riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah:
275-276)
Dari Abu Juhaifah radhiallahu anhu dia berkata:
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ وَآكِلَ الرِّبَا
وَمُوكِلَهُ وَنَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَكَسْبِ الْبَغِيِّ وَلَعَنَ
الْمُصَوِّرِينَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaknat al-wasyimah (wanita
yang mentato) dan al-mustausyimah (wanita yang meminta untuk ditato),
orang yang memakan riba, dan orang yang memberi dari hasil riba. Dan
beliau juga melarang untuk memakan hasil keuntungan dari anjing, dan
pelacur. Kemudian beliau juga melaknat para tukang gambar.” (HR.
Al-Bukhari no. 4928)
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma dia berkata:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ
وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat pemakan riba, orang
yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya.” Beliau
bersabda, “Mereka semua sama.” (HR. Muslim no. 2995)
Memakan Harta Anak Yatim
Allah Ta’ala berfirman:
إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما إنما ياكلون في بطونهم نارا وسيصلون سعيرا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk
ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisa`: 10)
Ayat di atas tegas menyebutkankan memakan atau menghabiskan harta anak
yatim adalah dosa besar. Karenanya Allah Ta’ala telah memerintahkan
untuk berbuat baik kepada anak-anak yatim di dalam firman-Nya:
واعبدوا الله ولاتشركوا به شيئا وبالوالدين احسانا وبذي القربى واليتامى والمساكين
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin.” (QS. An-Nisa`: 36)
Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَأَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
“Aku dan orang-orang yang mengurusi anak yatim dalam surga akan dekat
seperti ini.” Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari
tengah lalu beliau membuka sedikit di antara keduanya.” (HR. Al-Bukhari
no. 4892)
Lari Dari Medan Jihad
Allah Ta’ala berfirman memberikan ancaman
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang
yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi
mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu
itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan
diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali
dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka
Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. Al-Anfal: 15-16)
Menuduh Seseorang Berzina Tanpa Saksi
Allah Azza wa Jalla berfirman:
إن الذين يرمون المحصنات الغافلات
المؤمنات لعنوا في الدنيا والآخرة ولهم عذاب عظيم , يوم تشهدوا عليهم
ألسنتهم وأيديهم وأرجلهم بما كانوا يعملون , يومئذ يوفيهم الله دينهم الحق
ويعلمون أن الله هو الحق المبين
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang
lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan
akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, pada hari (ketika), lidah,
tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang
dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan
yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang
Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang
sebenarnya).” (QS. An-Nur: 23-25)
Allah Ta’ala juga berfirman:
والذين يرمون المحصنات ثم لم يأتوا بأربعة
شهداء فاجلدوهم ثمانين جلدة ولا تقبلوا لهم شهادة أبدا, وأولئك هم
الفاسقون, إلا الذين تابوا من بعد ذلك وأصلحوا فإن الله غفور رحيم
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu
terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah
orang-orang yang fasik. kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu
dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS. An-Nur: 4-5)
________________
http://al-atsariyyah.com/7-amalan-membinasakan.html