Rabu, 11 Desember 2013

Keutamaan Tauhid


KEUTAMAAN TAUHID DALAM ISLAM

Oleh Aboe Zaid Romadhoni
Muroja’ah oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin

Saudaraku pembaca, sebagai seorang muslim, pasti tidak asing lagi mendengar kata Tauhid. Sebuah kata yang sangat penting dan urgen di dalam agama Islam. Tetapi, betapa banyak kaum muslimin yang meremehkan kata tersebut. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kita akan sedikit mengulang dan membahas tentang kedudukan dan keutaman tauhid dalam agama Islam, dengan harapan kita semakin cinta akan agama ini dan semakin bersemangat dalam memahami, mengamalkan, dan kemudian mendakwahkanya. Atau minimal dapat menyegarkan kembali ingatan kita akan pentingnya kalimat At-Tauhid dalam diri kita.


Tujuan Diciptakannya Jin dan Manusia Adalah untuk Menauhidkan Allah

Sesungguhnya, Allah menciptakan seluruh alam semesta termasuk di dalamnya jin dan manusia adalah hanya untuk beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an Al-Karim, “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku” (Adz-Dzariyat: 56). Inilah hakikat diciptakannya jin dan manusia, yaitu hanya untuk beribadah kepada Allah saja tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Sebab, tauhid hanya kepada Allah saja, karena syarat diterimanya suatu ibadah/ amalan adalah ikhlas kepada Allah merupakan hak Allah yang harus ditunaikan oleh setiap manusia. Setiap manusia harus mengikhlaskan ibadahnya kepada Allah dan mengikuti tuntunan Rasulullah. Jika seseorang beribadah kepada selain Allah, maka ia telah berbuat syirik kepada Allah dan hal itu mengeluarkannya dari Dienul Islam. Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku hanya menyembah tuhanku dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya.” (Al-Jin: 20). Maka, perhatikanlah wahai kaum Muslimin!

Tauhid, Merupakan Inti Dakwah Para Rasul

Allah mengutus setiap rasul kepada setiap ummatnya untuk memulai dakwahnya kepada tauhid. Karena hal ini merupakan perintah Allah yang harus mereka sampaikan kepada ummatnya. Allah berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang benar untuk disembah) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiyaa’: 25). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika berdakwah di Makah selama tiga belas tahun beliau mengajak kaumnya untuk mengesakan Allah saja (tauhid), tidak kepada yang lain. Di antara wahyu yang diturunkan kepada beliau ketika itu adalah firman Allah dalam Surah Al-Jin ayat 20 yang telah disebutkan di atas. Selain itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendidik para Shahabat agar senantiasa memulai dakwahnya dengan tauhid. Ketika Rasul mengutus shahabat Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘anhu berdakwah ke Yaman, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Hendaknya yang pertama kali kamu serukan kepada mereka adalah bersaksi, ‘Sesungguhnya tidak ada Ilah/ sesembahan (yang benar untuk disembah) kecuali Allah’, Dalam riwayat lain disebutkan, ‘Agar mereka mengesakan Allah’.” (Muttafaq ‘alaih). Jadi, setiap rasul memulai dakwahnya dengan tauhid, memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah saja, dan menjauhi syirik. Maka, wajib bagi siapapun untuk memulai dan memprioritaskan dakwahnya dengan tauhid, tanpa menafikan (meniadakan) dakwah kepada syari’at yang lainnya.

Sumber Keamanan Manusia dan Ketenteraman dengan Bertauhid

Para Ahli Tauhid hatinya selalu tenang dan aman, sebab mereka tidak pernah takut kecuali kepada Allah saja. Ahli Tauhid merasa aman ketika manusia ketakutan dan merasa tenang ketika mereka kalut. Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan imam mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82). Ayat ini memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang menauhidkan Allah. Mereka yang tidak mencampuradukkan antara keimanan dengan kesyirikan, sungguh mereka akan mendapatkan keamanan yang sempurna dari Allah. Keamanan ini bersumber dari dalam jiwa, bukan oleh penjagaan manusia atau pihak keamanan. Dan keamanan yang dimaksud adalah keamanan di dunia dan akhirat. Sebab, Ahli Tauhid mengetahui bahwa kezholiman yang terbesar adalah syirik kepada Allah sebagaimana penjelasan Rasulullah ketika para shahabat bertanya tentang maksud dari ayat di atas dalam hadits dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhuma. Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan, “Ketika ayat ini turun (Al-An’am: 82), banyak umat Islam yang merasa sedih dan berat. Mereka berkata siapa di antara kita yang tidak berlaku zhalim kepada dirinya sendiri? Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab: “Yang dimaksud bukan (kezhaliman) itu, tetapi syirik. Belumkah kalian mendengar nesihat Luqman kepada puteranya, ‘Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah (syirik) benar- benar suatu kezhaliman yang besar’.(Luqman: 13)”. (Muttafaq ‘alaih). Sungguh, para Shahabat Nabi sangat takut jika diri mereka berbuat zhalim (syirik) kepada Allah, maka pakah kita tidak merasa takut jika kita berbuat syirik kepada Allah?? Ayat ini merupakan kabar gembira bagi setiap orang yang selalu meninggikan Kalimatut Tauhid, yang tidak mencampuradukkan antara keimanan dan kesyirikan, sungguh mereka akan mendapat pertolongan dan keamanan dari siksa Allah di akhirat.

Sebagai Pembawa Kebahagiaan dan Pelebur Dosa

Seorang ahli tauhid yang memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah saja dan menjauhi segala praktik kesyirikan, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sejati bagi dirinya, dan menjadi penyebab bagi penghapusan segala dosanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang benar untuk disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya lepada Maryam serta ruh daripada-Nya, dan (bersaksi pula bahwa) surga hádala benar adanya dan Neraka pun benar adanya maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga, apapun amalan yang diperbuatnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, siapa saja yang murni aqidah dan tauhidnya, tanpa mengotorinya dengan kesyirikan, maka Allah menjanjikan Surga kepadanya. Walaupun, sebagian amalannya terdapat dosa dan maksiat. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman: “Hai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau tidak menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku sedikitpun, niscaya Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.” (H.R. Tirmidzi dan adh-Dhayya’, hadits hasan). Wahai kaum Muslimin, seandainya kita menemui Allah dengan membawa dosa dan maksiat sepenuh bumi, tetapi kita meninggal dalam keadaan bertauhid, insya Allah, segala dosa kita akan diampuni oleh Allah, dan pasti masuk surga dan tidak akan kekal di neraka.

Hak Allah yang Pertama dan Terakhir yang Harus Ditunaikan Hamba-Nya

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Allah mengampuni dosa selain itu bagi orang-orang yang Dia kehendaki” (An Nisaa’: 116). Sehingga syirik menjadi larangan yang terbesar. Maka, tauhid merupakan perintah yang paling besar, sebab tauhid merupakan lawan dari tauhid. Oleh karena itu, setiap manusia wajib menauhidkan Allah. Allah menyebutkan kewajiban ini sebelum kewajiban lainnya yang harus ditunaikan oleh hamba. Allah Ta’ala berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah pada kedua orang tua” (An Nisaa’: 36). Kewajiban ini lebih wajib daripada semua kewajiban, bahkan lebih wajib daripada berbakti kepada orang tua. Allah berfirman, “Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” (Luqman : 15). Sehingga seandainya orang tua memaksa anaknya untuk berbuat syirik maka tidak boleh ditaati dengan cara yang baik dan lemah lembut.
Sebagaimana telah dijelaskan di awal risalah ini, Rasul memerintahkan para utusan dakwahnya agar menyampaikan tauhid terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Yaitu, Nabi Shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu ta’ala ‘anhu, “Jadikanlah perkara yang pertama kali kamu dakwahkan ialah agar mereka menauhidkan Allah.” (riwayat Bukhari dan Muslim). Selain itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda, “Barang siapa yang perkataan terakhirnya Laa ilaaha illallah niscaya masuk surga” (riwayat Abu Dawud, Ahmad dan Hakim dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Gholil). Dua hadits di atas menjadi dalil bahwa tauhid merupakan kewajiban yang paling pertama yang harus ditunaikan oleh setiap manusia pun menjadi kewajiban yang terakhir bagi setiap umat. Oleh karena itu, bersyukurlah bagi siapa saja yang senantiasa menauhidkan Allah, dan semoga kita semua mati dalam keadaan bertauhid kepada Allah, tanpa syirik sedikitpun.

Bagaimana cara menauhidkan Allah?

Setelah kita mengetahui bahwa tauhid memiliki keutamaan dan kedudukan yang tinggi di dalam Islam, maka wajib bagi kita untuk selalu menauhidkan Allah, memurnikan syahadatain Laa ilaaha illallah Muhammadar Rasuulullah, dengan cara mempelajari atau mengilmuinya, yaitu dengan mempelajari Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah (Hadits) Rasulullah sesuai dengan pemahaman para Shahabat Nabi. Mengapa harus pemahaman Shahabat Nabi, dan bukan yang lainya?? Karena Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, “Orang-orang yang terdahulu (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah telah ridha kepada mereka dan merekapun telah ridha kepada Allah. Allah telah menyiapkan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (At Taubah: 100). Para Shahabat Radhiallahu ‘anhum yang telah dijanjikan Surga oleh Allah, menjadikan aqidah sebagai ruh dalam menjalankan segala aktivitas mereka, termasuk ketika jihad melawan orang kafir. Kemenangan selelu diraih oleh pasukan Islam ketika berperang meninggikan kalimat Tauhid melawan orang kafir. Sebab, para Shahabat hanya menjadikan Allah saja sebagai penolong mereka. Maka, beruntunglah orang-orang yang mengikuti Muhajirin dan Anshar (para Shahabat) dalam segala hal termasuk masalah aqidah. Semoga Allah mengumpulkan kita di Jannah-Nya bersama para nabi dan rasul, dan ahli tauhid (umat Islam).
Sedangkan dalil untuk mengilmui/ mempelajari tauhid (Laa ilaaha illallah) sebagaimana firman Allah, “Maka ketahuilah, bahwa tidak ada sesembahan (yang benar untuk disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.” (Muhammad: 19). Juga firman-Nya, “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang yang berilmu.” (Al-‘Ankabut: 43). Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa mati dalam keadaan berilmu tentang Laa ilaaha Illallah, maka dia pasti masuk Surga.” (H.R. Ahmad, Shahih). Maka, kita wajib mengilmui makna yang diinginkan dari kalimat tersebut, baik yang dinafikan (ditolak) maupun yang ditetapkan, dan kemudian berusaha mengamalkannya.
Namun, sangat disayangkan betapa banyak ummat Islam di zaman ini yang meremehkan dan lalai, bahkan bodoh dalam masalah aqidah!! Ini merupakan suatu musibah besar bagi Ummat Islam!! Sehingga, pantaslah kekalahan selalu diderita oleh umat Islam pada saat ini. Semoga hal ini menjadi pelajaran bagi mereka yang mau berpikir. Wallaahu A’lam bish-Shawab.

[Disadur dari Buletin Al-Atsary, diterbitkan oleh Forum Studi Islam Al-Atsary Jatinangor, Edisi 1/ tahun I/ 8 Jumadil Ula 1428 H/ 25 Mei 2007 M]
http://salafiyunpad.wordpress.com/2007/10/27/keutamaan-tauhid-dalam-islam/



KEUTAMAAN TAUHID[1]

Oleh:Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'alal memiliki banyak keutamaan, antara lain:
 
1. Orang yang bertauhid kepada Allah akan dihapus dosa-dosanya.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'aliahi wa sallam dalam sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi berfirman:

...يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.

‘...Wahai bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.’” [2]

2. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan mendapatkan petunjuk yang sempurna, dan kelak di akhirat akan mendapatkan rasa aman. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. ” [Al-An’aam: 82]

Di antara permohonan kita yang paling banyak adalah memohon agar ditunjuki jalan yang lurus:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka.” [Al-Faatihah: 6-7]

Yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu) para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baik-nya.” [An-Nisaa': 69]

Kita juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar terhindar dari jalan orang-orang yang dimurkai Allah dan jalan orang-orang yang sesat, yaitu jalannya kaum Yahudi dan Nasrani.

3. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dihilangkan kesulitan dan kesedihannya di dunia dan akhirat.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًاوَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka...” [Ath-Thalaq: 2-3]

Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah kalau dia tidak bertauhid. Orang yang bertauhid dan bertakwa akan diberikan jalan keluar dari berbagai masalah hidupnya.[3]

4. Orang yang mentauhidkan Allah, maka Allah akan menjadikan dalam hatinya rasa cinta kepada iman dan Allah akan menghiasi hatinya dengannya serta Dia menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

“...Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman itu) indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” [Al-Hujurat: 7]

5. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah, dan orang yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang mengatakan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.

6. Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dijamin masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.

“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” [4]

مَنْ مَاتَ لاَيُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia masuk Surga.” [5]

7. Orang yang bertauhid akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [Muhammad: 7]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun. Tetapi barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [An-Nuur: 55]

8. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diberi kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]

9.Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di Neraka.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَخْرِجُوْا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيْمَانٍ، فَيُخْرَجُوْنَ مِنْهَا قَد ِاسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ الْحَيَاءِ -أَوِ الْحَيَاةِ، شَكَّ مَالِكٌ- فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا تَنْبُتُ الْحَبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً؟

“Setelah penghuni Surga masuk ke Surga, dan penghuni Neraka masuk ke Neraka, maka setelah itu Allah Azza wa Jalla pun berfirman, ‘Keluarkan (dari Neraka) orang-orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman!’ Maka mereka pun dikeluarkan dari Neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di pinggiran sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat?” [6]

10. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, maka amal yang sedikit itu akan menjadi banyak.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Al-Mulk: 2]

Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah Azza wa Jalla menyebutkan dengan “amal yang baik”, tidak dengan “amal yang banyak”. Amal dikatakan baik atau shalih bila memenuhi 2 syarat, yaitu: (1) Ikhlas, dan (2) Ittiba’ (mengikuti contoh) Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ pada hari Kiamat lebih berat dibandingkan langit dan bumi dengan sebab ikhlas.

11. Mendapat rasa aman. Orang yang tidak bertauhid, selalu was-was, dalam ketakutan, tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau punya anak lebih dari dua, takut tentang masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.

12. Tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal kita. Sempurna dan tidaknya amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang yang beramal tapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya, bukan mendatangkan kebahagiaan baik itu berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya. Syirik (besar) akan menghapus seluruh amal.

13. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diringankan dari perbuatan yang tidak ia sukai dan dari penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, jika seorang hamba menyempurnakan tauhid dan keimanannya, niscaya kesusahan dan kesulitan dihadapinya dengan lapang dada, sabar, jiwa tenang, pasrah dan ridha kepada takdir-Nya.

Para ulama banyak menjelaskan bahwasanya orang sakit dan mendapati musibah itu harus meyakini bahwa:

a. Penyakit yang diderita itu adalah suatu ketetapan dari Allah Azza wa Jalla. Dan penyakit adalah sebagai cobaan dari Allah.

b. Hal itu disebabkan oleh perbuatan dosa dan maksiyat yang ia kerjakan.

c. Hendaklah ia meminta ampun dan kesembuhan kepada Allah Azza wa Jalla, serta meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla sajalah yang dapat menyembuhkannya.

14. Tauhid akan memerdekakan seorang hamba dari penghambaan kepada makhluk-Nya, agar menghamba hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja yang menciptakan semua makhluk.

Artinya yaitu orang-orang yang bertauhid dalam ke-hidupannya hanya menghamba, memohon pertolongan, meminta ampunan dan berbagai macam ibadah lainnya, hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.

15. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dimudahkan untuk melaksanakan amal-amal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran, serta dapat menghibur seseorang dari musibah yang dialaminya.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menganjurkan kepada umatnya agar berdo’a kepada Allah Azza wa Jalla untuk memohon segala kebaikan dan dijauhkan dari berbagai macam kejelekan serta dijadikan setiap ketentuan (qadha) itu baik untuk kita. Do’a yang dibaca Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut adalah:

اَللَّهُمَّ ...وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا.

“Ya Allah..., dan aku minta kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap ketetapan (qadha) yang telah Engkau tetapkan bagiku merupakan suatu kebaikan.”[7]

Salah satu rukun iman adalah iman kepada qadha’ dan qadar, yang baik dan yang buruk. Dengan mengimani hal ini niscaya setiap apa yang terjadi pada diri kita akan ringan dan mendapat ganjaran dari Allah apabila kita sabar dan ridha.

16. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas dan benar akan dilapangkan dadanya.

17. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas, jujur dan tawakkal kepada Allah dengan sempurna, maka akan masuk Surga tanpa hisab dan adzab.

[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]
_______
Footnote
[1]. Dinukil dari kitab al-Qaulus Sadiid fi Maqaashidit Tauhiid (hal. 23-25) oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, disertai beberapa tambahan dan dalil-dalil dari penulis.
[2]. HR. At-Tirmidzi (no. 3540), ia berkata, “Hadits hasan gharib.”
[3]. Lihat al-Qaulus Sadiid fi Maqaashid Tauhid oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di.
[4]. HR. Muslim (no. 26) dari Shahabat ‘Utsman Radhiyallahu anhu.
[5]. HR. Muslim (no. 93) dari Shahabat Jabir Radhiyallahu anhu.
[6]. HR. Al-Bukhari (no. 22) dari Abu Sa’id al-Khudriy Radhiyallahu anhu.
[7]. HR. Ibnu Majah (no. 3846), Ahmad (VI/134), al-Hakim dan ia menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi (I/522). Untuk lebih lengkapnya, silakan baca buku Do’a & Wirid (hal. 269-270, cet. VI) oleh penulis.

http://almanhaj.or.id/content/3169/slash/0/keutamaan-tauhid/
 

Tidak ada komentar: