Selanjutnya,
masih dalam hal yang sangat berbahaya dari syirik besar, penulis Kitab Tauhid
memaparkan dalil-dalil serta keterangan yang lebih banyak dari penjelasan yang
sebelumnya. Dan pernah diingatkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
ketika seseorang ingin beristighatsah kepada beliau. Bagaimana kisahnya?
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula)
memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian)
itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (Yunus: 106).
“Jika
Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka
tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa
yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
(Yunus: 107).
“Sesungguhnya
yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rizki kepadamu; maka
mintalah rizki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah
kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan.” (Al-’Ankabut: 17).
“Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan
selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do’a) nya sampai hari kiamat dan
mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan
(pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan
mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” (Al-Ahqaf:5 – 6).
“Atau
siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia
berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi. Apakah di samping Allah ada tuhan (yang
lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).” (An-Naml: 62).
Ath-Thabrani,
dengan menyebutkan sanadnya, meriwayatkan bahwa, pernah terjadi pada zaman Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam ada seorang munafik yang selalu mengganggu
orang-orang mu’min, maka berkatalah salah seorang di antara mereka, "Marilah
kita bersama-sama istighatsah kepada Rasulullah supaya dihindarkan dari
tindakan buruk orang munafik ini." Ketika itu, bersabdalah Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam, Sesungguhnya tidak boleh istighatsah kepadaku,
tetapi istighatsah itu seharusnya hanya kepada Allah saja.”
Kandungan Bab Ini
- Istighatsah, pengertiannya lebih khusus daripada doa.[1]
- Tafsiran ayat pertama. [2]
- Memohon kepada selain Allah adalah syirik akbar.
- Bahwa orang yang paling shalih sekalipun, kalau dia melakukan perbuatan ini untuk mengambil hati orang lain, maka dia termasuk golongan orang yang zhalim (musyrikin).
- Tafsiran ayat kedua.[3]
- Memohon kepada selain Allah tidak mendatangkan manfaat duniawi, disamping perbuatan itu sendiri perbuatan kafir.
- Tafsiran ayat ketiga. [4]
- Sebagaimana Surga tidak dapat diminta kecuali Allah, demikian halnya dengan rizki, tidak patut diminta kecuali dari-Nya.
- Tafsiran ayat keempat.[5]
- Tiada yang lebih sesat daripada orang yang memohon kepada sesembahan selain Allah.
- Sesembahan selain Allah itu tidak merasa dan tidak tahu bahwa ada orang yang memohon kepadanya.
- Permohonan itulah yang menyebabkan sesembahan selain Allah membenci dan memusuhi orang yang memohon kepadanya (pada hari Kiamat).
- Permohonan ini disebut sebagai ibadah kepada sesembahan selain Allah.
- Dan sesembahan selain Allah itu nanti pada hari Kiamat akan mengingkari ibadah yang mereka lakukan.
- Permohonan inilah yang menyebabkannya menjadi orang yang paling sesat.
- Tafsiran ayat kelima.[6]
- Hal yang mengherankan, bahwa para pemuja berhala mengakui bahwa tiada yang dapat memperkenankan permohonan orang yang berbeda dalam kesulitan selain Allah. Untuk itu, ketika mereka berada dalam keadaan sulit dan terjepit, mereka memohon kepada-Nya dengan ikhlas dan memurnikan ketaatan untuk-Nya.
- Hadits di atas menunjukkan tindakan preventif yang dilakukan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam Al-Musthafa, untuk melindungi benteng tauhid, dan sikap ta’abbud (sopan santun) beliau shallallahu’alaihi wa sallam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Catatan
Kaki
[1]
Istighatsah adalah meminta pertolongan ketika dalam keadaan
sulit supaya dibebaskan dari kesulitan itu.
[2]
Ayat pertama menunjukkan bahwa dilarang memohon kepada selain Allah, karena
selain-Nya tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula dapat mendatangkan
bahaya kepada seseorang.
[3]
Ayat kedua menunjukkan bahwa Allah-lah yang berhak dengan segala ibadah yang
dilakukan manusia, seperti do’a, istighatsah dan sebagainya. Karena hanya Allah
Yang Maha Kuasa, jika dia menimpakan sesuatu bahaya kepada seseorang,
maka tiada yang dapat menghilangkannya selain Dia sendiri. Dan jika menghendaki
untuk seseorang suatu kebaikan, maka tiada yang dapat menolak karunia-Nya.
Tiada seorang pun yang mampu menghalangi kehendak Allah.
[4]
Ayat ketiga menunjukkan bahwa hanya kepada Allah yang berhak dengan ibadah dan
rasa syukur kita, dan hanya kepada-Nya seharusnya kita meminta rizki, karen
selain Allah tidak mampu memberikan rizki.
[5]
Ayat keempat menunjukkan bahwa do’a (permohonan) adalah ibadah, karena
itu barangsiapa menyelewengkannya kepada selain Allah, maka dia adalah musyrik.
[6]
Ayat kelima menunjukkan bahwa istighatsah kepada selain Allah –karena tiada
yang kuasa kecuali Dia- adalah bathil dan termasuk syirik.
Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html