عن أبي بن
كعب رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : " لا تسبوا الريح
فإذا رأيتم ما تكرهون فقولوا: اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ
هَذِهِ الرِّيْحِ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا ، وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ ،
وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيْحِ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ
مَا أُمِرَتْ بِهِ "
Dari Ubay bin Ka’ab radliyallaahu ‘anhu (ia berkata) bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Janganlah kalian mencaci-maki angin. Apabila kalian melihat apa-apa yang kalian benci dari angin itu, maka ucapkanlah : Allaahumma innaa nas-aluka min khairi hadzihir-riihi wa khairi maa fiihaa, wa khairi maa umirat bihi, wa na’uudzubika min syarri hadzihir-riihi wa syarri maa fiihaa wa syarri maa umirat bihi ( = Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu atas kebaikan angin ini dan kebaikan apa-apa yang ada padanya dan kebaikan apa-apa yang diperintahkan melaluinya. (Ya Allah), kami berlindung kepada-Mu dari kejelekan angin ini dan kejelekan apa-apa yang ada padanya, dan kejelekan apa-apa yang diperintahkan melaluinya)” [HR. Tirmidzi no. 2257 dan Ahmad 5/123; shahih dengan jalan-jalannya dan syawahid-nya].
Larangan
mencaci-maki angin sebagaimana hadits di atas disebabkan karena angin
itu ada dan bergerak atas perintah Allah ta’ala, dan ia merupakan
ciptaan-Nya. Dia-lah yang menciptakan dan memerintahkannya, sehingga
mencacinya termasuk mencaci Allah ta’ala, Penggerak dan Penciptanya.
Perbuatan itu tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang bodoh
(ahlul-jahl) terhadap Allah, tentang agamanya, dan tentang apa yang
disyari’atkan kepada hamba-Nya.
Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam melarang orang-orang yang beriman (ahlul-iman)
terhadap apa-apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh dan orang-orang
yang kering dari pengetahuan. Dan beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam
telah memberikan petunjuk kepada apa-apa yang harus dilakukan oleh
mereka ketika angin sedang bertiup : فإذا رأيتم ما تكرهون فقولوا: اللهم إنا نسألك من خير هذه الريح وخير ما فيها ، وخير ما أمرت به
” Apabila kalian melihat apa-apa yang kalian benci dari angin itu, maka
ucapkanlah : Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu atas
kebaikan angin ini dan kebaikan apa-apa yang ada padanya dan kebaikan
apa-apa yang diperintahkan melaluinya”. Maksudnya : Jika kamu melihat
sesuatu yang tidak kamu senangi dari angin yang sedang bertiup, maka
kembalilah kepada Rabb-mu dengan mentauhidkan-Nya dan bacalah : اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيْحِ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا ،
وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيْحِ
وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ (yaitu doa dalam hadits di atas).
Dengan
demikian, doa ini merupakan ibadah kepada Allah dan merupakan bentuk
dari ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. Juga permohonan penolakan
dari keburukan yang datang kepadanya dan harapan kepada karunia dan
nikmat-Nya. Inilah kondisi ahli tauhid dan iman. Lain halnya dengan
keadaan orang-orang fasik dan ahli maksiat yang tidak diberikan
kenikmatan tauhid yang merupakat hakikat keimanan.
Wallaahu a’lam
Fathul-Majiid
fii Syarhi Kitaabit-Tauhiid oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin
Muhammad bin ‘Abdil-Wahhab rahimahullah – Al-Maktabah At-Taufiqiyyah
Mesir, tanpa tahun --- Aboel-Jaoezaa’
Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/06/larangan-mencaci-maki-angin.html
Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/06/larangan-mencaci-maki-angin.html