Saya (Penulis) ingin mengetahui sejauh mana pengenalan wanita ini terhadap ajaran Islam.
Saya bercerita kepada wanita itu seputar al-Quran al-Karim. Al-Quran itu adalah sebuah kitab mukjizat yang seluruh jagat raya ini membenarkan bahwa Islam adalah agama yang benar.
Al-Quran tidak pernah mengalami perubahan semenjak lebih 1400 tahun yang lalu. Tulisan al-Quran, baik di Mesir, di Amerika, di Cina dan di Jepang adalah sama.
Saya mengajaknya berbicara seputar pembahasan kebenaran Islam dari sisi ilmiah yang berkaitan dengan dunia. Setelah melalui beberapa perbandingan di luar kebiasaan dalam hal teknologi dan beberapa cabang ilmu kontemporer serta mengajukan beberapa perantara riset ilmiah yang bersangkutan. Kemudian menjelaskan bahwa kebenaran semua teknologi itu sudah ada di dalam kitabullah semenjak Rasulullah diutus di padang pasir Mekkah.
Saya menyampaikan kepadanya tentang tantangan Allah kepada penduduk jazirah Arab untuk menandingi Allah. Mereka ditantang untuk membuat sebuah kitab seperti al-Quran, karena mereka memiliki keahlian dalam berbahasa dan memiliki kata-kata yang indah. Ternyata mereka tidak mampu menandingi keagungan al-Quran ini.
Beberapa hari kemudian, wanita itu kembali bertanya tentang Islam kepada saya, dan ia ingin mengetahui jawabannya. Sampailah pertanyaannya itu seputar hari raya kaum Muslimin. Lalu saya menjawab dan menjelaskan kepadanya bagaimana kaum Muslimin merayakan hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul ‘Adhha.
Lalu saya katakan kepada wanita itu, “Aku ingin, anda memeluk Islam!”
Wanita itu menjawab, “Ya, aku mengerti.”
Saya berkata dan hatinya penuh kegembiraan sembari memuji Allah, “Benarkah ?”
Wanita itu menjawab, “Benar.”
Kemudian saya meminta nomor teleponnya, dan ia memberikan nomor tersebut.
Pada pertemuan berikutnya, saya katakan kepadanya, “Sebelumnya telah aku jelaskan kepada anda bagaimana caranya agar dapat dengan mudah memeluk Islam. Dan sekarang tinggal pelaksanaan saja.”
Saya telah menjelaskan kepadanya makna dua kalimat syahadat dengan bahasa Inggris. Kemudian saya berkata kepadanya, “Ikutilah bacaanku !”
(Asyhadu….Alla…. Ilaha….Illa… Allah).
Lalu wanita itu mengikuti bacaan itu dengan suara sedikit demi sedikit menjadi jelas. Lalu saya membacakan kepadanya, (Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah), lalu wanita itu mengucapkan kalimat itu dengan suara yang jauh lebih jelas, sampai ia menangis dengan suara yang amat keras.
Saya bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkan anda menangis. Apakah anda bersedih ?”
Wanita itu menjawab, “Air mataku bukan air mata kesedihan.”
Saya bertanya kepadanya, “Kalau begitu, kenapa anda menangis? Demi Allah, sekarang anda berada dalam kebaikan yang amat besar. Anda telah dipilih Allah untuk memperjuangkan Islam di tengah-tengah jutaan manusia yang meninggalkan ajaran islam, dan di antara kaum Muslimin yang tidak berpegang teguh terhadap agama mereka. Lalu tahukah anda penyebab tangisan itu ?” Ia menjawab sambil terus menangis, “Aku tidak mengerti.”
Saya menjelaskan bagaimana Allah memuliakannya dengan nikmat tersebut. Allah telah mengampuni segala dosa-dosanya sebelum ia memeluk Islam. Saya sendiri memintanya agar memohon kepada Allah untuk mengampuni segala dosa-dosanya. Wanita itu tidak begitu mendengarkan ucapan saya karena ingin segera mulai belajar shalat. Hal itu sangat ditekuninya sampai ia dapat menerima ajaran Islam dengan jelas tentang aturan shalat.
Setelah berselang beberapa lama, wanita itu datang untuk kembali berdialog. Saya bertanya, “Kenapa dahulu anda menangis ?”
Ia menjawab, “Aku tidak tahu mengapa aku melakukan hal itu. aku tidak bisa mengetahui kenapa aku sampai menangis. Aku merasakan hal yang aneh. Aku telah merasakan kebahagiaan dalam hatiku. Aku merasakan ketentraman dan rasa cinta. Dan aku telah merasakan ajaran Islam yang sesungguhnya.”
Demi Allah, banyak sekali di antara kita yang tidak merasakan hal yang demikian. Bahkan terkadang ada yang telah membaca al-Qur’an, namun tidak mempercayainya. Allah telah menjadikan al-Quran itu sebagai penyembuh setiap hati yang sakit. Dan telah menjadikan Islam sebagai solusi segala kesulitan yang dihadapi manusia. Betapa mengagumkan ketika perasaan yang demikian itu timbul di dalam dada setiap Muslim yang baru memeluk agama Islam.
Marilah kita memohon kepada Allah Ta’ala agar Allah Ta’ala mengampuni segala dosa-dosanya dan memaafkan segala kesalahannya serta menjaga perjalannya menuju Islam. janganlah kita melupakannya setiap permohonan baik kita kepada Allah.[1]
Dikutip dari “Ketika Hidayah Menyapa” penulis Khalid Abu Shalih (http://an-naba.com)
Berisi kisah-kisah nyata wanita-wanita muallaf dari berbagai Negara dalam mendapatkan hidayah dari Allah Ta’ala melalui caraNya yang khas. Kisah-kisah ini bias menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan keimanan dan istiqamah dalam DienNya
[1] Sumber, “Mauqiq Iza’ah Thariqah Al-Islam.”
http://alqiyamah.wordpress.com/2010/11/23/dia-menangis-ketika-mengucapkan-dua-kalimat-syahadat/
Saya bercerita kepada wanita itu seputar al-Quran al-Karim. Al-Quran itu adalah sebuah kitab mukjizat yang seluruh jagat raya ini membenarkan bahwa Islam adalah agama yang benar.
Al-Quran tidak pernah mengalami perubahan semenjak lebih 1400 tahun yang lalu. Tulisan al-Quran, baik di Mesir, di Amerika, di Cina dan di Jepang adalah sama.
Saya mengajaknya berbicara seputar pembahasan kebenaran Islam dari sisi ilmiah yang berkaitan dengan dunia. Setelah melalui beberapa perbandingan di luar kebiasaan dalam hal teknologi dan beberapa cabang ilmu kontemporer serta mengajukan beberapa perantara riset ilmiah yang bersangkutan. Kemudian menjelaskan bahwa kebenaran semua teknologi itu sudah ada di dalam kitabullah semenjak Rasulullah diutus di padang pasir Mekkah.
Saya menyampaikan kepadanya tentang tantangan Allah kepada penduduk jazirah Arab untuk menandingi Allah. Mereka ditantang untuk membuat sebuah kitab seperti al-Quran, karena mereka memiliki keahlian dalam berbahasa dan memiliki kata-kata yang indah. Ternyata mereka tidak mampu menandingi keagungan al-Quran ini.
Beberapa hari kemudian, wanita itu kembali bertanya tentang Islam kepada saya, dan ia ingin mengetahui jawabannya. Sampailah pertanyaannya itu seputar hari raya kaum Muslimin. Lalu saya menjawab dan menjelaskan kepadanya bagaimana kaum Muslimin merayakan hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul ‘Adhha.
Lalu saya katakan kepada wanita itu, “Aku ingin, anda memeluk Islam!”
Wanita itu menjawab, “Ya, aku mengerti.”
Saya berkata dan hatinya penuh kegembiraan sembari memuji Allah, “Benarkah ?”
Wanita itu menjawab, “Benar.”
Kemudian saya meminta nomor teleponnya, dan ia memberikan nomor tersebut.
Pada pertemuan berikutnya, saya katakan kepadanya, “Sebelumnya telah aku jelaskan kepada anda bagaimana caranya agar dapat dengan mudah memeluk Islam. Dan sekarang tinggal pelaksanaan saja.”
Saya telah menjelaskan kepadanya makna dua kalimat syahadat dengan bahasa Inggris. Kemudian saya berkata kepadanya, “Ikutilah bacaanku !”
(Asyhadu….Alla…. Ilaha….Illa… Allah).
Lalu wanita itu mengikuti bacaan itu dengan suara sedikit demi sedikit menjadi jelas. Lalu saya membacakan kepadanya, (Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah), lalu wanita itu mengucapkan kalimat itu dengan suara yang jauh lebih jelas, sampai ia menangis dengan suara yang amat keras.
Saya bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkan anda menangis. Apakah anda bersedih ?”
Wanita itu menjawab, “Air mataku bukan air mata kesedihan.”
Saya bertanya kepadanya, “Kalau begitu, kenapa anda menangis? Demi Allah, sekarang anda berada dalam kebaikan yang amat besar. Anda telah dipilih Allah untuk memperjuangkan Islam di tengah-tengah jutaan manusia yang meninggalkan ajaran islam, dan di antara kaum Muslimin yang tidak berpegang teguh terhadap agama mereka. Lalu tahukah anda penyebab tangisan itu ?” Ia menjawab sambil terus menangis, “Aku tidak mengerti.”
Saya menjelaskan bagaimana Allah memuliakannya dengan nikmat tersebut. Allah telah mengampuni segala dosa-dosanya sebelum ia memeluk Islam. Saya sendiri memintanya agar memohon kepada Allah untuk mengampuni segala dosa-dosanya. Wanita itu tidak begitu mendengarkan ucapan saya karena ingin segera mulai belajar shalat. Hal itu sangat ditekuninya sampai ia dapat menerima ajaran Islam dengan jelas tentang aturan shalat.
Setelah berselang beberapa lama, wanita itu datang untuk kembali berdialog. Saya bertanya, “Kenapa dahulu anda menangis ?”
Ia menjawab, “Aku tidak tahu mengapa aku melakukan hal itu. aku tidak bisa mengetahui kenapa aku sampai menangis. Aku merasakan hal yang aneh. Aku telah merasakan kebahagiaan dalam hatiku. Aku merasakan ketentraman dan rasa cinta. Dan aku telah merasakan ajaran Islam yang sesungguhnya.”
Demi Allah, banyak sekali di antara kita yang tidak merasakan hal yang demikian. Bahkan terkadang ada yang telah membaca al-Qur’an, namun tidak mempercayainya. Allah telah menjadikan al-Quran itu sebagai penyembuh setiap hati yang sakit. Dan telah menjadikan Islam sebagai solusi segala kesulitan yang dihadapi manusia. Betapa mengagumkan ketika perasaan yang demikian itu timbul di dalam dada setiap Muslim yang baru memeluk agama Islam.
Marilah kita memohon kepada Allah Ta’ala agar Allah Ta’ala mengampuni segala dosa-dosanya dan memaafkan segala kesalahannya serta menjaga perjalannya menuju Islam. janganlah kita melupakannya setiap permohonan baik kita kepada Allah.[1]
Dikutip dari “Ketika Hidayah Menyapa” penulis Khalid Abu Shalih (http://an-naba.com)
Berisi kisah-kisah nyata wanita-wanita muallaf dari berbagai Negara dalam mendapatkan hidayah dari Allah Ta’ala melalui caraNya yang khas. Kisah-kisah ini bias menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan keimanan dan istiqamah dalam DienNya
[1] Sumber, “Mauqiq Iza’ah Thariqah Al-Islam.”
http://alqiyamah.wordpress.com/2010/11/23/dia-menangis-ketika-mengucapkan-dua-kalimat-syahadat/