Shalat sunnah rawatib adalah
shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu. Shalat sunnah rawatib yang
dikerjakan sebelum shalat wajib disebut shalat sunnah qobliyah.
Sedangkan sesudah shalat wajib disebut shalat sunnah ba’diyah.
Di antara tujuan disyari’atkannya
shalat sunnah qobliyah adalah agar jiwa memiliki persiapan sebelum melaksanakan
shalat wajib. Perlu dipersiapkan seperti ini karena sebelumnya jiwa telah
disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Agar jiwa tidak lalai dan siap, maka
ada shalat sunnah qobliyah lebih dulu.
Sedangkan shalat sunnah ba’diyah
dilaksanakan untuk menutup beberapa kekurangan dalam shalat wajib yang baru
dilakukan. Karena pasti ada kekurangan di sana-sini ketika melakukannya.
Keutamaan
Shalat Sunnah Rawatib
Pertama:
Shalat adalah sebaik-baik amalan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
وَاعْلَمُوا
أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ
“Ketahuilah, sebaik-baik amalan bagi kalian adalah shalat.”[1]
Kedua:
Akan meninggikan derajat di surga karena banyaknya shalat tathowwu’ (shalat
sunnah) yang dilakukan
Tsauban –bekas budak Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah ditanyakan mengenai amalan yang dapat
memasukkannya ke dalam surga atau amalan yang paling dicintai oleh Allah.
Kemudian Tsauban mengatakan bahwa beliau pernah menanyakan hal tersebut pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau menjawab,
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ
تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ
بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah karena tidaklah engkau bersujud pada Allah dengan sekali sujud melainkan Allah akan meninggikan satu derajatmu dan menghapuskan satu kesalahanmu.”[2] Ini baru sekali sujud. Lantas bagaimanakah dengan banyak sujud atau banyak shalat yang dilakukan?!
Ketiga:
Menutup kekurangan dalam shalat wajib
Seseorang dalam shalat lima
waktunya seringkali mendapatkan kekurangan di sana-sini sebagaimana
diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ
عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا
رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
“Sesungguhnya seseorang ketika selesai dari shalatnya hanya tercatat baginya sepersepuluh, sepersembilan,seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, separuh dari shalatnya.”[3]
Untuk menutup kekurangan ini,
disyari’atkanlah shalat sunnah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ
قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ
أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ
نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari amalan-amalan mereka adalah shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada shalat hamba-Ku, apakah sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya terdapat beberapa kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah? Jika ia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.”[4]
Keempat:
Rutin mengerjakan shalat rawatib 12 raka’at dalam sehari akan dibangunkan rumah
di surga.
Dari Ummu Habibah –istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
« مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
« مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.”
Coba kita lihat, bagaimana
keadaan para periwayat hadits ini ketika mendengar hadits tersebut. Di antara
periwayat hadits di atas adalah An Nu’man bin Salim, ‘Amr bin Aws, ‘Ambasah bin
Abi Sufyan dan Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang
mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara langsung.
Ummu Habibah mengatakan, Aku
tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak
aku mendengar hadits tersebut langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. ”
‘Ambasah mengatakan,“Aku tidak
pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku
mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah.”
‘Amr bin Aws mengatakan,“Aku
tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak
aku mendengar hadits tersebut dari ‘Ambasah.”
An Nu’man bin Salim
mengatakan,“Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam
sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari ‘Amr bin Aws.”[5]
Yang dimaksudkan dengan shalat
sunnah dua belas raka’at dalam sehari dijelaskan dalam riwayat At Tirmidzi,
dari ‘Aisyah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ
السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ
الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah empat raka’at sebelum zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.”[6]
Hadits di atas menunjukkan
dianjurkannya merutinkan shalat sunnah rawatib sebanyak 12 raka’at setiap harinya.[7]
Dua belas raka’at rawatib yang
dianjurkan untuk dijaga adalah: [1] empat raka’at[8] sebelum Zhuhur, [2] dua
raka’at sesudah Zhuhur, [3] dua raka’at sesudah Maghrib, [4] dua raka’at
sesudah ‘Isya’, [5] dua raka’at sebelum Shubuh.
Shalat
Qobliyah Shubuh Jangan Sampai Ditinggalkan
Shalat sunnah qobliyah shubuh
atau shalat sunnah fajr memiliki keutamaan sangat luar biasa. Di antaranya
disebutkan dalam hadits ‘Aisyah,
رَكْعَتَا
الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua raka’at sunnah fajar (qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.”[9]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sangat bersemangat melakukan shalat ini, sampai-sampai ketika safar pun
beliau terus merutinkannya.
‘Aisyah mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - عَلَى
شَىْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا
عَلَى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memiliki perhatian yang luar biasa untuk shalat sunnah selain shalat sunnah fajar.”[10]
Ibnul Qayyim mengatakan,“Termasuk
di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar adalah
mengqoshor shalat fardhu dan beliau tidak mengerjakan shalat sunnah rawatib
qobliyah dan ba’diyah. Yang biasa beliau tetap lakukan adalah mengerjakan
shalat sunnah witir dan shalat sunnah qabliyah shubuh. Beliau tidak pernah
meninggalkan kedua shalat ini baik ketika bermukim dan ketika
bersafar.”[11]
Tiga
Model untuk Shalat Rawatib Zhuhur
Dalam melakukan shalat sunnah
rawatib zhuhur ada tiga model yang bisa dilakukan.
Pertama: Empat
raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudah Zhuhur sebagaimana telah
dikemukakan dalam hadits ‘Aisyah di atas.
Kedua: Empat raka’at sebelum Zhuhur dan empat raka’at sesudah zhuhur. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits Ummu Habibah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah empat raka’at sebelum Zhuhur dan empat raka’at sesudah Zhuhur, maka akan diharamkan baginya neraka.”[12]
Ketiga: Dua raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudah Zhuhur. Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan,
فِظْتُ مِنَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - عَشْرَ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ
“Aku menghafal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh raka’at (sunnah rawatib), yaitu dua raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at sesudah Zhuhur, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum Shubuh.”[13]
Lebih Bagus Menjalankan Shalat Sunnah di Rumah
Di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menjalankan setiap shalat sunnah di rumah, kecuali jika memang ada hajat atau faktor lain yang mendorong untuk melakukannya di masjid.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
“Sesungguhnya seutama-utama shalat adalah shalat seseorang di rumahnya selain shalat wajib.”[15]
Di antara keutamaan lainnya mengerjakan shalat di rumah, apalagi ketika baru datang dari masjid atau akan pergi ke masjid terdapat dalam hadits Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا خرجت من منزلك فصل ركعتين يمنعانك من مخرج السوء وإذا دخلت إلى منزلك فصل ركعتين يمنعانك من مدخل السوء
“Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang ada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah.”[16]
Kontinu dalam Amalan itu Lebih Baik
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [17]
An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun konsekuen dilakukan, itu lebih baik dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja dilakukan. Ingatlah bahwa amalan sedikit yang rutin dilakukan akan melanggengkan amalan ketaatan, dzikir, pendekatan diri pada Allah, niat dan keikhlasan dalam beramal, juga akan membuat amalan tersebut diterima oleh Sang Kholiq Subhanahu wa Ta’ala. Amalan sedikit namun konsekuen dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan berlipat dibandingkan dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja dilakukan.”[18]
Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan,”Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah amalan yang konsekuen dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat ’Abdullah bin ’Umar.”[19]
Demikian sedikit penjelasan dari kami mengenai shalat sunnah rawatib. Semoga kita termasuk hamba Allah yang bisa merutinkannya. Hanya Allah yang memberi taufik. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
***
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
www.rumaysho.com
[1] HR. Ibnu Majah no. 277, Ad Darimi no. 655 dan Ahmad (5/282), dari Tsauban. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[2] HR. Muslim no. 488.
[3] HR. Abu Daud no. 796 dan Ahmad (4/321), dari ‘Ammar bin Yasir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[4] HR. Abu Daud no. 864, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[5] HR. Muslim no. 728.
[6] HR. Tirmidz no. 414, dari ‘Aisyah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[7] Lihat Bughyatul Mutathowwi’fii Sholati At Tathowwu’.
[8] Dikerjakan dua raka’at salam dan dua raka’at salam.
[9] HR. Muslim no. 725.
[10] HR. Bukhari no. 1169.
[11] Zaadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/456, Muassasah Ar Risalah, cetakan keempat, 1407 H. [Tahqiq: Syu’aib Al Arnauth, ‘Abdul Qadir Al Arnauth]
[12] HR.Abu Daud no. 1269, An Nasa-i no. 1816, dan At Tirmidzi no. 428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[13] HR. Bukhari no. 1180.
[14] Shahih Fiqh Sunnah, 1/381.
[15] HR. Bukhari no. 731 dan Muslim no. 781.
[16] HR. Al Bazzar. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 1323.
[17] HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.
[18] Syarh Muslim, An Nawawi, 6/71, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, tahun 1392 H.
[19] Fathul Baari lii Ibni Rajab, 1/84, Asy Syamilah
Tuntunan
Shalat Sunnah Qobliyah Ashar
Pertanyaan:
Aku pernah shalat qobliyah Ashar empat raka’at. Apakah aku mengerjakannya dua raka’at salam lalu dua raka’at salam? Ataukah aku mengerjakannya dengan empat raka’at sempurna?
Jawaban:
Disyariatkan bagi setiap muslim dan muslimah untuk melaksanakan shalat qobliyah Ashar empat raka’at dan ia salam pada setiap dua raka’at.
Disyari’atkannya shalat qobliyah Ashar berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا
“Semoga Allah merahmati seseorang yang mengerjakan shalat qobliyah Ashar empat raka’at.” [HR. Abu Daud no. 1271, At Tirmidzi no. 430, Ahmad 2/117. Hadits ini hasan.]
Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى
“Shalat (sunnah) malam dan siang hari adalah dua raka’at, dua raka’at.” [HR. Abu Daud no. 1295, An Nasai no. 1666, At Tirmidzi no. 597. Hadits ini shahih] .
Hanya Allah yang memberi taufik.
[Fatwa Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Majalah Ad Dakwah no. 1560, 14/5/1417 H]
Ada
Berapa Shalat Sunnah ba'diyyah & Qabliyyah?
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum
.. Shalat Ba’diyyah dan Qobliyyah ada berapa? Benarkah ada shalat qabliyyah
sebelum ashar, maghrib dan isya’?
Jawaban:
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك
على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:
Saudaraku
penanya…
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk istiqamah di dalam beribadah kepada-Nya…
Berikut
penjelasan tentang shalat sunnat rawatib (qabliyyah dan ba’diyyah);
1.Shalat sunnat rawatib yang mu'akkadah jumlahnya 12 raka'at atau 10 raka'at, dalilnya:
أُمَّ حَبِيبَةَ رضي الله عنها تَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ »
1.Shalat sunnat rawatib yang mu'akkadah jumlahnya 12 raka'at atau 10 raka'at, dalilnya:
أُمَّ حَبِيبَةَ رضي الله عنها تَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ »
Artinya Ummu Habibah radhiyallahu 'anha berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang shalat 12 raka'at di dalam sehari semalam maka dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga". Hadits riwayat Muslim (no. 728)
عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهَا قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَوْ إِلاَّ بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ »
Artinya: "Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim shalat sunnah untuk Allah setiap hari sebanyak 12 raka'at selain shalat wajib, melainkan Allah telah membangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga atau melainkan telah dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga". Hadits riwayat Muslim (no. 728)
عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَلَّى فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ »
Artinya: "Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang shalat di dalam sehari dan semalam 12 raka'at maka dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga, (12 raka'at tersebut) adalah 4 raka'at sebelum Zhuhur, 2 raka'at setelahnya, 2 raka'at setelah Maghrib, 2 raka'at setelah Isya' dan 2 raka'at sebelum Fajar". Hadits riwayat Tirmidzi (no. 414) dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahihut Tirmidzi (1/131)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما – قَالَ: حَفِظْتُ مِنَ النَّبِىِّ -
صلى الله عليه وسلم - عَشْرَ رَكَعَاتٍ, رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ ،
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِى بَيْتِهِ ،
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ
الصُّبْحِ.
Artinya: "Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Telah aku hapal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam 10 raka'at; 2 raka'at sebelum Zhuhur, 2 raka'at setelahnya, 2 raka'at setelah Maghrib di rumahnya, 2 raka'at setelah Isya' di rumahnya dan 2 raka'at sebelum shalat shubuh". Hadits riwayat Bukhari (no. 1172)
2. Shalat rawatib yang tidak mu'akkadah dikerjakan bersamaan dengan shalat fardhu:
قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ زَوْجُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- رضي الله عنها: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ »
Artinya: "Ummu Habibah Istri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang selalu menjaga 4 raka'at sebelum Zhuhur dan 4 raka'at setelahnya maka diharamkan atasnya neraka". Hadits riwayat Ahmad (6/326), Abu Daud (no. 1269) dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam shahih Sunan Ibnu majah (1/191)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا ».
Artinya: "Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah merahmati seseorang yang shalat 4 raka'at sebelum Ashar". Hadits riwayat Ahmad (2/117), Abu Daud (no. 1271) dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam shahih Sunan Abu Daud (1/237).
Adapun untuk shalat qabliyyah sebelum Maghrib dan Isya’, bisa dikerjakan dua rakaat, dengan dalil:
عَنْ عَبْد اللَّهِ الْمُزَنِىِّ رضي الله عنه, أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ ». ثُمَّ قَالَ « صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ ». ثُمَّ قَالَ عِنْدَ الثَّالِثَةِ « لِمَنْ شَاءَ ». كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً.
Artinya: "Dari Abdullah Al Muzani radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalatlah 2 raka'at sebelum Maghrib", kemudian bersabda lagi: "Shalatlah 2 raka'at sebelum Maghrib", kemudian bersabda lagi: "Bagi siapa yang menghendaki". Hadits riwayat Bukhari (no. 1183)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ الْمُزَنِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ - قَالَهَا ثَلاَثًا قَالَ فِى الثَّالِثَةِ - لِمَنْ شَاءَ ».
Artinya: “Abdullah bin Mughaffal al Muzani radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Diantara dua adzan terdapat shalat – beliau mengatakannya sebanyak tiga kali dan pada kali yang ketiga beliau bersabda – bagi siapa yang menghendakinya”. HR. Bukhari dan Muslim.
Maksud dari dua adzan disini adalah adzan dan iqamah, mari perhatikan penjelasan para ulama:
Al
Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
قوله بين كل أذانين أي أذان وإقامة ولا يصح حمله على ظاهرة لأن الصلاة بين الأذانين مفروضة
قوله بين كل أذانين أي أذان وإقامة ولا يصح حمله على ظاهرة لأن الصلاة بين الأذانين مفروضة
Artinya: “Sabda beliau: “Diantara dua adzan maksudnya yaitu adzan dan iqamah dan tidak benar dibawa maknanya kepada zhahir lafazhnya karena shalat diantara dua adzan adalah shalat fardhu”. Lihat kitab Fath Al Bary, karya Ibnu Hajar, 2/107.
An Nawawi rahimahullah berkata:
المراد بالأذانين الأذان والإقامة وفي هذه الروايات استحباب ركعتين بين المغرب وصلاة المغرب
Artinya: “Maksud dua adzan adalah adzan dan iqamah, dan di dalam riwayat-riwayat ini terdapat anjuran untuk mengerjakan shalat dua rakaat antara maghrib dan shalat maghrib”. Lihat kitab Al Minhaj, karya An Nawawi, 6/123.
Berkata Al Mubarakfury rahimahullah di dalam kitab Tuhfat Al Ahwadzy:
قَوْلُهُ (بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ) أَيْ أَذَانٍ وَإِقَامَةٍ وَهَذَا مِنْ بَابِ التَّغْلِيبِ كَالْقَمَرَيْنِ لِلشَّمْسِ وَالْقَمَرِ
وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ أُطْلِقَ عَلَى الْإِقَامَةِ أَذَانٌ
لِأَنَّهَا إِعْلَامٌ بِحُضُورِ فِعْلِ الصَّلَاةِ كَمَا أَنَّ الْأَذَانَ
إِعْلَامٌ بِدُخُولِ الْوَقْتِ
Sabda beliau: “dua adzan”, maksudnya adalah adzan dan iqamah dan ini termasuk dari sisi pemasukan dua kata kepada satunya, seperti dua bulan untuk penyebutan matahari dan bulan.
Dan bisa dimungkinkan penyebutan iqamah dengan sebutan adzan karena iqamah pemberitahuan akan panggilan pelaksanaan shalat, sebagaimana adzan sebagai pemberitahuan akan masuknya waktu shalat”. Lihat kitab Tuhfat Al Ahwadzi, 1/466.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه, قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا ».
Artinya: "Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian telah shalat Jum'at maka hendaklah ia shalat 4 raka'at setelahnya". Hadits riwayat Muslim (no. 881)
عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنهما: أَنَّهُ كَانَ إِذَا صَلَّى الْجُمُعَةَ انْصَرَفَ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصْنَعُ ذَلِكَ.
Artinya: "Dari Nafi', beliau mendapatkan riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma: "Bahwasanya beliau senantiasa jika telah shalat Jum'at, beliau pulang dan shalat 2 raka'at di rumahnya, kemudian beliau berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa berbuat demikian". Hadits riwayat Muslim (no. 882).
Wallahu a'lam.
*)
Ditulis oleh: Ahmad Zainuddin, Selasa, 2 Shafar 1433H, Dammam KSA.
_____________
http://www.dakwahsunnah.com/2011/12/ada-berapa-shalat-sunnah-badiyyah.html
http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/merutinkan-sholat-sunnah-rowatib.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar