Hukum dan Cara Membaca Surat Setelah Membaca Al-Fatihah dalam Shalat
Membaca Surat /Ayat yang
Dihafal dari Al-Qur’an Hukumnya adalah sunnah.
عَنْ أبِيْ هرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ
يَقُوْلُ فيْ كُلِّ صَلاَةٍ يُقْرَأُ فَمَا أَسْمَعَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْمَعْنَاكُمْ وَمَا أَخْفَى عَنَّا أَخْفَيْنَا
عَنْكُمْ وَإِنْ لَمْ تَزِدْ عَلَى أُمِّ الْقُرْآنِ أَجْزَأَتْ وَإِنْ زِدْتَ
فَهُوَ خَيْرٌ
Dari Abi Hurairah radliyallaahu ta’ala ‘anhu ia berkata
: "Al-Qur’an dibaca pada setiap shalat. Bacaan yang dikeraskan oleh
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, kami pun mengeraskannya ketika kami
menjadi imam. Dan bacaan yang tidak dikeraskan oleh Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam, maka kami pun tidak mengeraskannya. Jika kamu tidak menambah
bacaan selain Ummul-Qur’an (Al-Fatihah), maka itu sudah cukup. Jika kamu
menambah bacaan surat selain Ummul-Qur’an, maka itu lebih baik" [HR.
Al-Bukhari no. 738].
عن جبير بن مطعم قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم
قرأ في المغرب بالطور
Dari Jubair bin Muth’im ia berkata : “Aku pernah
mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membaca surat Ath-Thuur
dalam shalat maghrib” [HR. Al-Bukhari no. 731 dan Muslim no. 463].
Sebagian ulama menjelaskan bahwa sebaiknya bacaan pada
raka’at pertama lebih panjang daripada raka’at kedua.
عن أبي سعيد الخدري أن النبي صلى اللَّه عليه وسلم كان
يقرأ في صلاة الظهر في الركعتين الأوليين في كل ركعة قدر ثلاثين آية وفي الأخريين
قدر خمس عشرة آية
Dari Abi Sa’id Al-Khudri radliyallaahu ‘anhu :
“Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membaca surat (setelah
Al-Fatihah) dalam dua raka’at pertama shalat Dhuhur untuk setiap raka’atnya
sekitar tigapuluh ayat. Sedangkan dalam dua raka’at terakhir beliau membaca
sekitar lima belas ayat” [HR. Muslim no. 452].
Cara membaca surat
Dalam satu sholat terkadang beliau membagi satu surat
dalam dua roka’at, kadang pula surat yang sama dibaca pada roka’at pertama dan
kedua. (berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Ahmad dan Abu Ya’la, juga
hadits shahih yang dikeluarkan oleh Al-Imam Abu Dawud dan Al-Baihaqi atau riwayat dari Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim, disahkan oleh Al-Hakim disetujui oleh Ad-
Dzahabi)
Terkadang beliau membolehkan membaca dua surat atau lebih dalam satu roka’at.(Berdasar hadits yang
dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan At-Tirmidzi, dinyatakan oleh
At-Tirmidzi sebagai hadits shahih)
Tata cara bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya membaca surat dengan jumlah ayat
yang berimbang antara roka’at pertama dengan roka’at kedua. (berdasar hadits
shahih dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam sholat yang bacaannya di-jahr kan Nabi membaca
dengan keras dan jelas. Tetapi pada sholat dzuhur dan ashar juga pada sholat maghrib pada roka’at ketiga
ataupun dua roka’at terakhir sholat isya’ Nabi membacanya dengan lirih yang
hanya bisa diketahui kalau Nabi sedang membaca dari gerakan jenggotnya, tetapi
terkadang beliau memperdengarkan bacaannya kepada mereka tapi tidak sekeras
seperti ketika di-jahr-kan. (Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al- Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering membaca
suatu surat dari awal sampai selesai selesai. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Berikanlah setiap surat haknya, yaitu dalam setiap
(roka’at) ruku’ dan sujud.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ibnu Abi Syaibah,
Ahmad dan ‘Abdul Ghani Al-Maqdisi)
Dalam riwayat lain disebutkan: “Untuk setiap satu surat (dibaca) dalam satu roka’at.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ibnu Nashr dan At-
Thohawi)
Dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani: “Seyogyanya kalian
membaca satu surat utuh dalam setiap satu roka’at sehingga roka’at tersebut memperoleh haknya dengan
sempurna.” Perintah dalam hadits tersebut bersifat sunnah bukan wajib.
Dalam membaca surat Al-Qur-an Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melakukannya dengan tartil, tidak lambat juga tidak cepat
-sebagaimana diperintahkan oleh Allah-dan beliau membaca satu per satu kalimat,
sehingga satu surat memerlukan waktu yang lebih panjang dibanding
kalau dibaca biasa (tanpa dilagukan). Rasulullah
berkata bahwa orang yang membaca Al-Qur-an kelak akan diseru: “Bacalah, telitilah dan tartilkan sebagaimana kamu dulu
mentartilkan di dunia, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau
baca.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh At-Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat
Al-Qur-an dengan suara yang bagus, maka beliau juga memerintahkan yang demikian itu: “Perindahlah/hiasilah Al-Qur-an dengan suara kalian
[karena suara yang bagus menambah keindahan Al-Qur'an].”
(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari , Abu
Dawud, Ad-Darimi, Al-Hakim dan Tamam Ar-Razi)
“Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak melagukan
Al-Qur-an.”
(Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al-Hakim,
dishahihkan oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)
Dari berbagai sumber.
Semoga Bermanfa'at.