Selanjutnya, masih dalam meyakinkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, penulis Kitab Tauhid memaparkan bagaimana para malaikat, sebagai makhluk yang besar dan kuat serta keutaman lainnya, takut kepada Allah. Jadi, tidak pantas bagi manusia untuk menyembah malaikat. Bagaimana kisah takutnya malaikat ini?
Keadaan Para Malaikat, Sebagai Makhluk Allah Yang Paling Perkasa,
Dan Rasa Takut Mereka Ketika Turun Wahyu Dari Allah [1]
Firman Allah Azza wa Jalla:
“Sehingga apabila telah
dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah
difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab, "(Perkataan) yang
benar", dan Dialah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar.” (Saba’:
23)
Diriwayatkan dalam Shahih
Al-Bukhari, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda,
“Apabila Allah telah menetapkan
perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh
akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing
rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka
(sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan).
Maka apabila telah dihilangkan
rasa takut dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang difirmankan oleh
Tuhanmu?" Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar. Dan Dialah Yang
Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Ketika itulah, (setan-setan)
penyadap berita (wahyu) itu mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti
ini: sebagian mereka di atas sebagian yang lain -digambarkan Sufyan[2] dengan
telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya- maka
ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu,
disampaikanlah kepada yang di bawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang
ada dibawahnya dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir
atau tukang ramal.”
Akan tetapi kadangkala setan
penyadap berita itu terkena syihab (meteor) sebelum sempat
menyampaikan kalimat (firman) tersebut, dan kadangkala sudah sempat
menyampaikannya sebelum terkena syihab; lalu dengan satu kalimat yang
didengarnyalah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan seratus macam
kebohongan.”
Mereka (yang mendatangi tukang
sihir atau tukang ramal) mengatakan, "Bukankah dia telah memberitahu kita
bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar)", sehingga
dipercayalah tukang sihir dan tukang ramal tersebut karena satu kalimat telah
didengar dari langit. “
An-Nawas bin Sim’an menuturkan
bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila Allah Ta’ala hendak
mewahyukan perintah-Nya maka Dia firmankan wahyu itu, dan langit-langit
bergetar dengan keras karena takut kepada Allah. Lalu, apabila para malaikat
penghuni langit mendengar firman tersebut, pingsanlah mereka dan bersimpuh
sujud kepada Allah. Maka malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya
adalah Jibril, dan ketika itu, Allah firmankan kepadanya apa yang Dia kehendaki
dari wahyu-Nya. Kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap dia melalui satu
langit ditanyai oleh malaikat penghuninya, "Apakah telah difirmankan oleh
Tuhan kita, wahai Jibril?" Jibril menjawab, "Dia firmankan yang
benar. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Dan seluruh malaikat
pun mengucapkan seperti yang diucapkan Jibril itu. Demikianlah sehingga Jibril
menyampaikan wahyu tersebut sesuai yang telah diperintahkan Allah kepadanya.”
[3]
Kandungan Bab Ini
- Tafsir ayat tersebut di atas. [4]
- Ayat ini mengandung suatu argumentasi yang memperkuat kebatilan syirik, khususnya yang berkaitan dengan orang-orang shalih. Dan ayat inilah yang dikatakan memutuskan akar-akar pohon syirik dari jantungnya.
- Tafsiran firman
Allah, "Mereka menjawab, ‘(Perkataan) yang
benar.’ Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." [5] - Sebab pertanyaan para malaikat tentang wahyu yang difirmankan Allah.
- Jibril kemudian menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan, "Dia firmankan yang benar."
- Disebutkan bahwa malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril.
- Jibril memberikan jawaban tersebut kepada seluruh malaikah penghuni langit, karena mereka bertanya kepadanya.
- Seluruh malaikat penghuni langit jatuh pingsan tatkala mendengar firman Allah.
- Langit pun bergetar keras karena firman Allah itu.
- Jibril adalah malaikat yang menyampaikan wahyu itu ke tujuan yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
- Disebutkan pula dalam hadits bahwa setan-setan menyadap berita wahyu tersebut.
- Cara mereka, sebagian naik di atas sebagian yang lain.
- Peluncuran syihab (meteor) untuk menembak jatuh setan-setan penyadap berita.
- Kadangkala setan penyadap berita itu terkena syihab sebelum sempat menyampaikan kalimat yang didengarnya, dan kadangkala sudah sempat menyampaikan ke telinga manusia yang menjadi abdinya sebelum terkena syihab.
- Ramalan tukang ramal adakalanya benar.
- Dengan kalimat yang didengarnya tersebut, ia melakukan seratus macam kebohongan.
- Kebohongannya tidaklah dipercayai kecuali karena kalimat yang diterimanya dari langit [melalui setan penyadap berita].
- Manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima sesuatu yang bathil; bagaimana mereka bisa berdasarkan hanya kepada satu kebenaran saja yang diucapkan tukang ramal, tanpa memperhitungkan atau mempertimbangkan seratus kebohongan yang disampaikannya.
- Satu kalimat kebenaran tersebut beredar luas dari mulut ke mulut dan diingatnya. Lalu dijadikan sebagai bukti apa yang dikatakan tukang ramal adalah benar.
- Menetapkan kebenaran sifat-sifat Allah [sebagaimana yang terkandung dalam ayat dan hadits di atas], berbeda dengan paham Asy’ariyah yang mengingkarinya.
- Bergetarnya langit dan pingsannya para malaikat adalah karena rasa takut mereka kepada Allah.
- Para malaikat pun bersimpuh sujud kepada Allah.
Catatan Kaki
[1] Bab ini menjelaskan bukti
lain yang menunjukkan kebatilan syirik dan hanya Allah yang berhak dengan
segala macam ibadah. Karena apabila para malaikat, sebagai makhluk yang amat
perkasa dan paling kuat bersimpuh sujud di hadirat Allah Yang Maha Tinggi dan
Maha Besar tatkala mendengar firman-Nya, maka tiada yang berhak dengan ibadah,
puja dan puji, sanjungan dan pengagungan kecuali Allah.
[2] Sufyan bin ‘Uyainah bin
Maimun Al-Hilali, salah seorang periwayat hadits ini.
[3] Hadits ini riwayat Ibnu
Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah; dan Al-Baihaqi dalam Al-Asma’ wa
Ash-Shifat.
[4] Ayat ini menerangkan
keadaan para malaikat, yang mereka itu adalah makhluk Allah yang paling kuat
dan amat perkasa yang disembah oleh orang-orang musyrik. Apabila demikian
keadaan mereka dan rasa takut mereka kepada Allah tatkala Allah berfirman, lalu
bagaimana patut mereka itu dijadikan sesembahan selain Allah; apalagi makhluk
selain mereka, tentu lebih tidak patut lagi.
[5] Firman Allah ini
menunjukkan, bahwa Kalamullah bukanlah makhluk (ciptaan) karena mereka berkata,
"Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?"; menunjukkan
pula bahwa Allah Maha Tinggi di atas seluruh makhluk-Nya dan Maha Besar
yang kebesaran-Nya tak dapat dijangkau oleh pikiran mereka.
Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html