Su’ul
khatimah (akhir yang buruk) adalah meninggal dalam keadaan berpaling
dari Allah, berada di atas murka-Nya serta meninggalkan kewajiban dari
Allah. Tidak diragukan lagi, demikian ini akhir kehidupan yang
menyedihkan, selalu dikhawatirkan oleh orang-orang yang bertakwa. Semoga
Allah menjauhkan kita darinya.
Terkadang nampak pada sebagian orang yang sedang sakaratul maut,
tanda-tanda yang mengisyaratkan su’ul khatimah, seperti: menolak
mengucapkan syahadat, justru mengucapkan kata-kata jelek dan haram,
serta menampakkan kecenderungan padanya dan lain sebagainya. Kami perlu
menyebutkan begaina contoh nyata kejadian tersebut.
Kisah yang dibawakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya,
al Jawaabul Kaafi, bahwa ada seseorang saat sakaratul maut, dia
diingatkan, “Ucapkanlah Laa ilaha illallah.” Lalu orang itu menjawa:”Apa
gunanya bagiku, Aku pun tidak pernah mengerjakan shalat karena Allah,
meskipun sekali,” akhirnya ia pun tidak mengucapkannya.
Al Hafizh Rajab rahimahullah dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam,
menukil dari salah satu ulama,’Abdul ‘Aziz bin Abu Rawwad, beliau
berkata: “Aku menyaksikan seseorang, yang ketika hendak meninggal di
talqin (diajari) Laa ilaha illallah. Akan tetapi, ia mengingkarinya pada
akhir ucapannya.”
Kemudian Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bertanya kepadanya tentang orang ini.
Ternyata ia seorang pecandu khamr (minuman keras). Selanjutnya Syaikh
‘Abdul Aziz berkata: “Takutlah kalian terhadap perbuatan dosa, karena
perbuatan dosa itu yang telah menjerumuskannya.”
Hal serupa juga diceritakan oleh al Hafizh adz Dzahabi rahimahullah,
ada seorang yang bergaul dengan pecandu khamr, maka saat ajal akan tiba,
dan ada seseorang yang datang untuk mengajarinya syahadat, ia malah
mengatakan:”Minumlah dan beri aku minum,” kemudian ia meninggal.
Al ‘Alamah Ibnul Qayyim rahimahullah bercerita mengenai seseorang
yang diketahui gemar musik dan mendendangkannya. Tatkala wafat
menjemputnya, dia diingatkan, katakanlah : Laa ilaha illallah (tetapi)
dia justru mulai mengigau dengan lagu sampai kemudian mati tanpa
mengucapkan kalimat tauhid.
Beliau rahimahullah juga berkata:”Sebagian pedagang mengabarkan
kepadaku tentang karib kerabatnya yang hampir meninggal, sementara
mereka disisinya. Mereka mentalkinkan Laa ilaha illallah, namun ia
mengigau “ ini murah, ini barang bagus, ini begini dan begitu,” sampai
ia meninggal dan tanpa bisa melafazhkan kalimat tauhid.”
Berikut ini kami bawakan keterangan Ibnul Qayyim rahimahullah.
Komentar ini dibawakan setelah menyebutkan kisah-kisah di atas. Beliau
rahimahullah berkata:
“Subhanallah, betapa banyak orang yang menyaksikan ini mendapatkan
pelajaran? Apabila seorang hamba, pada saat sadar, kuat, serta memiliki
kemampuan, dia bisa dikuasai setan, ditunggangi perbuatan maksiat yang
diinginkannya, mampu membuat hatinya lalai dari mengingat Allah Ta’ala,
menahan lisannya dari dzikir, dan (begitu pula) anggota badannya dari
mentaati-Nya, lalu bagaimana kiranya ketika kekuatannya melemah, hati
dan jiwanya kacau karena sakitnya naza’ (tercabutnya nyawa) yang sedang
dia alami? Sementera saat itu, setan mengerahkan seluruh kekuatan dan
konsentrasinya, dan menghimpun semua kemampuannya untuk mencuri
kesempatan. Sesungguhnya ini adalah klimaks. Saat itu, hadir setan yang
terkuat, sementara si hamba dalam kondisi paling lemah. Siapakah yang
selamat?
Pada kondisi ini, seperti tercantum dalam firman-Nya:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ
وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan
orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
(QS. Ibrahim:27)
Maka, orang yang dilalaikan hatinya dari mengingat Allah, (selalu)
memperturutkan nafsunya dan melampaui batas, bagaimana mungkin diberi
petunjuk agar husnul khatimah?!
Orang yang hatinya selalu jauh dari Allah Ta’ala, selalu lalai
dari-Nya, selalu mengagungkan nafsunya, selalu menyerahkan kepada
syahwatnya, lisannya kering dari dzikir, serta anggota badannya
terhalang dari ketaatan dan sibuk dengan maksiat, maka mustahil diberi
petunjuk agar akhir kehidupannya baik (husnul khatimah).
Su’ul Khatimah memiliki dua tingkatan
1. Tingkatan terbesar dan terjelek.
Yaitu orang yang hatinya penuh dengan keraguan dan penentangan saat
sakaratul maut, kemudian ia mati dalam keadaan seperti ini, Maka hal ini
akan menjadi penghalang antara dia dan Allah.
2. Tingkatan yang lebih rendah.
Yaitu orang yang hatinya cenderung kepada urusan dunia atau keinginan
syahwatnya, lalu keinginan ini tergambar di dalam hatinya saat
sakaratul maut. Biasanya, seseorang meninggal dalam kondisi yang biasa
dia lakoni pada kehidupan nyatanya. Jika jelek, maka akhirnya juga
jelek. Semoga Allah melindungi kita dari keduanya.
Sebab-sebab Su’ul Khatimah
Dari uraian ini, maka nampak jelas, bahwa penyebab su’ul khatimah
adalah lawan dari penyebab husnul khatimah yang telah disebutkan.
Penyebab utamanya adalah kerusakan aqidah. Di antara penyebabnya juga
adalah rakus terhadap dunia, mencarinya dengan cara-cara haram,
berpaling dari jalan kebaikan, serta terus-menerus melakukan perbuatan
maksiat.
Khalid bin ‘Abdurrahman asy-Syayi’
http://kaahil.wordpress.com/2012/12/19/bagus-tanda-husnul-khotimah-askhir-yang-baik-suul-khatimah-akhir-yang-buruk-12-tanda-mati-khusnul-khotimah-meninggal-dengan-husnul-khatimah-artipengertian-dan-maksud-husnul-khati/