Melanjutkan
penjelasan Kitab Tauhid, penulis ingin menjelaskan mengenai syafa’at. Berbeda
pada pambahasan Syarh Aqidah Wasithiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang
membahas syafa’at dari segi jenis dan macam-macamnya, penekanan beliau di sini
adalah bahwa hanya Allah saja pemberi syafa’at secara mutlak. Sehingga hal ini
membatalkan pemahaman orang-orang musyrik yang memohon syafa’at kepada selain
Allah.
Syafa’at [1]
Firman
Allah,
"Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu
kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari
Kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa’at
pun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa.” (Al-An'am: 51 )
“Katakanlah:
"Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya." (Az-Zumar: 44)
“Tiada
yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa seizinNya.” (Al-Baqarah:255)
“Dan
berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna
kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan di
ridhaiNya.” (An-Najm:
26)
“Katakanlah:
"Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka
tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrahpun di langit dan di bumi dan mereka
tidak mempunyai satu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi; dan
sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagiNya." Dan
tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah
diizinkanNya memperoleh syafa’at itu …”(Saba’: 22 – 23)
Abul
‘Abbas mengatakan, Allah telah menyangkal segala hal yang menjadi tumpuan
kaum musyrikin, selain Diri-Nya sendiri, dengan menyatakan bahwa tak seorang
pun selain Allah mempunyai kekuasaan, atau sebagainya, atau pembantu Allah.
Adapun tentang syafa’at, maka telah ditegaskan Allah bahwa syafa’at ini tidak
berguna kecuali bagi orang yang telah diizinkan Allah untuk memperolehnya,
sebagaima firmanNya, “Dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada orang
yang diridhai
Allah.“(Al-Anbiya’: 28)
Allah.“(Al-Anbiya’: 28)
Syafa’at
yang diperkirakan oleh kaum musyrikin inilah yang tidak ada pada hari Kiamat,
sebagaimana dinyatakan demikian oleh Al-Qur’an. Dan diberitakan oleh Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam bahwa beliau pada hari Kiamat akan dating bersujud
kepada Allah dan menghaturkan segala puji kepadaNya. Beliau shallallahu’alaihi
wa sallam tidak langsung dengan memberi syafa’at lebih dahulu. Setelah itu
barulah dikatakan kepada beliau shallallahu’alaihi wa sallam , "Angkatlah
kepalamu, katakanlah niscaya akan didengar yang kamu katakan, mintalah niscaya
akan diberikan apa yang kamu minta, dan berilah syafa’at niscaya akan diterima
syafa’at yang kamu berikan itu." [2]
Abu
Hurairah telah bertanya kepada beliau shallallahu’alaihi wa sallam,
"Siapakah orang paling beruntung dengan syafa’at engkau?" beliau
shallallahu’alaihi wa sallam menjawab, "Ialah orang yang mengucapkan ‘La
Ilaha Illallah’ dengan ikhlas dari dalam hatinya." [3]
Syafa’at
yang ditetapkan ini adalah syafa’at untuk Ahlul Ikhlas wat-Tauhid[4], dengan
seizin Allah bukan untuk mereka yang berbuat syirik kepadaNya. Dan pada
hakekatnya, bahwa Allah-lah yang melimpahkan karuniaNya kepada Ahlul Ikhlash
wat-Tauhid dengan memberikan maghfirah kepada mereka melalui doa orang yang
diizinkan Allah untuk memperoleh syafa’at, untuk memuliakan orang itu dan
menerimakan kepadanya Al-Maqam Al-Mahmud (kedudukan terpuji).
Jadi
syafa’at yang dinyatakan tidak ada oleh Al-Qur’an, adalah apabila ada sesuatu
syirik di dalamnya. Untuk itu Al-Qur’an telah menetapkan dalam beberapa ayat
bahwa syafa’at adalah dengan izin dari Allah; dan Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam sudah menjelaskan bahwa syafa’at hanyalah untuk Ahlut-Tauhid
wal-Ikhlash.
Kandungan Bab Ini
- Tafsiran ayat ini tersebut di atas.[5]
- Syafa’at yang dinyatakan tidak ada, adalah syafa’at yang terdapat di dalamnya unsur syirik.
- Syafa’at yang ditetapkan, adalah syafa’at untuk Ahlut Tauhid wal-Ikhlash dengan izin dari Allah.
- Disebutkan tentang syafa’at kubra, yaitu Al-Maqam Al-Mahmud.
- Apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika hendak memberi syafa’at, bahwa beliau tidak langsung memberi syafa’at terlebih dahulu, akan tetapi bersujud dan menghaturkan segala puji kepada Allah Azza wa Jalla. Maka apabila telah diizinkan Allah, barulah beliau shallallahu’alaihi wa sallam memberi syafa’at.
- Siapakah orang yang paling beruntung dengan syafa’at beliau?
- Syafa’at tidak diberikan kepada orang yang berbuat syirik kepada Allah.
- Keterangan tentang hakikat syafa’at.
Catatan Kaki
[1]
Syafa’at telah dijadikan dalil oleh kaum musyrikin dalam memohon kepada
malaikat, nabi dan wali. Kata mereka, “Kami tidak memohon kepada mereka
kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan syafa’at kepada kami
di sisiNya.”
Maka
dalam bab ini diuraikan bahwa syafa’at yang mereka harapkan itu adalah percuma,
bahkan syirik; dan syafa’at hanyalah hak Allah semata, tiada yang dapat memberi
syafa’at kecuali dengan seidzinNya bagi siapa yang mendapat ridhaNya.
[2]
Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim.
[3]
Hadits riwayat Imam Ahmad dan Al-Bukhari.
[4]
orang-orang yang mentauhidkan Allah dengan memurnikan ibadah kepadaNya.
[5]
Ayat pertama dan kedua menunjukkan bahwa syafa’at seluruhnya adalah hak khusus
bagi Allah. Ayat ketiga menunjukkan bahwa syafa’at tidak diberikan kepada
seseorang tanpa izin dari Allah. Ayat keempat menunjukkan bahwa syafa’at
diberikan oleh orang yang diridhai Allah dengan izin dariNya. Dengan demikian
syafa’at adalah hak mutlak Allah, tidak dapat diminta kecuali dariNya; dan menunjukkan
pula kebatilan syirik yang dilakukan oleh kaum musyrikin dengan mendekatkan
diri kepada malaikat, atau nabi dan orang-orang yang shalih, untuk meminta
syafa’at mereka.
Ayat
kelima mengandung bantahan terhadap kaum musyrikin yang mereka itu menyeru
selain Allah, seperti malaikat dan makhluk-makhluk lainnya, karena menganggap
bahwa makhluk-makhluk itu mendatangkan manfaat atau menolak mudharat; dan
menunjukkan bahwa syafa’at tidak berguna bagi mereka, karena syirik yang mereka
lakukan, tetapi hanya berguna bagi orang yang mengamalkan tauhid dan itu pun
dengan seizin Allah Ta’ala.
Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html