Dalam bab ini, penulis hendak
menjelaskan secara khusus orang-orang yang suka mengharap berkah kepada sesuatu
selain Allah. Penulis ingin menunjukkan bahwa hal-hal semacam itu dilarang
keras oleh Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana bunyi serta penjelasan
dalil-dalilnya?
Firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
“Maka apakah patut kamu (hai
orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan al-Uzza dan Manat yang ketiga, yang
paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu
(anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah
suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu
dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan
sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.” (An-Najm:
19 – 23)
Abu Waqid Al-Laitsi menuturkan,
“Suatu saat kami sedang pergi
kaluar bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ke Hunain, sedang kami
dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam). Ketika itu
orang-orang musyrik mempunyai batang pohon bidara yang disebut Dzat Anwath,
mereka selalu mendatanginya dan menggantungkan senjata-senjata perang mereka
pada pohon itu. Tatkala kami melewati sebatang pohon bidara, kami pun berkata,
‘Ya rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzat Anwath sebagaimana mereka itu
mempunyai Dzat Anwath.’ Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda,“Allahu Akbar! Itulah tradisi (orang-orang sebelum kamu). Dan demi
Allah yang diriku hanya berada di Tangan-Nya, kamu belum benar-benar mengatakan
suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa
(‘Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai
sesembahan-sesembahan.’ Musa menjawab: ‘Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak
mengerti’). Pasti kamu akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu.” (Hadits
riwayat At-Tirmidzi dan dinyatakannya shahih)
Kandungan Bab Ini
- Tafsiran ayat dalam surah An-Najm [1].
- Mengetahui bentuk permintaan mereka
- Bahwa mereka belum melakukan apa yang mereka minta itu
- Dan maksud mereka dengan permintaan itu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena mereka beranggapan bahwa Allah menyenanginya
- Apabila mereka tidak mengerti hal ini, maka selain mereka lebih tidak mengerti lagi
- Mereka memiliki kebaikan-kebaikan dan jaminan maghfirah yang tidak dimiliki oleh orang-orang selain mereka
- Bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tidak menerima alasan mereka, bahkan beliau shallallahu’alaihi wa sallam menyangkal mereka dengan bersabda, “Allahu akbar! Itulah tradisi orang-orang sebelum kamu. Pasti kamu akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu.” Beliau bersikap keras terhadap permintaan mereka itu dengan ketiga kalimat ini
- Permasalahan penting, dan inilah yang dimaksud, yaitu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memberi tahu bahwa permintaan mereka itu seperti permintaan Bani Israil tatkala mereka berkata kepada Musa, “Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sesembahan-sesembahan.”
- Pengingkaran terhadap hal tersebut adalah termasuk di antara pengertian “La ilaha illallah” yang sebenarnya. Dan ini belum dimengerti dan dipahami oleh mereka yang baru masuk Islam itu
- Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menggunakan sumpah dalam menyampaikan petunjuknya, dan beliau tidak berbuat demikian kecuali untuk suatu maslahat
- Bahwa syirik ada yang akbar dan ada pula yang ashghar, karena mereka tidak menjadi murtad dengan permintaan mereka itu.
- Kata-kata Abu Waqid Al-Laitsi, “… sedang kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam) …” menunjukkan bahwa para sahabat selain mereka mengerti bahwa perbuatan mereka termasuk syirik
- Bertakbir ketika merasa heran atau mendengar sesuatu yang tidak patut diucapkan dalam agama, berlainan dengan pendapat orang yang menyatakannya makruh
- Harus ditutup segala pintu menuju perbuatan syirik
- Dilarang meniru atau melakukan sesuatu perbuatan yang menyerupai perbuatan-perbuatan jahiliyah
- Boleh marah ketika menyampai pelajaran
- Kaidah umum, bahwa di antara umat ini ada yang melakukan perbuatan syirik dan mengikuti tradisi-tradisi umat sebelumnya; berdasarkan sabda beliau, “Itulah tradisi orang-orang sebelum kamu …”
- Ini adalah salah satu dari tanda kenabian, karena terjadi sebagaimana yang beliau beritakan
- Celaan yang ditunjukkan Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, yang terdapat dalam Al-Qur’an, berlaku pula untuk kita
- Menurut mereka (para sahabat) sudah menjadi ketentuan bahwa amalan-amalan ibadah harus berdasarkan pada perintah Allah, [bukan mengikuti keinginan, pikiran atau hawa nafsu sendiri]. Dengan demikian, hadits tersebut di atas mengandung isyarat tentang hal-hal yang akan dinyatakan kepada manusia dialam kubur.
Adapun “Siapakah Tuhanmu?”,
sudah jelas; sedangkan “Siapakah Nabimu?”, berdasarkan keterangan
masalah-masalah ghaib yang beliau beritakan akan terjadi; dan “Apa agamamu?”
Berdasarkan ucapan mereka , “Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana
mereka itu mempunyai sesembahan-sesembahan …” dst
- Tradisi Ahli Kitab itu tercela, seperti halnya tradisi kaum musyrikin
- Bahwa orang yang baru saja pindah dari tradisi bathil yang sudah menjadi kebiasaan dirinya, tidak bisa dipastikan secara mutlak bahwa dirinya terbebas dari sisa-sisa tradisi tersebut; sebagai buktinya mereka mengatakan, “… sedang kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam).”
Dan mereka pun belum terlepas
dari tradisi kafir, karena kenyataannya mereka meminta dibuatkan Dzat Anwath
sebagaimana yang dimiliki oleh kaum musyrikin
Catatan Kaki
[1] Dalam ayat ini, Allah
menyangkal tindakan kaum musyrikin yang tidak rasional, karena mereka menyembah
ketiga berhala tersebut yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan tidak pula
dapat menolak suatu mudharat. Dan Allah mencela tindakan zhalim mereka dengan
memilih untuk mereka jenis yang baik dan memberikan untuk Allah jenis yang
buruk -di dalam anggapan mereka-.
Tindakan mereka itu semua hanyalah
berdasarkan sangkaan-sangkaan dan hawa nafsu, tidak berdasarkan sama sekali
pada tuntunan para Rasul yang mengajak umat manusia untuk beribadah hanya
kepada Allah dan tidak beribadah sedikitpun kepada selain-Nya
Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.