Barangsiapa Mengamalkan
Tauhid Dengan Semurni-murninya, Pasti Masuk Surga Tanpa Hisab (1/2)
Memasuki
bab selanjutnya dalam pembahasan Kitab Tauhid, penulis masih ingin memupuk
motivasi para pembaca dengan mengulas keutamaan-keutamaan tauhid dan para
pelakunya seperti pada bab-bab sebelumnya. Keutamaan-keutamaan ini hanya
dicapai oleh orang yang mengamalkan tauhid dengan benar dan murni (tanpa
syirik). Nah, siapa yang ingin masuk Surga tanpa hisab? Berikut penjelasannya.
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
"Sesungguhnya
Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan)." (An-Nahl:120)
“Dan
Orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu
apapun)."
(Al-Mu’minun: 59)
Hushain
bin ‘Abdurrahman menuturkan, "Suatu ketika aku berada di sisi Sa’id bin
Jubair, lalu ia bertanya, ‘Siapakah di antara kalian melihat bintang yang jatuh
semalam?’ Aku pun menjawab, ‘Aku’. Kemudian kataku: ‘Ketahuilah, sesungguhnya
aku ketika itu tidak dalam keadaan shalat, tetapi terkena sengatan
kalajengking.’ Ia bertanya, ‘Lalu apa yang kamu perbuat?’ Jawabku, ‘Aku meminta
ruqyah[1] Ia bertanya lagi, ‘Apakah yang mendorong dirimu untuk melakukan hal
itu?’ Jawabku, ‘Yaitu sebuah hadits yang dituturkan oleh Sy-Sya’bi kepada
kami.’ Ia bertanya lagi, ‘Dan apakah hadits yang dituturkan kepadamu itu?’
Kataku, ‘Dia menuturkan kepada kami hadits dari Buraidah bin Al-Husaib:
"Tidak dibenarkan melakukan ruqyah kecuali karena ‘ain[2] atau karena
sengatan"
Sa’id pun berkata, ‘Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah didengarnya; tetapi Ibnu ‘Abbas menuturkan kepada kami hadits dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, "Telah dipertunjukkan kepadaku umat-umat. Aku melihat seorang nabi, bersamanya beberapa orang; dan seorang nabi, bersamanya satu dan dua orang; serta seorang nabi dan tak seorang pun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku suatu jumlah yang banyak; aku pun mengira bahwa mereka itu adalah umatku, tetapi dikatakan kepadaku, ‘Ini adalah Musa bersama kaumnya.’ Lalu, tiba-tiba aku melihat lagi suatu jumlah besar pula, maka dikatakan
kepadaku, ‘Ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang mereka itu masuk Surga tanpa hisap dan tanpa adzab.’
Kemudian bangkitlah beliau dan segera memasuki rumahnya. Maka orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Ada di antara mereka yang berkata ‘Mungkin saja mereka itu yang menjadi sahabat Rasulullah. Ada lagi yang berkata ‘Mungkin saja mereka itu orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam, sehingga mereka tidak pernah berbuat syirik sedikit pun juga kepada Allah. Dan mereka menyebutkan lagi beberapa perkara lain. Ketika Rasulullah keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, "Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan, tidak melakukan tathayyur[3] dan mereka pun bertawakkal kepada Tuhan mereka."
Lalu berdirilah ‘Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.’ Beliau menjawab, "Kamu termasuk golongan mereka." Kemudian berdiri seorang yang lain dan berkata, ‘Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.’ Beliau menjawab, "Kamu sudah kedahuluan ‘Ukasyah"[4]
Catatan
Kaki
[1]
Ruqyah maksudnya di sini adalah penyembuhan dengan pembacaan ayat-ayat
Al-Qur’an atau do’a-do’a (yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam)
Al-Qur’an atau do’a-do’a (yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam)
[2]
‘Ain yaitu pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang
melalui matanya; disebut juga kena mata.
[3]
Tathayyur ialah merasa pesimis, merasa bernasib sial, atau meramal nasib
buruk, karena melihat burung, binatang lainnya atau apa saja.
[4]
Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim.
Barangsiapa Mengamalkan Tauhid Dengan Semurni-murninya, Pasti Masuk Surga Tanpa Hisab (2/2)
Setelah
mengetahui dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah, penulis memberikan
butir-butir penjelasan yang terdapat dalam bab ini. Penjelas bagi hadits yang
sekilas Nampak bertentangan.
Kandungan Bab Ini
- Mengetahui adanya tingkatan-tingkatan manusia dalam tauhid
- Pengertian mengamalkan tauhid dengan semurni-murninya
- Sanjungan Allah kepada Nabi Ibrahim, karena sama sekali tidak pernah termasuk orang yang berbuat syirik kepad Allah
- Sanjungan Allah kepada para tokoh wali (Sahabat Rasulullah), karena bersihnya diri mereka dari perbuatan syirik
- Tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan dan tidak melakukan tathayyur adalah termasuk pengamalan tauhid yang murni
- Bertawakkal kepada Allah adalah sifat yang mendasari sikap tersebut
- Dalamnya ilmu para sahabat, karena mereka mengetahui bahwa orang-orang yang dinyatakan dalam hadits tersebut tidak dapat mencapai derajat dan kedudukan yang demikian itu kecuali dengan amal
- Gairah dan semangat para sahabat untuk berlomba-lomba delam mengerjakan amal kebaikan
- Keistimewaan umat Islam, dengan kuantitas dan kualitas
- Keutamaan pengikut Nabi Musa
- Umat-umat telah ditampakkan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
- Setiap umat dikumpulkan sendiri-sendiri bersama Nabinya
- Bahwa sedikit orang yang mengikuti seruan para Nabi
- Nabi yang tidak mempunyai pengikut, datang sendirian pada hari Kiamat
- Buah dari pengetahuan ini adalah; tidak silau dengan jumlah yang banyak dan tidak merasa kecil dengan jumlah yang sedikit
- Diperbolehkan melakukan ruqyah karena terkena ‘ain atau sengatan
- Dalamnya pengertian kaum Salaf, dapat dipahami dari kata-kata Sa’id bin Jubair, "Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang ia dengarnya; tetapi …" dan seterusnya. Dengan demikian jelaslah bahwa hadits pertama tidak bertentangan dengan hadits yang kedua
- Kemudian sifat kaum Salaf karena ketulusan hati mereka, dan mereka tidak memuji seseorang dengan pujian yang dibuat-buat
- Sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam "Kamu termasuk golongan mereka", adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau
- Keutamaan ‘Ukasyah
- Penggunaan kata sindiran [5]
- Keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Catatan
Kaki
[5]
Karena beliau shalallahu’alaihi wa sallam bersabda kepada seorang yang lain: "Kamu
sudah kedahuluan ‘Ukasyah", dan tidak bersabda kepadanya, "Kamu
tidak pantas untuk dimasukkan ke dalam golongan mereka."
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.