Memasuki pembahasan berikutnya
dari Kitab Tauhid, penulis menjelaskan pengertian tauhid dan syahadat "La
Ilaha Illallah" setelah sebelumnya menjelaskan mengenalkan syahadat
tersebut. Dalil-dalil serta hikmah-hikmah apa saja yang disajikan penulis dalam
bab ini?
Firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
"Orang-orang yang mereka
seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara
mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Tuhanmu adalah suatu yang (harus)
ditakuti." (Al-Isra’: 57)
"Dan ingatlah ketika
Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku tidak bertanggung
jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang
Menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku’." (Az-Zukhruf:26-27)
"Mereka menjadikan
orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan
(juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (At-aubah:31)
"Dan di antara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah." (Al-Baqarah: 165)
Diriwayatkan dalam Shahih
(Muslim), bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda,"Barangsiapa yang mengucapkan ‘La ilaha illallah’ dan mengingkari
sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedangkan hisab
(perhitungan) nya adalah terserah kepada Allah."
Kandungan Bab Ini
Keterangan bab ini adalah pada
bab-bab berikutnya. Adapun kandungan bab ini menyangkut masalah yang paling
besar dan paling mendasar, yaitu tafsiran "Tauhid" dan tafsiran
"Syahadat".
Masalah tersebut telah
diterangkan dalam bab ini dengan beberapa hal yang cukup jelas, antara lain:
- Ayat dalam surat Al-Isra’. Diterangkan dalam ayat ini bantahan terhadap kaum musyrikin yang berdo’a (meminta) kepada orang-orang shalih. Maka, ayat ini mengandung suatu penjelasan bahwa perbuatan mereka itu adalah syirik akbar [1]
- Ayat dalam surat Bara’ah (At-Taubah). Diterangkan dalam ayat ini bahwa kaum ahli kitab telah menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan diterangkan bahwa mereka tiada lain hanya diperintahkan untuk beribadah kepada satu sembahan, yaitu Allah. Padahal tafsiran ayat ini, yang jelas dan tidak dipermasalahkan lagi, yaitu mematuhi orang-orang alim dan rahib-rahib dalam tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum Allah; dan maksudnya adalah bukan ahli kitab itu menyembah mereka [2]
- Kata-kata Al-Khalil
Ibrahim kepada orang-orang kafir, "Sesungguhnya aku berlepas diri
dari apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah
menciptakan aku …"
Di sini beliau mengecualikan Allah dari segala sesembahan. Pembebasan diri (dari segala sesembahan yang bathil) dan pernyataan setia (kepada sembahan yang haq, yaitu Allah) adalah tafsiran yang sebenarnya dari syahadat "La ilaha illallah". Allah berfirman, "Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu." (Az-Zukhruf: 28)
- Ayat dalam surat Al-Baqarah berkenaan dengan orang-orang kafir, yang dikatakan oleh Allah dalam firman-Nya, "Dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api Neraka." (Al-Baqarah: 167)
Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa mereka menyembah tandingan-tandingan selain Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai kecintaan yang besar kepada Allah, akan tetapi kecintaan mereka ini belum bisa memasukkan mereka ke dalam Islam.
Lalu, bagaimana dengan orang yang mencintai sembahannya lebih besar daripada kecintaannya kepada Allah? Kemudian, bagaimana dengan orang yang hanya mencintai sesembahan selain Allah itu saja dan tidak mencintai Allah?
- Sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam "Barangsiapa mengucapkan "La ilaha illallah" dan mengingkari sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedangkan hisab (perhitungan) nya adalah terserah kepada Allah."
Ini adalah termasuk hal yang terpenting yang menjelaskan pengertian "La ilaha illallah". Sebab apa yang dijadikan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sebagai pelindung darah dan harta bukanlah sekedar mengucapkan kalimat "La ilaha illallah" itu, bukan pula dengan mengerti makna dan lafadznya, bukan juga karena tidak meminta kecuali kepada Allah saja. Yang tiada sekutu bagi-Nya. Akan tetapi, tidaklah haram dan terlindung harta dan darahnya hingga dia menambahkan kepada pengucapan kalimat "La ilaha illallah" itu dengan pengingkaran kepada segala sembahan selain Allah. Jika dia masih ragu atau bimbang, maka belumlah haram dan terlindung harta dan darahnya.
Sungguh, betapa agung dan penting tafsiran "Tauhid" dan syahadat "La ilaha illallah" yang terkandung dalam hadits ini, betapa jelas keterangan yang dikemukakannya dan betapa mematikan hujjah yang diajukan bagi orang yang menentang.
Catatan Kaki
[1] Dapat diambil kesimpulan
dari ayat dalam surah Al-Isra’ tersebut bahwa tafsiran tauhid dan syahadat
"La ilaha illallah" yaitu: meninggalkan apa yang diamalkan kaum
musyrikin seperti menyeru (memohon) kepada orang-orang shalih dan meminta
syafa’at kepada mereka.
[2] Dapat diambil kesimpulan
dari ayat dalam surat Bara’ah (At-Taubah) tersebut bahwa tafsiran
"Tauhid" dan Syahadat "La ilaha illallah" yaitu pemurnian
ketaatan kepada Allah, dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan
mengharamkan apa yang diharamkan-Nya.
Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.