Memasuki bab selanjutnya dalam pembahasan Kitab Tauhid, penulis ingin menjelaskan secara singkat mengenai bahayanya bercanda dengan mengaitkan Allah, Al-Qur’an dan Rasul-Nya. Atau dengan kata lain, bercanda yang bawa-bawa agama Islam. Penjelasan luasnya bisa anda baca mengenai istihdza’. Simak penjelasan beliau berikut ini.
Bersenda Gurau Dengan Menyebutkan Allah, Al-Qur’an Dan
Rasul-Nya
Firman
Allah,
“Dan
jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau
dan bermain-main saja." Katakanlah, "Apakah dengan Allah,
ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta
maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (Al-Bara’ah / At-Taubah: 65-66).
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Umar, Muhammad bin Ka’b, Zain bin Aslam dan Qatadah, hadits dengan
rangkuman sebagai berikut,
“Bahwasanya
ketika dalam peristiwa perang Tabuk, ada seseorang yang berkata, "Belum
pernah kami melihat seperti para ahli baca Al-Qur’an ini, orang yang lebih
buncit perutnya, lebih dusta lisannya dan lebih pengecut dalam peperangan."
Maksudnya, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat yang ahli
baca Al-Qur’an itu. Maka berkatalah ‘Auf bin Malik kepadanya, Omong kosong yang
kamu katakan. Bahkan kamu adalah munafik. Niscaya akan kuberitahukan kepada
Rasulullah. Lalu pergilah ‘Auf kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
untuk memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Tetapi sebelum ia sampai,
telah turun wahyu Al-Qur’an kepada beliau. Dan ketika orang itu datang kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk memberitahukan hal tersebut
kepada beliau. Tetapi sebelum ia sampai, telah turun wahyu Al-Qur’an kepada
beliau. Dan ketika orang itu datang kepada Rasulullah, beliau beranjak dari
tempatnya dan menaiki untanya. Maka berkatalah dia kepada Rasulullah, ‘Ya
Rasulullah! Sebenarnya kami hanyalah bersenda-gurau dan mengobrol sebagaimana
obrolan orang-orang yang bepergian jauh sebagai pengisi waktu saja dalam
perjalanan kami. Kata Ibnu ‘Umar, Sepertinya aku melihat dia berpegangan pada
sabuk pelana unta Rasulullah, sedang kakinya tersandung-sandung batu, sambil
berkata, "Sebenarnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main
saja."
Lalu
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda kepadanya, Apakah dengan
Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok? Beliau mengucapkan
itu tanpa menengok dan tidak bersabda kepadanya lebih daripada itu.”
Kandungan Bab Ini
- Masalah penting sekali, bahwa orang yang bersenda gurau dengan menyebut-nyebut Allah, ayat-ayatNya atau Rasulullah adalah kafir.
- Ini adalah tafsiran dari ayat tersebut di atas terhadap orang yang melakukan perbuatan itu, siapapun dia.
- Perbedaan antara perbuatan menghasut dengan perbuatan setia kepada Allah dan RasulNya. [Dan melaporkan perbuatan orang-orang fasik kepada waliyul amr untuk mencegah mereka, tidaklah termasuk perbuatan menghasut tetapi termasuk kesetiaan kepada Allah, kepada RasulNya, kepada pemimpin umat Islam dan kaum muslimin seluruhnya].
- Perbedaan antara sikap memaafkan yang dicintai Allah dengan sikap keras terhadap musuh-musuh Allah.
- Bahwa tidak semua permintaan maaf mesti diterima. [Ada juga permintaan maaf yang harus ditolak].
Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.