مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي: سُبْحَانَ
اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا
قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ
“Barang siapa, ketika pagi dan sore, membaca doa:
SUBHANALLAHI WABIHAMDIHI (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya)
sebanyak seratus kali, maka pada hari kiamat tidak ada orang lain yang
melebihi pahalanya kecuali orang yang juga pernah mengucapkan bacaan
seperti itu atau lebih dan itu.[1]” (HR. Muslim)
Dan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:
كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا أَمْسَى قَالَ أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. رَبِّ
أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا
بَعْدَهَا رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ
أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
وَإِذَا أَصْبَحَ قَالَ ذَلِكَ أَيْضًا: أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ
“Apabila sore hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengucapkan do’a yang berbunyi: “AMSAYNA WA AMSAL MULKU LILLAHI
WALHAMDU LILLAH. LAA ILAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIKA LAHU. LAHUL
MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALA KULLI SYAY`IN QADIR. RABBI AS`ALUKA
KHAYRA MAA FII HADZIHIL LAILAH, WA KHAYRA MAA BA’DAHA. WA A’UDZU BIKA
MIN SYARRI MAA FII HADZIHIL LAILAH, WA SYARRI MAA BA’DAHA. RABBI A’UDZU
BIKA MINAL KASALI WA SUU`IL KIBARI. RABBI A’UDZU BIKA MIN ‘ADZABIN FIN
NAARI WA ‘ADZABIN FIL QABRI (Kami memasuki sore hari dan pada sore ini
jagad raya tetap milik Allah. Segala puji bagi Allah tiada sembahan yang
haq selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nyalah semua
kekuasaan dan pujian, dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu. Ya
Allah, aku mohon kepada-Mu dari kebaikan malam ini dan kebaikan
sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang ada pada malam
ini dan kejahatan sesudahnya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari
kemalasan, kesengsaraan di masa tua. Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu
dari azab neraka dan azab di dalam kubur).”
Apabila pagi hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
juga mengucapkan doa tersebut dengan diganti bagian pertamanya menjadi:
ASHBAHNA ASHBAHAL MULKU LILLAHI (Kami memasuki pagi hari dan pada pagi
hari ini jagad raya dan seisinya adalah milik Allah).[2]” (HR. Muslim)
Dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ
رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا
عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا
صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي
فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
قَالَ: وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا
فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ
يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Sayyid al-istighfar (pimpinan doa istighfar) adalah kamu
mengucapkan: ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHALAQTANI WA ANA
‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’UUDZU BIKA MIN
SYARRI MAA SHANA’TU. ABUU`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABUU`U LAKA
BIDZANBI FAGHFIRLI. FA INNAHU LAA YAGHFIRU ADZ-DZUNUUBA ILLA ANTA (Ya
Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi
selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku
menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku
berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku
kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab
tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu).”
Beliau bersabda: “Jika ia mengucapkan di waktu siang dengan
penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka
ia termasuk dari penghuni surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam
dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia
termasuk dari penghuni surga.[3]” (HR. Al-Bukhari)
Dari Abdullah bin Khubaib radhiallahu anhu dia berkata:
خَرَجْنَا فِي لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ لَنَا
فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ أَصَلَّيْتُمْ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ
قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ
قَالَ قُلْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ قُلْ قُلْ
هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
“Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat bersama kami, lalu
kami menemukannya. Beliau bersabda, “Apakah kalian telah shalat?
Bacalah”, namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda,
“Bacalah”, namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda,
“Bacalah”, namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau
bersabda, “Bacalah”, hingga aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang
harus aku baca?” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Bacalah (surah) QUL HUWALLAHU AHAD, QUL A’UDZU BIRABBINNAAS, dan QUL
A’UDZU BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi tiga kali, maka dengan
ayat-ayat ini akan mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan.[4]” (HR. Abu Daud, At-Tirmizi, dan An-Nasai dengan sanad yang hasan)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:
Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari para sahabatnya,
beliau berkata:
إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ بِكَ
أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ وَإِلَيْكَ
النُّشُورُ. وَإِذَا أَمْسَى فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا
وَبِكَ
أَصْبَحْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Apabila salah seorang di antara kalian berada pada pagi
hari maka hendaknya mengucapkan: “ALLOOHUMMA BIKA ASHBAHNAA, WABIKA
AMSAYNAA, WABIKA NAHYA, WABIKA NAMUUT, WAILAYKAN NUSYUR. (Ya Allah
dengan pertolongan-Mu kami berada di pagi hari, dan dengan
pertolongan-Mu kami berada di sore hari, dan dengan kehendak-Mu kami
hidup serta mati, dan kepada-Mu kami dikumpulkan).” Dan di sore hari
hendaknya dia membaca: “ALLOOHUMMA BIKA AMSAYNAA, WABIKA ASHBAHNAA,
WABIKA NAHYA, WABIKA NAMUUT, WAILAYKAL MASHIR (Ya Allah dengan
pertolongan-Mu kami berada di sore hari, dan dengan pertolongan-Mu kami
berada di pagi hari, dan dengan kehendak-Mu kami hidup serta mati, dan
kepada-Mu kami kembali).[5]” (HR. Abu Daud, At-Tirmizi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Sanadnya shahih dalam riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Abu
Bakar Ash-Shiddiq pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam: “Beritahukanlah kepadaku doa apa yang harus aku baca ketika
pagi dan sore.” Beliau bersabda:
قُلْ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ
الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ
وَمَلِيكَهُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَشَرِّ الشَّيْطَانِ
وَشَرَكِهِ وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى
مُسْلِمٍ. قُلْهَا إِذَا أَصْبَحْتَ وَإِذَا أَمْسَيْتَ وَإِذَا أَخَذْتَ
مَضْجَعَكَ
“Ucapkanlah: ALLAHUMMA FATHIRIS SAMAAWAATI WAL ARDHI,
‘ALIMIL GHAIBI WASY SYAHADAH. LAA ILAHA ILLA ANTA, RABBA KULLI SYAY`IN
WAMALIIKAHU. A’UDZU BIKA MIN SYARRI NAFSI WASYARRISY SYAITHANI
WASYARAKIHI. WA AN AQTARIFA ‘ALA NAFSI SUU`AN AW AJURRAHU ILA MUSLIM.
(Ya Allah, Yang Maha mengetahui perkara yang ghaib, serta yang nampak,
Pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu dan Pemiliknya, aku
bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah melainkan Engkau,
aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, kejahatan syetan dan
sekutunya dan melakukan keburukan atas diriku atau aku hantarkan kepada
seorang muslim).” Ucapkan doa tersebut di waktu pagi dan sore dan ketika
kamu ingin tidur.[6]”
(HR. Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmizi, An-Nasai, dan Al-Bukhari dalam
Al-Adab Al-Mufrad dengan sanad yang shahih. Ini adalah lafazh Ahmad dan
Al-Bukhari)
Dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ
كُلِّ لَيْلَةٍ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ
فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ فَيَضُرَّهُ شَيْءٌ
“Tidaklah seorang hamba yang membaca pada pagi dan sore
hari di setiap harinya: BISMILLAHI AL-LADZI LAA YADHURUU MA’A ISMIHI
SYAY`UN FIL ARDHI WALAA FIS SAMAA`, WAHUWAS SAMI’UL ‘ALIM (Dengan
menyebut nama Allah yang tidaklah sesuatu yang ada di bumi dan di langit
akan celaka dengan nama-Nya, dan Dia Maha mendengar lagi Maha
mengetahui),” sebanyak tiga kali, niscaya tidak akan dicelakakan oleh
sesuatu apapun.[7]”
(HR. Imam Ahmad, At-Tirmizi, dan Ibnu Majah. At-Tirmizi berkata, “Hasan
shahih,” dan keadaannya sebagaimana yang beliau katakan)
Dari Tsauban pelayan Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ
يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ
دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا إِلَّا
كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang muslim membaca: RADHITU BILLAHI RABBAN,
WABIL ISLAMI DIINAN, WABI MUHAMMADIN SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM NABIYAN
(aku ridha Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad
sebagai Nabi-ku),” saat ia memasuki sore hari sebanyak tiga kali dan di
pagi hari tiga kali, kecuali Allah pasti untuk meridlainya pada hari
kiamat.[8]”
(HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah dengan sanad yang hasan. Ini
adalah lafazh Ahmad akan tetapi dia tidak menyebutkan nama Tsauban, nama
Tsauban disebutkan oleh At-Tirmizi dalam riwayatnya. An-Nasai juga
meriwayatkannya dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah seperti lafazh riwayat
Ahmad)
Dalam Shahih Muslim dari Abu Said Al-Khudri
radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda:
يَا أَبَا سَعِيدٍ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“Wahai Abu Said, barangsiapa ridha Allah sebagai Rabbnya,
Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabinya, maka ia pasti masuk
surga.[9]“
Imam Muslim juga meriwayatkan dalam Shahihnya
dari Al-Abbas bin Abdil Muththalib radhiallahu anhu bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
“Orang yang ridha dengan Allah sebagai Rabb, Islam sebagai
agama, dan Muhammad sebagai Rasul, maka dia telah merasakan nikmatnya
iman.[10]“
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ أَوْ يُمْسِي اللَّهُمَّ إِنِّي
أَصْبَحْتُ أُشْهِدُكَ وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ وَمَلَائِكَتَكَ
وَجَمِيعَ خَلْقِكَ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ أَعْتَقَ اللَّهُ رُبُعَهُ مِنْ
النَّارِ فَمَنْ قَالَهَا مَرَّتَيْنِ أَعْتَقَ اللَّهُ نِصْفَهُ وَمَنْ
قَالَهَا ثَلَاثًا أَعْتَقَ اللَّهُ ثَلَاثَةَ أَرْبَاعِهِ فَإِنْ قَالَهَا
أَرْبَعًا أَعْتَقَهُ اللَّهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa ketika waktu pagi dan sore hari membaca:
ALLAHUMMA INNI ASHBAHTU USYHIDUKA WA USYHIDU HAMALATA ARSYIKA WA
MALAAIKATAKA WA JAMII’A KHALQIKA: ANNAKA ANTAALLAHU LAA ILAAHA ILLA ANTA
WA ANNA MUHAMMADAN ABDUKA WA RASUULUKA (Ya Allah, aku berada di waktu
pagi bersaksi atas-Mu, dan kepada para pembawa Arsy-Mu, kepada semua
malaikat, dan kepada semua mahkluk-Mu, bahwa Engkau adalah Allah yang
tidak ada sembahan yang haq selain Engkau, dan Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Mu.) maka Allah akan membebaskan seperempat tubuhnya dari neraka,
dan barangsiapa mengucapkannya sebanyak dua kali maka Allah akan
membebaskan separuh tubuhnya dari neraka, dan barang siapa yang
mengucapkannya sebanyak tiga kali maka Allah akan membebaskan tiga
perempat tubuhnya dari neraka, dan barangsiapa membacanya sebanyak empat
kali maka Allah akan membebaskan semua anggota badannya dari neraka.[11]” (HR. Abu Daud dengan sanad yang hasan)
Dan An-Nasai juga meriwayatkan hadits di atas dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah dengan sanad yang hasan, tapi dengan lafazh:
مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ أَوْ يُمْسِي اللَّهُمَّ إِنِّي
أَصْبَحْتُ أُشْهِدُكَ وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ وَمَلَائِكَتَكَ
وَجَمِيعَ خَلْقِكَ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ أَعْتَقَ اللَّهُ رُبُعَهُ مِنْ
النَّارِ فَمَنْ قَالَهَا مَرَّتَيْنِ أَعْتَقَ اللَّهُ نِصْفَهُ وَمَنْ
قَالَهَا ثَلَاثًا أَعْتَقَ اللَّهُ ثَلَاثَةَ أَرْبَاعِهِ فَإِنْ قَالَهَا
أَرْبَعًا أَعْتَقَهُ اللَّهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa ketika waktu pagi dan sore hari membaca:
ALLAHUMMA INNI ASHBAHTU USYHIDUKA WA USYHIDU HAMALATA ARSYIKA WA
MALAA`IKATAKA WA JAMII’A KHALQIKA ANNAKA ANTAALLAHU LAA ILAAHA ILLA ANTA
WA ANNA MUHAMMADAN ABDUKA WA RASUULUKA (Ya Allah, aku berada di waktu
pagi bersaksi atas-Mu, dan kepada para pembawa Arsy-Mu, kepada semua
malaikat, dan kepada semua mahkluk-Mu, bahwa Engkau adalah Allah yang
tidak ada Tuhan selain Engkau, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Mu.)
maka Allah akan membebaskannya dari neraka pada seperempat harinya, dan
barangsiapa yang membacanya sebanyak empat kali maka Allah akan
membebaskannya dari neraka pada sepanjang hari itu.[12]“
Dari Abdullah bin Ghanam radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ
نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ
فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ يَوْمِهِ وَمَنْ
قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ حِينَ يُمْسِي فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ لَيْلَتِهِ
“Barangsiapa mengucapkan saat waktu pagi: ALLAHUMMA MAA
ASHBAHA BII MIN NI’MATIN FAMINKA WAHDAKA LAA SYARIIKA LAKA FALAKAL HAMDU
WA LAKASY SYUKRU (Ya Allah, pagi ini tidak ada nikmat yang ada padaku
atau pada seorangpun dari makhluk-Mu kecuali dari-Mu semata, tidak ada
sekutu bagi-Mu. Maka bagi-Mu lah segala puji dan syukur),” maka dia
telah menunaikan kewajiban syukurnya pada hari itu. Dan barangsiapa
mengucapkannya pada waktu sore maka ia telah menunaikan kewajiban
syukurnya pada waktu malamnya.[13]”
(HR. Abu Daud dan An-Nasai dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah dengan sanad
yang hasan. Ini adalah lafazh An-Nasai akan tetapi dia tidak
menyebutkan lafazh, “Pada waktu sore.[14]” Ibnu Hibban juga meriwayatkannya seperti lafazh An-Nasai tapi dari hadits Ibnu Abbas radhiallahu anhuma)
Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan
doa-doa berikut saat tiba waktu sore dan pagi hari:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي
دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي
وَآمِنْ رَوْعَاتِي اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ
خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ
بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
“ALLAHUMMA INNII AS`ALUKAL ‘AAFIYATA FIDDUN-YAA WAL
AAKHIRAH. ALLAHUMMA INNI AS`ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYATA FI DIINII WA
DUN-YAAYA WA AHLII WA MAALI. ALLAHUMMASTUR ‘AURAATII WA AAMIN RAW’AATI.
ALLAHUMMAHFADZHNII MIN BAYNI YADAYYA WA NIN KHALFII WA ‘AN YAMIINII WA
‘AN SYIMAALII WA MIN FAUQII. WA A’UUDZU BI’AZHAMATIKA AN UGHTAALA MIN
TAHTII (Ya Allah, aku memohon kepada-mu keselamatan di dunia dan di
akhirat. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu pemaafan dan keselamatan dalam
agama, dunia, keluarga dan harta. Ya Allah, tutupilah semua auratku, dan
amankanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, jagalah aku dari depan,
belakang, sisi kanan, sisi kiri, dan dari atas. Aku berlindung kepada-Mu
dengan kebesaran-Mu agar aku tidak diserang dari arah bawah).[15]” (HR. Imam Ahmad dalam Al-Musnad, Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Majah, dan dinyatakan shahih oleh Al-Hakim)
dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
مَنْ قَالَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ حِينَ يُصْبِحُ كُتِبَ لَهُ بِهَا مِائَةُ
حَسَنَةٍ وَمُحِيَ عَنْهُ بِهَا مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ عَدْلَ
رَقَبَةٍ وَحُفِظَ بِهَا يَوْمَئِذٍ حَتَّى يُمْسِيَ وَمَنْ قَالَ مِثْلَ
ذَلِكَ حِينَ يُمْسِي كَانَ لَهُ مِثْلُ ذَلِكَ
“Barangsiapa mengucapkan: LAA ILAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA
SYARIKA LAHU. LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ALA KULLI SYAY`IN QADIR
(Tiada sembahan yang haq selain Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya, Dialah yang memiliki alam semesta dan segala puji hanya
bagi-Nya. Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu) sebanyak sepuluh
kali di waktu pagi hari, maka akan dituliskan baginya seratus kebaikan
dan akan dihapuskan darinya seratus kesalahan, dan baginya pahala
seperti memerdekakan sepuluh budak, serta pada hari itu ia akan dijaga
oleh Allah sampai sore. Dan barangsiapa mengucapkan seperti itu pada
waktu sore hari maka ia akan mendapatkan hal yang semisal itu pula.[16]” (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang hasan)
Masih darinya (Abu Hurairah) radhiallahu anhu dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
مَنْ قَالَ إِذَا أَمْسَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ: أَعُوذُ
بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ تَضُرَّهُ
حُمَةٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ
“Barangsiapa berkata di sore hari: A’UDZU BI KALIMATILLAHIT
TAAMMAAH MIN SYARRI MA KHALAQ (saya berlindung dengan kaliamat Allah
yang sempurna dari kejelekan makhluk-Nya) sebanyak tiga kali, maka dia
tidak akan terkena humah malam itu.[17]” (HR. Imam Ahmad dan At-Tirmizi dengan sanad yang hasan)
Al-humah: Hewan berbisa, seperti kalajengking, ular, dan semacamnya[18].
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari
Khaulah bintu Hakim radhiallahu anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bahwa beliau bersabda:
مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ
اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى
يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ
“Barangsiapa yang singgah pada suatu tempat kemudian dia
berdoa: A’AUUDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAH MIN SYARRI MAA KHALAQ (Aku
berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan
makhluk-Nya), niscaya tidak akan ada yang membahayakannya hingga di
pergi dari tempat itu.[19]“
Dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abza dari
ayahnya radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa
berdoa di pagi dan sore hari dengan:
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ وَعَلَى كَلِمَةِ
الْإِخْلَاصِ وَعَلَى دِينِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّةِ أَبِينَا إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا
كَانَ مِنْ الْمُشْرِكِينَ
“ASHBAHNAA ‘ALA FITHRATIL ISLAM WA ‘ALA KALIMATIL IKHLASH,
WA ‘ALA DIINI NABIYYINAA MUHAMMADIN SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM, WA ‘ALA
MILLATI ABIINAA IBRAHIMA HANIIFAN MUSLIMAN, WA MAA KAANA MINAL
MUSYRIKIN (Di pagi hari kami berada di atas fithrah Islam, di atas
kalimat ikhlash serta di atas agama Nabi kami Muhammad shallallahu
alaihi wasallam, dan di atas millah Ibrahim yang lurus dan muslim, dan
dia bukan termasuk orang musyrik.[20]” (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang shahih)
Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah bahwa dia berkata kepada ayahnya:
يَا أَبَتِ إِنِّي أَسْمَعُكَ تَدْعُو كُلَّ غَدَاةٍ
اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي
اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ تُعِيدُهَا
ثَلَاثًا حِينَ تُصْبِحُ وَثَلَاثًا حِينَ تُمْسِي وَتَقُولُ اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ
بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ تُعِيدُهَا حِينَ
تُصْبِحُ ثَلَاثًا وَحِينَ تُمْسِي ثَلَاثًا قَالَ نَعَمْ يَا بُنَيَّ
إِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو
بِهِنَّ فَأُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ
“Wahai ayahku, aku mendengarmu berdoa di setiap pagi
dengan: ALLAHUMMA ‘AFINI FII BADANII, ALLAHUMMA ‘AFINI FII SAM’II,
ALLAHUMMA ‘AFINII FII BASHARII, LAA ILAAHA ILLA ANTA (Ya Allah,
berikanlah kesehatan buat badanku, buat pendengaran dan penglihatanku,
tiada sembahan yang berhak disembah selain Engkau), ayah selalu
mengulanginya hingga tiga kali ketika pagi dan petang. Dan ayah juga
selalu berdo’a dengan: ALLAHUMMA INNII A’UDZU BIKA MINAL KUFRI WAL
FAQRI, ALLAHUMMA INNII A’UDZUBIKA MIN ‘ADZABIL QABRI, LAA ILAAHA ILLA
ANTA (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung diri kepada-Mu dari
kekufuran, dan kefakiran, Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada sembahan yang berhak disembah
selain Engkau) dan ayah pun selalu mengulanginya tiga kali di waktu
subuh dan tiga kali lagi di waktu sore!” Abu Bakrah menjawab, “Benar,
wahai anakku, sebab aku pernah mendengarnya dari Nabi shallallahu alaihi
wasallam, beliau juga selalu berdo’a dengannya (kalimat tersebut)
sementara aku senang mengikuti sunnah beliau.[21]” (HR. Imam Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, Abu Daud, dan An-Nasai dengan sanad yang hasan)
Setiap muslim dan muslimah disyariatkan untuk membaca di setiap pagi setiap harinya:
LAA ILAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIKA LAHU. LAHUL MULKU
WA LAHUL HAMDU WA HUWA ALA KULLI SYAY`IN QADIR (Tiada sembahan yang haq
selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dialah yang memiliki
alam semesta dan segala puji hanya bagi-Nya. Allah adalah Maha Kuasa
atas segala sesuatu) sebanyak 100 kali agar dia berada dalam penjagaan
dari setan pada hari itu sampai sore. Berdasarkan apa yang telah berlalu
dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah
radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau
bersabda:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ
لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ
لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ
يَأْتِ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ
مِنْ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ
مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ
الْبَحْرِ
“Barangsiapa yang mengucapkan: LAA ILAHA ILLALLAHU WAHDAHU
LAA SYARIKA LAHU. LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ALA KULLI SYAY`IN
QADIR (Tiada sembahan yang haq selain Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya, Dialah yang memiliki alam semesta dan segala puji hanya
bagi-Nya. Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu) dalam sehari
seratus kali, maka orang tersebut akan mendapat pahala sama seperti
orang yang memerdekakan seratus orang budak dicatat seratus kebaikan
untuknya, dihapus seratus keburukan untuknya. Pada hari itu ia akan
terjaga dari godaan setan sampai sore hari dan tidak ada orang lain yang
melebihi pahalanya, kecuali orang yang membaca lebih banyak dan itu.
Barang siapa membaca: SUBHANALLAHI WABIHAMDIHI (Maha Suci Allah dan
segala puji bagi-Nya) seratus kali dalam sehari, maka dosanya akan
dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.[22]“
[Diterjemah dari Tuhfah Al-Akhyar karya Asy-Syaikh Ibnu Baaz hal. 25-35]
[1] Shahih Muslim no. 2692
[2] Shahih Muslim no. 2723
[3] Telah berlalu takhrijnya
[4] Sunan Abu Daud no. 5082, At-Tirmizi no. 3575, dan An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra no. 7860
[5] Sunan Abu Daud no. 5068, At-Tirmizi no. 3391, An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra no. 9836, 10399, dan Ibnu Majah no. 3868
[6]
HR. Ahmad (1/9,10,11,14) (2/297), Abu Daud no. 5067, At-Tirmizi no.
3392, 3529, An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra no. 7691, dan Al-Bukhari
dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 1202-1204
[7] HR. Ahmad (1/62, 66), At-Tirmizi no. 3388, dan Ibnu Majah no. 3869
[8]
HR. Ahmad (4/337), At-Tirmizi no. 3389. Sementara Abu Daud no. 5072,
An-Nasai dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah no. 4, 565, dan Ibnu Majah no.
3870 meriwayatkannya dari hadits Abu Salam pelayan Nabi shallallahu
alaihi wasallam.
[9] Shahih Muslim no. 1884
[10] Shahih Muslim no. 34
[11] Sunan Abi Daud no. 5069
[12] HR. An-Nasai dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah no. 9
[13] Sunan Abi Daud no. 5073 dan An-Nasai dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah no. 7
[14] HR. Ibnu Hibban no. 861
[15]
HR. Ahmad: 2/25, Abu Daud no. 5074, An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra
no. 10401, Ibnu Majah no. 3871, dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak: 1/517,
518
[16] HR. Ahmad: 2/360
[17] HR. Ahmad: 2/290 dan At-Tirmizi dalam Ad-Da’wat: 5/780
[18] Lihat An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits: 1/446
[19] Shahih Muslim no. 2708
[20] HR. Ahmad: 3/406, 407
[21] HR. Ahmad: 5/42, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 701, Abu Daud no. 5090, dan An-Nasai no. 5465