Imam Said Ibnul Musayyib berkata :
“Artinya : Sunnah Idul Fithri itu ada tiga : berjalan kaki menuju ke mushalla, makan sebelum keluar ke mushalla dan mandi” [2].
Aku katakan : Mungkin yang beliau
maksudkan adalah sunnahnya para sahabat, yakni jalan mereka dan petunjuk
mereka, jika tidak, maka tidak ada sunnah yang shahih dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal demikian.
Berkata Imam Ibnu Qudamah :
“Disunnahkan untuk bersuci dengan mandi
pada hari raya. Ibnu Umar biasa mandi pada hari Idul Fithri dan
diriwayatkan yang demikian dari Ali Radhiyallahu ‘anhu. Dengan inilah
Alqamah berpendapat, juga Urwah, ‘Atha’, An-Nakha’i, Asy-Sya’bi,
Qatadah, Abuz Zinad, Malik, Asy-Syafi’i dan Ibnul Mundzir” [Al-Mughni
2/370]
Adapun yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi ini maka haditsnya dhaif (lemah) [3]
[Disalin dari buku Ahkaamu Al'Iidaini Fii
Al Sunnah Al Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah,
oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari,
terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Husein]
_________
Foote Note.
[1]. Diriwayatkan Malik 1/177, Asy-Syafi’i 73 dan Abdurrazzaq 5754 dan sanadnya Shahih
[2].Diriwayatkan Al-Firyabi 127/1 dan 2, dengan isnad yang shahih, sebagaimana dalam ‘Irwaul Ghalil’ 2/104]
[3]. Ini diriwayatkan dalam ‘Sunan Ibnu Majah’ 1315 dan dalam isnadnya ada rawi bernama Jubarah Ibnul Mughallas dan gurunya, keduanya merupakan rawi yang lemah. Diriwayatkan juga dalam 1316 dan dalam sanadnya ada rawi bernama Yusuf bin Khalid As-Samti, lebih dari satu orang ahli hadits yang menganggapnya dusta (kadzab).
_________
Foote Note.
[1]. Diriwayatkan Malik 1/177, Asy-Syafi’i 73 dan Abdurrazzaq 5754 dan sanadnya Shahih
[2].Diriwayatkan Al-Firyabi 127/1 dan 2, dengan isnad yang shahih, sebagaimana dalam ‘Irwaul Ghalil’ 2/104]
[3]. Ini diriwayatkan dalam ‘Sunan Ibnu Majah’ 1315 dan dalam isnadnya ada rawi bernama Jubarah Ibnul Mughallas dan gurunya, keduanya merupakan rawi yang lemah. Diriwayatkan juga dalam 1316 dan dalam sanadnya ada rawi bernama Yusuf bin Khalid As-Samti, lebih dari satu orang ahli hadits yang menganggapnya dusta (kadzab).