9. Dari seorang laki-laki yang menjadi
sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang wanita mandi dengan sisa
air mandi laki-laki atau sebaliknya, namun hendaklah keduanya saling
menciduk dari air tersebut.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i,
dan sanadnya shahih).
TAKHRIJUL HADITS
Shahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud no.81, Nasa’i 1/130 dan Baihaqi 1/190, dari jalan Dawud bin Abdullah, dari Humaid bin Abdurrahman Al Himyari, ia berkata: Saya pernah berteman dengan seorang laki-laki yang pernah bersahabat dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama empat tahun sebagaimana Abu Hurairah, ia berkata:
Shahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud no.81, Nasa’i 1/130 dan Baihaqi 1/190, dari jalan Dawud bin Abdullah, dari Humaid bin Abdurrahman Al Himyari, ia berkata: Saya pernah berteman dengan seorang laki-laki yang pernah bersahabat dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama empat tahun sebagaimana Abu Hurairah, ia berkata:
نَهَى رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلّمْ أَنْ تَغْتَسِلَ الْمَرْأَةُ بِفَضْلِ الرَّجُلِ أَوْ يَغْتَسِلُ
الرَّجُلُ بِفَضْلِ الْمَرْأَةِ، وَلْيَغْتَرِفَا جَمِيْعًا
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah melarang wanita mandi dari sisa air laki-laki atau laki-laki
mandi dari sisa air wanita, dan hendaklah masing-masing menciduknya.
Sanad hadits ini shahih sebagaimana
dikatakan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar. Jalan yang lain, telah
diriwayatkan oleh Abu Dawud no.82, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan
lain-lain dari jalan Al Hakam bin Amr Al Aqra’:
أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمْ نَهَى أَنْ يَتَوَضَّأَ الرَّجُلُ بِفَضْلِ طُهُوْرِ الْمَرْأَةِ.
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang laki-laki berwudhu dari sisa wudhu wanita.
Sanadnya shahih dan rawi-rawinya semuanya tsiqah.
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا: أَنَّ النبيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمْ كَانَ يَغْتَسِلُ
بِفَضْلِ مَيْمُونَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا.) أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ(
10.Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu (ia
berkata),“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mandi
dengan sisa air mandi Maimunah Radhiyallahu ‘anha.” (Diriwayatkan oleh
Muslim).
TAKHRIJUL HADITS
Shahih. Diriwayatkan oleh Muslim 1/177.
Shahih. Diriwayatkan oleh Muslim 1/177.
وَلأَصْحَابِ السُّنَنِ: اِغْتَسَلَ بَعْضُ
أَزْواجِ النَّبيِّ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم فِيْ جَفْنَةٍ، فَجَاءَ
لِيغْتَسِلَ مِنْها، فَقَالَتْ إنِّي كُنْتُ جُنُباً فَقَالَ: إنَّ
الْمَاءَ لاَ يُجْنِبُ )وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ خُزَيْمَة َ(
11. Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasai, dan
Ibnu Majah meriwayatkannya dengan lafazh: Salah seorang dari istri Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dalam sebuah bak mandi, kemudian
beliau pun datang ingin mandi dengan sisa air tersebut, maka istri
beliau pun berkata,“Sesungguhnya aku tadi mandi janabah.” Maka beliau
bersabda,“Sesungguhnya air itu tidaklah (terkena) junub.” (Dan telah
dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah).
TAKHRIJUL HADITS
Shahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud no.68, Tirmidzi no.65, Nasai 1/173, Ibnu Majah no. 370,371, Ahmad 1/235,284,308,337 dan Ibnu Khuzaimah no.91,109 dan lain-lain banyak sekali, yang semuanya dari jalan Simak (bin Harb), dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata:
Shahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud no.68, Tirmidzi no.65, Nasai 1/173, Ibnu Majah no. 370,371, Ahmad 1/235,284,308,337 dan Ibnu Khuzaimah no.91,109 dan lain-lain banyak sekali, yang semuanya dari jalan Simak (bin Harb), dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata:
اِغْتَسَلَ بَعْضُ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمْ فِي جَفْنَةٍ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى
الله عَلَيْهِ وَسَلّمْ لِيَتَوَضَّأُ مِنْهَا –أَوْ يَغْتَسِلُ-
فَقَالَتْ لَهُ : يَارَسُوْلَ الله، إِنِّيْ كُنْتُ جُنُبًا. فَقَالَ
رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمْ : إِنَّ الْمَاءَ لاَ
يُجْنِبُ
Sebagian dari istri Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mandi (janabah) di bak mandi yang besar. Lalu
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang akan berwudhu dengan air
tersebut, maka istrinya berkata kepada beliau,”‘Ya Rasulullah,
sesungguhnya tadi aku sedang junub!” Maka bersabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam,“ Sesungguhnya air itu tidak berjanabah.”
Sanad hadits ini shahih. Dan telah dishahihkan oleh Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al Albani dan lain-lain .
Dan dalam salah satu lafazh Nasai, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Abdurrazzaq:
إِنَّ الْمَاءَ لاَ يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ
FIQIH HADITS
- Hadits Ibnu Abbas di atas (no.10 dan 11) menunjukkan, bahwa larangan
di hadits nomor 9 hanya larangan untuk kebersihan (lit tanzih)***.
Karena Nabi n mandi dan berwudhu dari air sisa mandi janabahnya
Maimunah istri beliau. Dan Maimunah pernah mandi janabah sambil
berendam di bak mandi.
- Dari hadits yang mulia ini, kita mengetahui tidak ada istilah air
musta’mal (sisa air yang bekas dipakai untuk mandi janabah atau
berwudhu). Yang menurut mereka, bahwa air musta’mal ini suci akan tetapi
tidak mensucikan. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan tegas mengatakan bahwa “air itu tidak berjunub”.
- Sisa bekas mandi janabah tetap suci dan mensucikan, yang selanjutnya boleh dipakai untuk mandi janabah atau berwudhu.
- Boleh mandi janabah sambil berendam di bak mandi .
- Boleh mandi janabah sambil berendam di bak mandi .
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi
06/Tahun VII/1424H/2003M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 08121533647, 08157579296]