Minggu, 17 November 2013

Meminta Allah Sebagai Perantara Kepada Makhluknya & Upaya Nabi Dalam Menjaga Kemurnian Tauhid


Selanjutnya, penulis Kitab Tauhid menerangkan bagaimana upaya keras Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam menjaga kemurnian tauhid kepada Allah Azza wa Jalla. Hal ini juga ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika ada orang yang meminta sesuatu untuk dijadikan perantara Allah dengan makhluk-Nya.

Tidak Dibenarkan Meminta Allah Sebagai Perantara Kepada Makhluknya



Diriwayatkan dari Jubair bin Muth’im bahwa ada seorang badui dating kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam seraya berkata:
"Ya Rasulullah! Orang-orang kehabisan tenaga, anak-istri kelaparan dan harta benda musnah. Maka mintalah siraman hujan untuk kami kepada Tuhanmu. Sungguh, kami meminta Allah sebagai perantara kepadamu dan kami memintamu sebagai perantara kepada Allah."  Ketika itu, bersabdalah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam: "Subhanallah, Subhanallah."Beliau pun tetap bertasbih sampai tampak pada raut muka para sahabat (perasaan takut karena kemarahan beliau). Kemudian beliau bersabda: "Kasihanilah dirimu. Tahukah kamu siapakah Allah ‘Azza wa Jalla itu? Sungguh, kedudukan Allah jauh lebih Agung daripada yang demikian itu. Sesungguhnya, tidak dibenarkan Allah diminta sebagai perantara kepada siapa pun dari makhlukNya …" dan seterusnya. [1]

Kandungan Bab Ini:


  1. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menolak dan tidak membenarkan orang yang mengatakan: "Kami meminta Allah sebagai perantara kepadamu."
  2. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam marah sekali tatkala mendengar ucapan ini dan bertasbih berkali-kali, sehingga para sahabat merasa takut.
  3. Rasulullah tidak menolak ucapan orang badui tersebut: "Kami memintamu sebagai perantara kepada Allah."
  4. Tafsiran "Subhanallah" [artinya: Mahasuci Allah dari segala hal yang tidak layak dengan keagungan dan kebesaranNya].
  5. Bahwa kaum muslimin meminta perantaraan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam [pada masa hidupnya] untuk memohon (kepada Allah) siraman hujan


Upaya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Dalam Menjaga Kemurnian Tauhid Dan Menutup Segala Jalan Menuju Syirik




‘Abdullah bin Asy-Syikhkhir menuturkan: "Tatkala aku ikut pergi bersama suatu delegasi Bani ‘Amir menemui Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, kami berkata: "Engkau adalah sayyid (tuan) kita." Maka beliau bersabda: "Sayyid yang sebenarnya adalah Allah Tabaraka wa." Lalu kami berkata: "Dan engkau adalah yang paling mulia dan paling agung kebaikannya di antara kita." Beliau pun bersabda: "Ucapkanlah semua atau sebagian kata-kata yang wajar bagi kamu sekalian dan janganlah terseret oleh setan." [2]

Diriwayatkan dari Anas radhiallahu anhu, ia menuturkan bahwa ada orang-orang
berkata: "Ya Rasulullah; wahai orang yang paling baik di antara kita dan putera orang yang paling baik di antara kita; wahai tuan kita dan putera tuan kita!" Maka, ketika itu, bersabdalah beliau: "Saudara-saudara sekalian! Ucapkanlah kata-kata yang wajar saja bagi kamu sekalian dan janganlah sekali-kali kamu sekalian terbujuk oleh setan. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan utusanNya. Aku tidak senang kamu sekalian mengangkatku melebihi kedudukanku yang telah diberikan kepadaku oleh Allah ." [3]

Kandungan Bab Ini


  1. Peringatan kepada para sahabat agat tidak bersikap berlebihan terhadap beliau shallallahu’alaihi wa sallam.[4]
  2. Orang yang dikatakan kepadanya: "Engkau adalah sayyid (tuan) kita", seyogyanya menjawab: "Sayyid yang sebenarnya adalah Allah Tabaraka wa ."
  3. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memperingatkan kepada para sahabat agar tidak terseret dan terbujuk oleh setan, padahal mereka tidak mengatakan kecuali yang sebenarnya.
  4. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Aku tidak senang kamu sekalian mengangkatku melebihi kedudukan (yang sebenarnya) yang telah diberikan kepadaku oleh Allah."


Catatan Kaki


[1] Hadits riwayat Abu Dawud.
[2] Hadits riwayat Abu Dawud dengan sanad jayyid.
[3] Hadits riwayat An-Nasa’i dengan sanad jayyid.
[4] Bab ini menunjukkan bahwa tauhid tidak akan sempurna, dan murni kecuali dengan menghindarkan diri dari setiap ucapan yang menjurus kepada perlakuan yang berlebihan terhadap seorang makhluk karena dikhawatirkan akan terseret ke dalam syirik.


Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html


Tidak ada komentar: