Memasuki
pembahasan selanjutnya dalam Kitab Tauhid, penulis ingin menjelaskan mengenai
orang yang meminta penyebutan nama Allah dan tentang ucapan:
"Andaikata". Mengapa ucapan "Andaikata" dilarang? Seberapa
besar bahayanya?
Jangan Ditolak Orang Yang Meminta Dengan Menyebut Nama Allah
Ibnu
‘Umar ma menuturkan: Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa
yang meminta dengan menyebut nama Allah maka berilah; barangsiapa yang meminta
perlindungan dengan menyebut nama Allah maka lindungilah; barangsiapa yang
mengundangmu maka penuhilah undangannya; dan barangsiapa yang berbuat kebaikan
kepadamu maka balaslah kebaikannya itu (dengan yang sebanding atau lebih baik),
tetapi jika kamu tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka
do’akanlah untuknya dengan sungguh-sungguh sampai kamu merasa bahwa kamu sudah
membalas kebaikannya." [1]
Kandungan Bab Ini
- Diperintahkan memberi orang yang meminta dengan menyebut nama Allah, (demi memuliakan dan mengagungkan Allah).
- Diperintahkan untuk melindungi orang yang meminta perlindungan dengan menyebut nama Allah.
- Disyariatkan untuk memenuhi undangan (saudara seiman).
- Disyariatkan untuk membalas kebaikan (dengan balasan yang sebanding, atau yang lebih daripadanya).
- Dalam keadaan tidak mampu untuk membalas kebaikan seseorang, disyariatkan untuk mendoakannya.
- Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan supaya mendoakannya dengan sungguh-sungguh sampai anda merasa bahwa anda telah membalas kebaikannya.
Tidak Dimohon Dengan Menyebut Wajah Allah, Kecuali
Surga
Jabir
menuturkan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidak
boleh dimohon dengan menyebut Wajah Allah, kecuali Surga saja." [2]
Kandungan Bab Ini
- Dilarang memohon sesuatu dengan menyebut Wajah Allah, kecuali apabila yang dimohon itu adalah Surga. [Hal ini, demi mengagungkan Allah serta memuliakan asma' dan shifat-Nya].
- Menetapkan kebenaran adanya Wajah bagi Allah ‘Azza wa Jalla [sesuai dengan keagungan dan kemuliaanNya].
Tentang Ucapan: "Andaikata"
Firman
Allah ‘Azza wa Jalla :
“Mereka
berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam
urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah:
"Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah
ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka
terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam
dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui
isi hati.” (Ali Imran: 154)
“Orang-orang
yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi
berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak
terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu
orang-orang yang benar." (Ali
Imran: 168)
Diriwayatkan
dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
"Bersungguh-sungguhlah
dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah
(dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah.
Apabila kamu tertimpa suatu kegagalan, janganlah kamu berkata: ‘Seandainya aku
berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah: ‘Ini
telah ditakdir-kan oleh Allah; dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki’;
karena ucapan ‘seandainya’ akan membuka (pintu) perbuatan setan."
Kandungan Bab Ini
- Tafsiran kedua ayat dalam surah Ali Imran. [3]
- Dilarang dengan tegas untuk mengucapkan "andaikata" atau "seandainya" apabila mendapat suatu musibah atau kegagalan.
- Alasannya, bahwa ucapan tersebut akan membuka pintu perbuatan setan.
- Bimbingan yang diberikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam [ketika menjumpai suatu kegagalan atau mendapat suatu musibah], yaitu supaya mengucapkan perkataan yang baik [dan bersabar serta mengimani bahwa apa yang terjadi adalah takdir Allah].
- Diperintahkan supaya bersungguh-sungguh dalam menuntut segala yang bermanfaat [untuk di dunia dan di akhirat], dengan senantiasa memohon pertolongan Allah.
- Dilarang bersikap sebaliknya, yaitu bersikap lemah.
Catatan Kaki
[1]
HR Abu Dawud dan An-Nasa’i dengan sanad shahih.
[2]
Hadits riwayat Abu Dawud.
[3]
Kedua ayat di atas menunjukkan larangan mengucapkan "Andaikata" atau
"Seandainya" dalam hal yang telah ditakdirkan oleh Allah
terjadi, dan ucapan demikian termasuk sifat-sifat munafik; menunjukkan bahwa
konsekuensi iman ialah pasrah dan ridha kepada takdir Allah, serta rasa
khawatir seseorang tidak akan dapat menyelamatkan dirinya dari takdir tersebut.