Minggu, 17 November 2013

Ilmu Nujum (Astrologi) dan Menisbatkan Turunnya Hujan Kepada Bintang


 
Apa itu ilmu nujum? Bagaimana hukumnya dalam Islam? Lalu bagaimana jika kita mempelajarinya hanya untuk mengetahui peredaran benda-benda dalam tata surya kita? Apa saja manfaat-manfaat yang Allah berikan dalam penciptaan bintang-bintang? Simak jawabannya dalam pembahasan Kitab Tauhid kali ini.

1. Ilmu Nujum (Astrologi)

Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, bahwa Qatadah mengatakan,
“Allah menciptakan bintang-bintang ini, untuk tiga hikmah, sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar setan dan sebagai tanda-tanda untuk petunjuk (arah dan sebagainya). Karena itu, barangsiapa dalam masalah ini berpendapat selain tersebut, maka dia telah salah dan menyia-nyiakan nasibnya serta membebani diri anda dengan hal yang di luar batas pengetahuannya.”

Tentang mempelajari letak-letak peredaran bulan, Qatadah menyatakan makruh, sedang Ibnu ‘Uyainah tidak membolehkan. Demikian disebutkan oleh Harb dari mereka. Tetapi Imam Ahmad dan Ishaq memperbolehkan hal tersebut.[1]

Abu Musa menuturkan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Tiga jenis manusia tidak masuk Surga, yaitu, pecandu khamr (minuman keras), orang yang mempercayai sihir[2] dan pemutus hubungan kekeluargaan.”[3]

Kandungan Bab Ini
  1. Hikmah penciptaan bintang-bintang.
  2. Bantahan terhadap orang yang berpendapat selain tersebut.
  3. Ada perbedaan pendapat di antara para ulama dalam masalah mempelajari letak-letak peredaran bulan.
  4. Ancaman bagi orang yang mempercayai sesuatu sihir [yang di antara jenisnya adalah ilmu nujum (astrologi)], walaupun dia mengetahui akan kebatilannya.

2. Menisbatkan Turunnya Hujan Kepada Bintang

Firman Allah Ta’ala,
“Dan kamu membalas rizki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan mendustakan Allah yang tidak benar.” (Al-Waqi’ah: 82).

Abu Malik Al-Asy’ari menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Empat perkara yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan Jahiliyah, yang tidak ditinggalkan oleh mereka: membanggakan kebesaran leluhur, mencela keturunan, menisbatkan turunnya hujan kepada bintang-bintang dan meratapi orang mati.”
Lalu beliau bersabda, “Wanita yang meratapi orang mati, apabila belum bertaubat sebelum meninggal, akan dibangkitkan pada hari Kiamat dan dikenakan kepadanya pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (Hadits riwayat Muslim)

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Zaid dan Khalid, katanya,
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengimani kami dalam shalat Shubuh di Hudaibiyah setelah semalamnya turun hujan. Ketika usai shalat, beliau menghadap
kepada orang-orang lantas bersabda, "Tahukah kamu apa yang difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, Dia berfirman, “Pagi ini di antara hamba-hambaKu ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan ‘Telah turun hujan kepada kita berkat karunia dan rahmat Tuhan’, dia beriman kepadaKu dan kafir kepada bintang.”

Sedangkan orang yang mengatakan ‘Telah turun hujan kepada kita karena bintang ini, atau bintang itu.’, dia kafir kepadaKu dan beriman kepada bintang.


Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Ibnu ‘Abbas, yang maknanya antara lain disebutkan demikian, “…Ada di antara mereka berkata, ‘Sungguh telah benar bintang ini atau bintang itu.’ Sehingga Allah menurunkan firman-Nya, Maka Aku bersumpah dengan tempat-tempat peredaran bintang-bintang… dst. sampai firman-Nya, Dan kamu membalas rizki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan mengatakan perkataan yang tidak benar. [4]

Kandungan Bab Ini
  1. Tafsiran ayat dalam surat Al-Waqi’ah.[5]
  2. Disebutkan empat perkara termasuk perbuatan Jahiliyah.
  3. Dinyatakan bahwa di antara perkara-perkara tersebut ada yang disebut sebagai kufur [yaitu menisbatkan turunnya hujan kepada bintang].
  4. Kufur ada yang tidak menyebabkan keluar dari Islam.
  5. Di antara dalilnya, firman Allah yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, "Pagi ini di antara hamba-hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada pula yang kafir…" disebabkan turunnya nikmat hujan.
  6. Perlu difahami makna iman dalam kasus tersebut.
  7. Dan perlu difahami pula makna kufur dalam kasus tersebut.
  8. Di antara pengertian kufur, adalah ucapan salah seorang dari mereka, "Sungguh telah benar bintang ini, atau bintang itu."
  9. Metode pengajaran kepada orang yang tidak mengerti masalah dengan mengajukan pertanyaan, sebagai contohnya, sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam, "Tahukah kamu apa yang difirmankan oleh Tuhanmu?"
  10. Ancaman bagi wanita yang meratapi orang mati.

Catatan Kaki
[1] Maksudnya, mempelajari letak matahari, bulan dan bintang untuk mengetahui arah kiblat, waktu shalat dan semisalnya, maka hal itu diperbolehkan.
[2] Mempercayai sihir yang di antara macam-nya adalah ilmu nujum (astrologi). Sebagaimana telah dinyatakan dalam suatu hadits, “Barangsiapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka sesungguhnya dia telah mempelajari sebagian dari ilmu sihirLihat bagian Macam-macam Sihir.
[3] Hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya.
[4] Surah Al-Waqi’ah: 75 – 82.
[5] Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang musyrik atas kekafiran mereka terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah dengan menisbatkan turunnya hujan kepada bintang; dan Allah menyatakan bahwa perkataan ini dusta dan tidak benar, karena turunnya hujan adalah karunia dan rahmat dariNya.

 Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html