Minggu, 17 November 2013

Cinta Kepada Allah



Selanjutnya, penulis Kitab Tauhid memberikan keterangan mengenai bentuk cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Lalu bagaimana dengan bentuk cinta kepada selain mereka? Apa saja batasan-batasannya?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah:165).

“Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (At-Taubah: 24)

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada anaknya, orangtuanya, dan manusia seluruhnya.”

Al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Anas, katanya Telah bersabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, “Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api Neraka.[1]

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa ia berkata,
“Barangsiapa mencintai seseorang karena Allah, membenci seseorang karena Allah, membela seseorang karena Allah dan memusuhi seseorang karena Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan dari Allah hanyalah bisa diperoleh dengan hal tersebut. Dan seorang hamba tidak akan menemukan rasa nikmatnya iman, sekalipun banyak shalat dan shiyamnya, sehingga dia bersikap demikian. Persahabatan di antara manusia umumnya didasarkan atau kepentingan dunia namun hal itu tidak berguna sedikitpun bagi mereka.”

Ibnu ‘Abbas, dalam menafsirkan firman Allah, "… dan putuslah segala hubungan antara mereka sama sekali."[2] mengatakan, "yaitu kasih sayang."

Kandungan Bab Ini
  1. Tafsiran ayat dalam surah Al-Baqarah.[3]
  2. Tafsiran ayat dalam surah Bara’ah / At-Taubat. [4]
  3. Wajib Mencintai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lebih daripada kecintaan terhadap diri sendiri, keluarga dan harta benda.
  4. Pernyataan "tidak beriman", bukan berarti keluar dari Islam, tetapi artinya adalah tidak beriman dengan sempurna.
  5. Bahwa iman ada rasa manisnya. Kadangkala dapat menoreh seseorang dan kadangkala tidak.
  6. Disebutkan empat sikap yang merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kewalian dari Allah, dan seseorang tidak akan menemukan rasa nikmatnya iman kecuali dengan keempat sikap itu.
  7. Pemahaman Ibnu ‘Abbas terhadap realita, bahwa hubungan persahabatan pada umumnya didasarkan atas kepentingan duniawi
  8. Tafsiran ayat, "… dan terputuslah segala hubungan antara mereka sama sekali”. [5]
  9. Disebutkan bahwa di antara orang-orang musyrik ada yang mencintai Allah, dengan kecintaan yang sangat.
  10. Ancaman terhadap seseorang yang kedelapan perkara tersebut di atas [orang tua, saudara, isteri, kaum keluarga, harta kekayaan, perniagaan dan tempat tinggal] lebih dicintai daripada agamanya.
  11. Memuja selain Allah dengan sendirinya sebagaimana mencintai Allah, itulah syirik akbar.

Catatan Kaki
[1] Dan disebutkan dalam riwayat lain, "Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman, sebelum …" dst.
[2] Surah Al-Baqarah: 166.
[3] Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa mempertuhankan selain Allah dengan mencintai seperti mencintai Allah maka dia adalah musyrik.
[4] Ayat ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada yang dicintai Allah wajib didahulukan di atas segala-galanya.
[5] Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang telah dibina orang-orang musyrik di dunia akan terputus sama sekali ketika di akhirat, dan masing-masing dari mereka akan melepaskan diri darinya.


Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html