Selanjutnya,
penulis Kitab Tauhid memberikan keterangan mengenai bentuk cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya. Lalu bagaimana dengan bentuk cinta kepada selain mereka? Apa
saja batasan-batasannya?
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan
di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah:165).
“Katakanlah,
"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu
cintai dari pada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (At-Taubah: 24)
Al-Bukhari
dan Muslim
meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sebelum aku lebih dicintainya
daripada anaknya, orangtuanya, dan manusia seluruhnya.”
Al-Bukhari
dan Muslim
juga meriwayatkan dari Anas, katanya Telah bersabda Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam, “Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam
dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan
Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain
hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan
oleh Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api
Neraka.”[1]
Ibnu
Jarir meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa ia berkata,
“Barangsiapa
mencintai seseorang karena Allah, membenci seseorang karena Allah, membela
seseorang karena Allah dan memusuhi seseorang karena Allah, maka sesungguhnya
kecintaan dan pertolongan dari Allah hanyalah bisa diperoleh dengan hal
tersebut. Dan seorang hamba tidak akan menemukan rasa nikmatnya iman,
sekalipun banyak shalat dan shiyamnya, sehingga dia bersikap demikian.
Persahabatan di antara manusia umumnya didasarkan atau kepentingan dunia namun
hal itu tidak berguna sedikitpun bagi mereka.”
Ibnu
‘Abbas, dalam menafsirkan firman Allah, "… dan putuslah segala hubungan
antara mereka sama sekali."[2] mengatakan, "yaitu kasih
sayang."
Kandungan Bab Ini
- Tafsiran ayat dalam surah Al-Baqarah.[3]
- Tafsiran ayat dalam surah Bara’ah / At-Taubat. [4]
- Wajib Mencintai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lebih daripada kecintaan terhadap diri sendiri, keluarga dan harta benda.
- Pernyataan "tidak beriman", bukan berarti keluar dari Islam, tetapi artinya adalah tidak beriman dengan sempurna.
- Bahwa iman ada rasa manisnya. Kadangkala dapat menoreh seseorang dan kadangkala tidak.
- Disebutkan empat sikap yang merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kewalian dari Allah, dan seseorang tidak akan menemukan rasa nikmatnya iman kecuali dengan keempat sikap itu.
- Pemahaman Ibnu ‘Abbas terhadap realita, bahwa hubungan persahabatan pada umumnya didasarkan atas kepentingan duniawi
- Tafsiran ayat, "… dan terputuslah segala hubungan antara mereka sama sekali”. [5]
- Disebutkan bahwa di antara orang-orang musyrik ada yang mencintai Allah, dengan kecintaan yang sangat.
- Ancaman terhadap seseorang yang kedelapan perkara tersebut di atas [orang tua, saudara, isteri, kaum keluarga, harta kekayaan, perniagaan dan tempat tinggal] lebih dicintai daripada agamanya.
- Memuja selain Allah dengan sendirinya sebagaimana mencintai Allah, itulah syirik akbar.
Catatan
Kaki
[1]
Dan disebutkan dalam riwayat lain, "Seseorang tidak akan merasakan
manisnya iman, sebelum …" dst.
[2]
Surah Al-Baqarah: 166.
[3]
Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa mempertuhankan selain Allah dengan mencintai
seperti mencintai Allah maka dia adalah musyrik.
[4]
Ayat ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada yang dicintai
Allah wajib didahulukan di atas segala-galanya.
[5]
Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang telah dibina orang-orang
musyrik di dunia akan terputus sama sekali ketika di akhirat, dan masing-masing
dari mereka akan melepaskan diri darinya.
Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html