Memasuki bab selanjutnya dalam pembahasan Kitab Tauhid, penulis ingin menjelaskan secara singkat mengenai riya’ yang merupakan hal yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam daripada fitnahnya Al-Masih ad-Dajjal. Ikuti penjelasan beliau mengenai syirik kecil ini.
Tentang Riya’[1]
Firman
Allah,
“Katakanlah,
"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa’.
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah
kepada Tuhannya’." (Al-Kahfi:110).
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
Allah berfirman: “Aku adalah Sekutu Yang Maha Cukup, sangat menolak
perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan sesuatu amal dengan dicampuri
perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima)
amal syiriknya itu.” (Hadits riwayat Muslim).
Diriwayatkan
dari Abu Sa’id, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Maukah
kamu aku beritahu tentang sesuatu, yang menurutku lebih aku khawatirkan
terhadap kamu daripada Al-Masih Ad-Dajjal [2] Para
sahabat menjawab, "Baiklah ya Rasulullah." Beliau shallallahu’alaihi
wa sallam pun bersabda, Syirik tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri
melakukan shalat, dia perindah shalatnya itu karena mengetahui ada orang lain
yang memperhatikannya.” (Hadits riwayat Imam Ahmad).
Kandungan Bab Ini
- Tafsiran ayat dalam surah Al-Kahfi[3]
- Masalah yang penting sekali, yaitu: bahwa amal shalih apabila dicampuri dengan sesuatu yang bukan Lillah, maka tidak diterima oleh Allah.
- Disebutkan alasan yang menyebabkan hal tersebut, yaitu bahwa Allah Ta’ala adalah Sembahan yang amat menolak perbuatan syirik karena sifat ke-MahacukupanNya.
- Alasan lainnya, bahwa Allah adalah Sekutu yang terbaik.
- Nabi shallallahu’alaihi wa sallam sangat khawatir apabila sahabatnya melakukan riya’.
- Tafsiran riya’, contohnya: seseorang melakukan shalat dengan niat Lillah, akan tetapi dia perindah shalatnya itu karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya.
Catatan Kaki
[2] Al-Masih Ad-Dajjal ialah seorang manusia pembohong terbesar yang akan muncul pada akhir zaman, mengaku sebagai Al-Masih bahkan mengaku sebagai tuhan yang disembah. Kehadirannya di dunia ini termasuk di antara tanda-tanda besar akan tibanya hari Kiamat. Sedang keajaiban-keajaiban yang bisa dilakukannya merupakan cobaan dari Allah untuk umat manusia yang masih hidup pada masa itu.
Disebutkan
dalam shahih Muslim bahwa kemunculannya di dunia nanti selama 40 hari,
di antara hari-hari tersebut: sehari bagaikan setahun, sehari bagaikan sebulan,
sehari bagaikan seminggu, kemudian hari-hari lainnya sebagaimana biasa; atau
kalau kita jumlahkan sama dengan satu tahun, dua bulan dua minggu.
Hadits-hadits
tentang Ad-Dajjal ini telah diriwayatkan oleh banyak kalangan sahabat, antara
lain: Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Hurairah, Mu’adz bin Jabal, Jabir bin
‘Abdullah, Abu Sa’id Al-Khudri, An-Nawwas bin Sim’an, Anas bin Malik, Ibnu
‘Umar, Ibnu ‘Abbas, ‘Aisyah, Ummu Salamah, Fathimah binti Qais, dan lain-lain.
Masalah
ini bisa dirujuk dalam:
· Shahih
Al-Bukhari: Kitab Al-Fitan bab 26-27; Kitab At-Tauhid bab 27, 31.
· Shahih
Muslim: Kitab Al-Fitan bab 20 – 25.
· Shahih
At-Tirmidzi: Kitab Al-Fitan bab 55 – 62.
· Sunan
Abu Dawud: Kitab Al-Malahin bab 14, 15.
· Sunan
Ibnu Majah: Kitab Al-Fitan bab 33.
· Musnad
Imam Ahmad: jilid 1 hal. 6-7; jilid 2 hal. 33, 37, 67, 104, 124, 131; jilid
5 hal. 27, 32, 43, 47.
·
dan kitab-kitab koleksi hadits lainnya.
[3] Ayat ini menunjukkan bahwa amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah kecuali bila memenuhi dua syarat:
1. Ikhlas semata-mata
karena Allah, tidak ada syirik di dalamnya sekalipun syirik kecil seperti
riya’.
2. Sesuai dengan
tuntunan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam karena suatu amal disebut
shalih jika ada dasar perintahnya dalam agama.
Ayat
ini mengisyaratkan pula bahwa ibadah itu tauqifiyah, artinya
berlandaskan pada ajaran yang dibawa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
tidak menurut akal maupun hawa nafsu seseorang.
Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html
Sumber: http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kitab-tauhid.html