Oleh: Ustadz Abu Humaid hafizhahullah
Al
Humaidi berkata, “al Imam asy-Syafi’i menyebutkan hadits pada suatu
hari, maka tiba-tiba ada seseorang yang bertanya kepada al-Imam asy
Syafi’i,’Wahai Abu Abdillah, apakah engkau mengamalkan hadits itu?!
Maka tiba-tiba al-Imam asy-Syafi’i gemetar tubuhnya lalu berkata,
“Wahai seorang laki-laki, apakah kamu melihatku ini seorang Nasrani?
Apakah kamu melihat aku keluar dari gereja? Apakah kamu melihat aku
memakai ikat pinggang? Saya meriwatkan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kenapa saya tidak mengamalkannya!”
ATSAR SHOHIH.
Dikeluarkan oleh al-Imam al-Baihaqi dalam Manaqib a-Syafi’i: 1/174 dan Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’: 9/106, dari jalan al-Humaidi. Dan juga al-Imam as-Suyuthi menyampaikannya dalam Miftah al-Janah Fil I’thisom Bi Sunnah hal.16.
Fiqh Atsar
Atsar
yang indah ini membantah dengan jelas terhadap orang-orang yang taklid
buta kepada seorang imam tertentu atau taklid kepada madzhab ternteu.
Jika datang kepada mereka hadits shohih maka mereka berpaling darinya
seraya mengatakan, |”Kami berada diatas madzhabnya al-Imam
asy-Syafi’i”, atau mereka mengatakan, “Kami berada di atas madzhabnya
Abu Hanifah.”
Wahai kamu muslimin, inilah sikap al-Imam
asy-Syafi’i, dia bergetar tubuhnya dan merasa aneh serta mengingkari
terhadap seseorang laki-laki yang bertanya kepada beliau dengan
pertanyaan, “Apakah engkau mengambil hadits yang telah engkau
riwayatkan tersebut?!” Lihatlah dan perhatikanlah, wahai saudaraku
sesama muslim, bagaimana al-Imam asy-Syafi’i membantah orang tersebut
dengan memberikan permisalan terhadap orang yang meninggalkan hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak mengamalkannya dengan seorang yang Nasrani dan orang kafir dzimmi. Kita berlindung kepada Alloh dari kekufuran.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rosul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” [QS.an-Nur [24]:63]
Supaya
berfaedah maka disini akan kita sampaikan ucapan para imam empat yang
masyhur, mudah-mudahan bisa menjadi renungan dan nasihat bagi orang
yang taklid terhadap imam tertentu dan madzhab tertentu dengan taklid
buta.
1. Ucapan al-Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit rahimahullah
yang mengharuskan untuk mengambil hadits dan meninggalkan taklid
kepada pendapat para ulama yang menyelisihi hadits tersebut.
Beliau
mengatakan, “Apabila hadits itu shohih maka itulah madzhab saya.”
Beliau juga mengatakan, “Tidaklah halal bagi seseorang untuk
mengambil semua ucapan kita, selagi dia tidak mengetahui dari mana
kita mengambil ucapan tersebut.” Dalam riwayat yang lain beliau
mengatakan, “Haram bagi orang yang tidak mengetahui dalilku untuk
berfatwa dengan ucapanku.”
2. Ucapan al-Imam Malik bin Anas rahimahullah
“Saya
adalah seorang manusia bias, terkadang saya benar dan salah, maka
lihatlah terhadap pendapatku kalau sesuai dengan al-Kitab dan
as-Sunnah maka ambillah, jika menyelisihi al-Kitab dan as-Sunnah maka
tinggalkanlah ucapan tersebut.”
“Tidaklah ada seseorang –setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- kecuali akan diambil dan ditinggalkan ucapannya, kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Ucapan al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah
“Kaum muslimin telah bersepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya sunnah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidaklah halal dia meninggalkan sunnah tersebut karena ucapan seseorang.”
“Jika kalian menjumpai pada kitab saya suatu pendapat yang menyelisihi sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ucapkanlah dengan sunnah tersebut dan tinggalkanlah apa yang saya katakan.”
4. Ucapan Imam Ahmad rahimahullah
“Janganlah taklid kepada Malik, asy-Syafi’i, dan al-Auza’i serta ats-Tsauri, tetapi ambillah dari tempat mereka mengambil.”
“Pendapatnya
al-Auza’i, pendapatnya Malik dan pendapatnya Abu Hanifah, maka semua
itu hanya sekadar pendapat saja dan itu menurutku sama saja dengan
pendapat yang lain. Yang dijadikan hujjad hanyalah atsar (hadits)
“Barangsiapa yang menolak hadits maka dia berada di jurang kehancuran.” (Lihat Ashlu Shifat Sholat Nabi karya Syaikh al-Albani: 1/23-32)
Sumber: Disalin ulang dari Majalah al Furqon No.112 Edisi 09 Th.ke-10 Robi’ul Akhir 1432 [Maret 2011] Hal.10-11
Sumber:http://alqiyamah.wordpress.com/2011/03/16/wahai-saudaraku-janganlah-kalian-taqlid-buta/