Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Hari akhir adalah hari Kiamat, di mana seluruh manusia dibangkitkan pada hari itu untuk dihisab da dibalas. Hari itu disebut hari Akhir, karena tidak ada hari lagi setelahnya. Pada hari itulah penghuni Surga dan penghuni Neraka masing-masing menetap di tempatnya.
Iman kepada hari Akhir mengandung tiga unsur.
[1]. Mengimani ba'ts (kebangkitan), yaitu menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati ketika tiupan sangkakala yang kedua kali. Pada waktu itu semua manusia bangkit untuk menghadap Rabb alam semesta dengan tidak beralas kaki, bertelanjang, dan tidak disunat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya" [Al-Anbiyaa : 104]
Hari akhir adalah hari Kiamat, di mana seluruh manusia dibangkitkan pada hari itu untuk dihisab da dibalas. Hari itu disebut hari Akhir, karena tidak ada hari lagi setelahnya. Pada hari itulah penghuni Surga dan penghuni Neraka masing-masing menetap di tempatnya.
Iman kepada hari Akhir mengandung tiga unsur.
[1]. Mengimani ba'ts (kebangkitan), yaitu menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati ketika tiupan sangkakala yang kedua kali. Pada waktu itu semua manusia bangkit untuk menghadap Rabb alam semesta dengan tidak beralas kaki, bertelanjang, dan tidak disunat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya" [Al-Anbiyaa : 104]
Kebangkitan adalah kebenaran yang
pasti, ditunjukkan oleh Al-Kitab, Sunnah dan ijma' umat Islam. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat" [Al-Mu'minun : 15-16]
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda.
"Di hari Kiamat seluruh manusia
akan dihimpun dengan keadaan tidak beralas kaki dan tidak disunat"
[Hadits Riwayat Bukhari-Muslim]
Umat Islam sepakat akan adanya
hari Kebangkitan karena hal itu sesuai dengan hikmah Allah yang
mengembalikan ciptaanNya untuk diberi balasan terhadap segala yang
telah diperintahkanNya melalui lisan para rasulNya. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman.
"Maka apakah kamu mengira bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kami secara main-main (saja), dan bahwa
kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ?" [Al-Mu'minun : 115]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Sesungguhnya yang mewajibkan
atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an benar-benar akan
mengembalikan kamu ke tempat kembali" [Al-Qashash : 85]
[2]. Mengimani hisab
(perhitungan) dan jaza' (pembalasan) dengan meyakini bahwa seluruh
perbuatan manusia akan dihisab dan dibalas. Hal ini dipaparkan dengan
jelas di dalam Al-Qur'an, Sunnah dan ijma (kesepakatan) umat Islam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
"Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka" [Al-Ghasyiyah : 25-26]
"Barangsiapa membawa amal yang
baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya ; dan barangsiapa
yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi balasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak
dianiaya (dirugikan)" [Al-An'am : 160]
"Kami akan memasang timbangan
yang tepat pada hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang
sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti
Kami mendatangkan (pahalanya). Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat
perhitungan" [Al-Anbiyaa : 47]
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhu diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Allah nanti akan mendekatkan
orang mukmin, lalu meletakkan tutup dan menutupnya. Allah bertanya :
"Apakah kamu tahu dosamu itu ?" Ia menjawab, "Ya Rabbku". Ketika ia
sudah mengakui dosa-dosanya dan melihat dirinya telah binasa, Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia
dan sekarang Aku mengampuninya". Kemudian diberikan kepada orang
mukmin itu buku amal baiknya. Adapun orang-orang Kafir dan orang-orang
munafik, Allah Subhanahu wa Ta'ala memanggilnya di hadapan orang
banyak. Mereka orang-orang yang mendustakan Rabbnya. Ketahuilah, laknat
Allah itu untuk orang-orang yang zhalim" [Hadits Riwayat Bukhari
Muslim]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Sesungguhnya yang berniat
melakukan satu kebaikan lalu mengamalkannya, maka ditulis baginya
sepuluh kebaikan, sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan sampai beberapa
lipat lagi. Barangsiapa berniat melakukan satu kejahatan, lalu
mengamalkannya, maka Allah menulisnya satu kejahatan saja"
Umat Islam telah sepakat tentang
adanya hisab dan pembalasan amal karena itu sesuai dengan
kebijaksanaan Allah. Sebagaimana kita ketahui, Allah Subhanahu wa
Ta'ala telah menurunkan kitab-kitab, mengutus para rasul serta
mewajibkan kepada manusia untuk menerima ajaran yang dibawa oleh
rasul-rasul Allah itu dan mengerjakan segala yang diwajibkannya. Dan
Allah telah mewajibkan agar berperang melawan orang-orang yang
menentangNya serta menghalalkan darah, keturunan, isteri dan harta benda
mereka. Kalau tidak ada hisab dan balasan tentu hal ini hanya sia-sia
belaka, dan Rabb Yang Mahabijaksana, Mahasuci darinya. Allah Subhanahu
wa Ta'ala telah mengisyaratkan hal itu dalam firmanNya.
"Maka sesungguhnya Kami akan
menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan
sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami), maka
sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah
mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami
sekali-kali tidak jauh (dari mereka)" [Al-A'raaf : 6-7]
[3]. Mengimani Surga dan
Neraka sebagai tempat manusia yang abadi. Surga tempat kenikmatan yang
disediakan Allah untuk orang-orang mukmin yang bertaqwa, yang mengimani
apa-apa yang harus diimani, yang taat kepada Allah dan rasulNya, dan
kepada orang-orang yang ikhlas.
Di dalam Surga terdapat berbagai
kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar
telinga, serta tidak terlintas dalam benak manusia.
"Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik
makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga 'And yang
mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha
kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Rabbnya" [Al-Bayyinnah : 7-8]
"Tidak seorangpun mengetahui apa
yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang
menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan" [As-Sajdah : 17]
Neraka adalah tempat adzab yang
disediakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk orang-orang kafir, yang
berbuat zhalim, serta bagi yang mengingkari Allah dan RasulNya. Di
dalam Neraka terdapat berbagai adzab dan sesuatu yang menakutkan, yang
tidak pernah terlintas dalam hati.
"Dan peliharalah dirimu dari api Neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir" [Al-Imran : 131]
"..Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang-orang yang zhalim itu Neraka yang gejolaknya
mengepung mereka. Jika mereka meminta minum, maka mereka akan diberi
minuman dengan air seperti besi yang mendidih yang dapat menghanguskan
muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling
jelek" [Al-Kahfi : 29]
"Sesungguhnya Allah melaknati
orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala
(Neraka). Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka tidak
memperoleh seorang pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong.
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam Nereka, mereka
berkata ; "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat
(pula) kepada Rasul" [Al-Ahzab : 64-66]
Iman kepada hari Akhir adalah termasuk mengimani peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sesudah kematian, misalnya :
[a]. Fitnah Kubur
Yaitu
pertanyaan yang diajukan kepada mayat ketika sudah dikubur tentang
Rabbnya, agamanya dan nabinya. Allah akan meneguhkan orang-orang yang
beriman dengan kata-kata yang mantap. Ia akan menjawab pertanyaan itu
dengan tegas dan penuh keyakinan, "Allah Rabbku, Islam agamaku, dan
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam nabiku". Allah menyesatkan
orang-orang yang zhalim dan kafir. Mereka akan menjawab pertanyaan
dengan terbengong-bengong karena pertanyaan itu terasa asing baginya.
Mereka akan menjawab, "Hah..hah.. tidak tahu". Sedangkan orang-orang
munafik akan menjawab dengan kebingungan, "Aku tidak tahu. Dulu aku
pernah mendengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu aku mengatakannya".
[b]. Siksa Dan Nikmat Kubur
Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zhalim, yakni orang-orang munafik dan orang-orang kafir, seperti dalam firmanNya.
"Alangkah dahsyatnya sekiranya
kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu
dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kamu selalu menyombongkan diri terhadp ayat-ayatNya" [Al-An'am : 93]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang keluarga Fir'aun.
"Kepada mereka dinampakkan
Neraka pada pagi hari dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat,
(Dikatakan kepada malaikat), Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam
azab yang sangat keras" [Al-Mu'min : 46]
Dalam Shahih Muslim Zaid bin Tsabit meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Kalau tidak karena kalian
saling mengubur (orang yang mati) pasti aku memohon kepada Allah agar
memperdengarkan siksa kubur kepada kalian yang saya mendengarnya".
Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapkan wajahnya
seraya berkata : "Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa
Neraka". Para sahabat berkata, "Kami memohon perlindungan kepada Allah
dan siksa Neraka". Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata
lagi, "Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur". Para
sahabat berkata, "Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur.
Lalu beliau berkata lagi. "Mohonlah perlindungan kepada Allah dari
berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak tampak". Para
sahabat lalu berkata, "Kami memohon perlindungan kepada Allah dari
berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak tampak". Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi. "Mohonlah perlindungan
kepada Allah dari fitnah Dajjal". Para sahabat berkata, "Kami mohon
perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal". [Hadits Riwayat Muslim]
Adapun nikmat kubur
diperuntukkan bagi orang-orang mukmin yang jujur. Hal ini dijelaskan
Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firmanNya.
"Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan, "Rabb kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa
sedih ; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) Surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu" [Fushilat : 30]
"Maka mengapa ketika nyawa
sampai di kerongkongan, padahal kamu ketka itu melihat, dan Kami lebih
dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa
jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa
itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar ?,
Adapun jika dia (orang-orang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta Surga
kenikmatan" [Al-Waaqi'ah : 83-89]
Dari Al-Barra' bin Azib
Radhiyallahu 'anhu dikatakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda tentang orang mukmin jika dapat menjawab pertanyaan dua
malaikat di dalam kuburnya. Sabdanya, "Ada suara dari langit, "Hamba-Ku
memang benar. Oleh karenanya, berilah dia alas dari Surga" Lalu
datanglah kenikmatan dan keharuman dan Surga, dan kuburnya dilapangkan
sejauh pandangan mata." [Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, dalam hadits
yang panjang]
Buah Iman Kepada Hari Akhir
[1]. Mencintai ketaatan dengan mengharap balasan pahala pada hari itu.
[2]. Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut akan siksa pada hari itu
[3]. Menghibur orang mukmin tentang apa yang didapatkan di dunia dengan mengharap kenikmatan serta pahala di akhirat.
Orang-orang kafir mengingkari
adanya kebangkitan setelah mati dengan menyangka bahwa hari Akhir
dengan segala peristiwa-peristiwanya adalah suatu hal yang mustahil.
Persangkaan mereka jelas sangat keliru dan kesalahannya itu dapat
dibuktikan dengan syara', indera dan akal.
[1]. Bukti Syara'
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Orang-orang yang kafir
mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah
: "Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan,
kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" Yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah" [At-Taghaabun : 7]
Semua kitab-kitab suci samawi telah sepakat tentang adanya hari kebangkitan.
[2]. Bukti Inderawi
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
memperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan orang-orang yang sudah mati
du dunia ini. Dalam surat Al-Baqarah terdapat lima contoh mengenai hal
ini.
[a]. Ketika kaum Musa
berkata kepada nabinya Musa 'Alaihis salam bahwa mereka tidak akan
percaya dengan risalah yang dibawa Musa 'Alaihis salam, sampai mereka
melihat Allah dengan mata kepada mereka sendiri. Oleh karena itulah
Allah berfirman (yang ditujukan kepada bani Israil).
"Dan (ingatlah), ketika kamu
berkata : 'Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamua sebelum kami
melihat Allah dengan terang', karena itu kamu disambar halilintar,
sedang kamu menyaksikannya. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah
kamu mati, supaya kamu bersyukur" [Al-Baqarah 55-56]
[b]. Cerita orang yang
terbunuh yang pembunuhnya dipersengketakan bani Israil. Allah Subhanahu
wa Ta'a lalu memerintahkan mereka untuk menyembelih sapi, kemudian
daging sapi itu dipukulkan ke tubuh orang yang terbunuh itu agar dapat
menceritakan siapa sebenarnya yang telah membunuhnya. Hal ini
diungkapkan dalam firmanNya.
"Dan (ingatlah) ketika kamu
membunuh seorang manusia, lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu.
Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.
Lalu Kami berfirman : 'Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota
sapi betina itu !'. Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang
yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaanNya
agar kamu mengerti" [Al-Baqarah : 72-73]
[c]. Kisah kaum yang
keluar dari negerinya karena menghindari kematian. Mereka berjumlah
ribuan orang Allah mematikan mereka, lalu menghidupkan kembali. Ini
digambarkan dalam firmanNya.
"Apakah kamu tidak memperhatikan
orang-orang yang keluar dari kampong halaman mereka, sedang mereka
beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati, maka Allah berfirman kepada
mereka: 'Matilah kamu, kemungkinan Allah menghidupkan mereka.
Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur" [Al-Baqarah : 243]
[d]. Kisah orang yang
melewati sebuah desa yang hancur. Dia sangsi, bagaimana Allah
mematikannya selama seratus tahun, dan kemudian Allah menghidupkannya
kembali. Ini dikisahkan dalam firmanNya.
"Atau apakah (kamu
memperhatikan) orang yang melewati suatu negeri yang (temboknya) telah
roboh menutupi atapnya. Dia berkata, 'Bagaimana Allah menghidupkan
kembali negeri ini setelah hancur ?' Maka Allah mematikan orang itu
seratus tahun, kemudian menghidukannya kembali. Allah bertanya, 'Berapa
lama kamu tinggal di sini ?' Ia menjawab, 'Saya tinggal di sini sehari
atau setengah hari', Allah berfirman. 'Sebenarnya kamu telah tinggal
di sini seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu yang
belum lagi berubah, dan lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang
belulang). Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia.
Lihatlah tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya
kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging', Maka tatkala telah
nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun
berkata, 'Saya yakin Allah Mahakuasa atas segala sesuatu" [Al-Baqarah :
259]
[e]. Kisah Nabiyullah
Ibrahim Al-Khalil ketika bertanya kepada Allah bagaimana Dia
menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Allah
memerintahkannya untuk menyembelih empat ekor burung dan
memisah-misahkan bagian-bagian tubuh burung itu di atas gunung-gunung
yang ada di sekelilingnya. Ibrahim memanggil burung itu, lalu tak lama
tampaklah olehnya bagian-bagian tubuh burung itu menyatu dan segera
mendatangi Nabi Ibrahim kembali. Ini dikisahkan Allah dalam Al-Qur'anul
Karim.
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim
bekata : 'Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati', 'Allah berfirman : 'Apakah kamu belum
percaya ? 'Ibrahim menjawab : 'Saya telah percaya, akan tetapi agar
bertambah tetap hati saya', Allah berfirman. '(Kalau demikian),
ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu, lalu
letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian
itu. Sesudah itu panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepada
kamu dengan segera', Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana" [Al-Baqarah : 260]
Inilah contoh-contoh bukti
inderawi yang menunjukkan mungkinnya Allah menghidupkan orang-orang
yang sudah mati. Telah diisyaratkan di atas, Allah menjadikan
tanda-tanda Isa bin Maryam yang menghidupkan orang-orang yang sudah
mati serta mengeluarkannya dari kubur dengan izin Allah Subhanahu wa
Ta'ala
[3]. Bukti Akal (Logika)
Bukti akal dapat dibagi menjadi dua bagian.
[a]. Allah Subhanahu wa
Ta'ala sebagai pencipta langit dan bumi seisinya telah menciptakannya
pertama kali. Allah mampu menciptakan pertama kali, tentu pasti mampu
pula untuk mengembalikannya.
"Dan Dialah yang menciptakan
(manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya
kembali, dan menghidupkannya kembali itu adalah lebih mudah bagiNya"
[Ar-Ruum ; 27]
"Sebagaimana Kami telah memulai
penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu
janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya" [Al-Anbiyaa : 104]
"Katakanlah, 'Ia akan dihidupkan
oleh Rabb yang menciptakannya kali pertama. Dan Dia Maha Mengetahui
tentang segala makhluk" [Yaasin : 79]
[b]. Bumi yang mati dan
tandus akan hidup kembali dan tumbuhan yang mati akan bergerak subur
setelah turun hujan. Yang mampu untuk menghidupkannya setelah mati, dan
yang mampu menghidupkan orang-ornag yang sudah mati itu sudah pasti
Allah Ta'ala Mahaperkasa lagi Maha Berkehendak.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Dan sebagian dari tanda-tanda
(kekuasan)-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila
Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur.
Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang
mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu" [Fushshilat :
39]
"Dan Kami turunkan dari langit
air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
pohon-pohon dan biji-bijian tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang
tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun untuk menjadi
rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah
yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan" [Qaaf :
9-11]
Orang yang ingkar kepada siksa
kubur dan kenikmatannya mengira hal itu suatu perkara yang mustahil
serta bertolak belakang dengan kenyataan karena apabila kubur itu
dibongkar akan didapati seperti semula, tidak bertambah luas dan tidak
pula bertambah sempit. Persangkaan mereka ini jelas tidak benar menurut
syara', indera dan akal.
[1]. Dalil Syara'
Ibnu
Abbas Radhiyallahu 'anhu berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah keluar dari salah satu kebun kota Madinah. Lalu beliau
mendengar ada dua orang yang disiksa di dalam kuburnya". Dalam hadits
itu disebutkan bahwa yang satu karena tidak memelihara buang air kecil
(kencing sembarangan), dan yang satunya lagi karena mengadu domba"
[Hadits Riwayat Bukhari]
[2]. Dalil Inderawi
Orang
yang tidur terkadang mimpi bahwa ia berada di tempat yang luas,
menggembirakan, dan dia bersenang-senang di situ. Atau terkadang dia
juga mimpi berada di tempat yang sempit, menyedihkan, dan menyakitkan.
Terkadang seseorang bisa terbangun karena mimpinya itu, padahal ia
berada di atas tempat tidurnya. Tidur adalah sandar kematian. Oleh
karena itu Allah menyebut tidur dengan "wafat", seperti dalam firmanNya.
"Allah memegang jiwa (orang)
ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu
tidurnya ; maka Dia tahanlah jiwa (orang yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu ditentukan "
[Az-Zumar : 42]
[3]. Dalil Akal
Orang
yang tidur terkadang bermimpi yang benar sesuai dengan kenyataan. Bisa
jadi melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sesuai dengan sifat
beliau. Barangsiapa pernah bermimpi melihat beliau sesuai dengan
sifatnya, maka dia bagaikan melihatnya benar-benar. Padahal pada waktu
itu ia ada di dalam kamarnya, di atas tempat tidurnya, jauh dari yang
diimpikan. Apabila keadaan tersebut suatu hal yang mungkin dijumpai di
dunia, maka bagaimana tidak mungkin dijumpai di akhirat ??
Adapun dalih mereka bahwa
apabila kubur itu digali, akan didapati seperti semula, tidak bertambah
luas dan tidak pula bertambah sempit, maka jawabannya.
[1]. Apa yang dibawa
syara' tidak boleh dipertentangkan dengan hal-hal yang bathil. Kalau
orang yang mempertentangkan itu mau berpikir tentang apa yang dibawa
oleh syara', ia pasti mengetahui kebatilan kesalahan pahamannya itu.
Seorang penyair bertutur :
"Berapa banyak orang yang mencela pendapat yang benar padahal bencana itu dari pemahaman yang salah"
[2]. Keadaan dalam
barzakh (alam kubur) termasuk hal-hal ghaib yang tidak dapat dijangkau
oleh indera, karena jika hal itu dapat diindera, maka tidak ada artinya
iman kepada yang ghaib, dan sama antara orang yang beriman kepada yang
ghaib dan orang yang mengingkari, dalam mempercayainya.
[3]. Siksa kubur, nikmat
kubur, luasnya kubur, dan sempitnya kubur hanya dapat dijumpai oleh
mayat itu sendiri, bukan yang lain. Ini seperti yang dilihat orang
tidur dalam mimpinya, dia bisa berada di tempat yang sempit yang
menakutkan, atau di tempat yang luas dan menyenangkan, padahal menurut
orang lain yang melihatnya tidur, tidurnya tidak berubah, masih di
dalam kamar dan di atas tempat tidurnya.
Ketika menerima wahyu, Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam berada di tengah-tengah para
sahabatnya. Beliau mendengarkan wahyu, tetapi para sahabatnya tidak
mendengarnya. Bisa jadi wahyu itu diturunkan dengan cara malaikat
menjelma menjadi seorang lelaki, lalu berbicara dengan beliau, dan para
sahabat tidak melihatnya serta mendengarnya.
[4]. Pengetahuan manusia
terbatas pada sesuatu yang hanya diizinkan Allah untuk diketahuinya.
Tidak mungkin manusia dapat mengetahui apa saja yang ada. Langit yang
tujuh serta bumi seisinya semua bertasbih dengan memuji Allah dengan
tasbih yang sebenarnya, yang terkadang Allah perdengarkan kepada orang
yang dikehendakiNya. Meskipun demikian hal itu terhalang dari kita.
Dalam masalah ini Allah berfirman.
"Langit yang tujuh, bumi dan
semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun
melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi
Maha Pengampun" [Al-Israa : 44]
Demikian halnya dengan setan dan
jin yang mondar-mandir pulang pergi di atas bumi. Pernah ada jin
datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mendengarkan
bacaan beliau, kemudian dia kembali ke kaumnya sebagai juru da'i. Meski
demikian, mereka tidak terlihat oleh kita.
Dalam masalah ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Hai anak Adam, janganlah
sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah
mengerluarkan kedua ibu bapak kamu dari Surga. Ia meninggalkan dari
keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya.
Sungguh, ia dan pengikutnya melhat kamu dari suatu tempat yang kamu
tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman"
[Al-A'raaf : 27]
Apabila manusia tidak dapat
mengetahui segala yang ada, maka mereka tidak boleh mengingkari
perkara-perkara ghaib yang ditetapkan oleh syara' sekalipun mereka
tidak dapat mengetahuinya dengan indera mereka.
____________________
[Disalin
dari Syarhu Ushulil Iman, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Edisi
Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum
Assalamy. Penerbit: KSA Foreigners Guidance Center In Gassim Zone]
http://abuayaz.blogspot.com/2010/06/iman-kepada-hari-akhir-azab-kubur.html