Ustadz Mukhlis Abu Dzar
BELAKANGAN ini ajaran Syi’ah sedang merebak di Indonesia. Sebagian
ummat islam sudah teracuni dengan ajarannya. Ajaran ini telah banyak
menelan korban terutama dari kalangan kaum awam
Diantara ajaran syi’ah yang telah menjalar ditengah-tengah umat kita
adalah hamper semua buku kurikulum sejarah islam mencaci sebagian
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti Muawiyah radhiyallahu
‘anhu yang dicap rakus jabatan, Sahabat Utsman radhiyallahu ‘anhu
dikatakan melakukan nepotisme, dan sebagainya
Kelompok ini terus mengembangkan sayapnya diseluruh penjuru tanah
air dan terus menampakkan taringnya siap menerkam mangsa-mangsa barunya.
Celakanya, ada sebagian yang disebut cendikiawan muslim mencoba dengan
berbagai cara untuk menyatukan dan mendekatkan antara ajaran syi’ah yang
sesat dengan ajaran Ahlus Sunnah. Demi Allah, hal ini tidak mungkin
terwujud karena aqidah (keyakinan) dan ajarannya berbeda seratus persen
dengan aqida Ahlus Sunnah. Oleh karena itu, mengingat betapa besarnya
bahay dari kelompok ini, kami hendak mengungkap sebagian dari
kesesatan-kesesatannya sebagai peringatan dan kewaspadaan bagi kita
semua
Siapakah Syi’ah Rafidhah?
Syi’ah adalah orang-orang yang berlebihan terhadap ahlul bait
(keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)dan mengkafirkan
selain mereka dari sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
mereka pun menganggap sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu memiliki kedudukan
khusus dalam masalah imamah dan khilafah, artinya orang yang berhak
menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu bukan Abu Bakar
radhiyallahu ‘anhu[1]
Mereka dinamai Rafidhah karena takkala mendatangi Zaid bin Ali bin
Hasan rahimahullah dan mereka berkata: “Berlepas dirilah engkau dari Abu
Bakar dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ajmain, dengan demikian
kami akan bergabung denganmu” Zaid rahimahullah menjawab: “ Mereka
berdua adalah sahabat kakekku[2], aku tak bisa berlepas diri dari
mereka, bahkan aku akan selalu bergabung dengan mereka dan bersikap
loyal (cinta) kepada mereka. “Kemudian mereka menjawab: “Kalau begitu,
kami menolakmu.” Maka dari sinilah mereka dinamai Rafidhah artinya
golongan yang menolak. [3]
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata: “Rafidhah adalah
orang-orang yang berlepas diri dari para sahabat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, mencela dan mencaci mereka”[4]
Awal Kemunculan Syi’ah
Syi’ah muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu. Kelompok ini diusung oleh Abdullah bin Saba’ atau Ibnu Sauda’.
Ia seorang Yahudi dari yaman yang berpura-pura masuk islam dan mengaku
seorang muslim. Ia mendakwakan kepada kaum muslimin agar mencintai ahlul
bait dan berlebih-lebihan dalam menyanjung sahabat Ali radhiyallahu
‘anhu, menetapkan Imamah (kepemimpinan) Ali, dan berkeyakinan bahwa
imamah tidak akan lepas dari anak keturunan Ali radhiyallahu ‘anhu. Ia
pulalah yang menampakkan celaan dan cacian kepada Abu Bakar, Umar bin
Khathtab dan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ajmain. Puncak
(kesesatan)nya, dia menganggap sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu berada
pada derajat ketuhanan, sebagaimana dilontarkan pula oleh gembong Syi’ah
zaman sekarang Ishak bin Muhammad yang dikenal sebagai al-Ahmar[5]
Pecahan-pecahan Syi’ah
Perlu diketahui, Syi’ah ini bukan hanya satu kelompok saja.
Merekapun berpecah-belah, ada yang ghuluw (ekstrem) dan ada yang
moderat. Bahkan dijelaskan dalam banyak kitab bahwa Syi’ah bercabang
menjadi 73 sekte lebih. Memang demikianlah karakter ahlul bid’ah, selalu
berpecah-belah karena asas mereka dibangun dengan hawa nafsu belaka,
sebagaimana disinyalir dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala : “Dan
janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah
orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Ali Imran [3]: 105)
Diantara sempalan Syi’ah yang terkenal antara lain: As-Saba’iyah
yaitu pengikut Ibnu Saba’ yang menuhankan Ali radhiyallahu ‘anhu semasa
hidupnya, mereka menyangka bahwa Ali radhiyallahu ‘anhuberada di langit,
Guntur adalah suaranya, sedangkan kilatan petir adalah cemetinya.
Diantara mereka pun ada kelompok yang disebut al-Kamiliyyah, mereka
mengkafirkan para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
meninggalkan bai’at kepada Ali radhiyallahu ‘anhu .[6] Zaidiyyah yaitu
pengikut Zaid bin Ali rahimahullah, mereka melebih-lebihkan sahabat Ali
radhiyallahu ‘anhu dari sahabat-sahabat lainnya dan mencela sahabat Abu
Bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ajmain[7],
Adz-Dzamamiyyah yaitu orang-orang yang mencela Malikat Jibril ‘alaihis
salam, mereka mengatakan sebenarnya wahyu diturunkan kepada Ali
radhiyallahu ‘anhu akan tetapi Jibril ‘alaihis salam salah menurunkannya
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam[8]
Sebenarnya masih banyak lagi sempalan Syi’ah yang tidak kami
sebutkan secara terperinci karena keterbatasan tempat, diantaranya:
Syi’ah al-Ghurobiyyah, Imamiyyah, al-Kissaniyyah, dan al-Ismailiyyah,
al-Mnshuriyyah
Menyingkap Kesesatan Syi’ah
Kenapa Syi’ah harus dilarang dan disesatkan? Karena ajaran Syi’ah
adalah sesat lagi menyesatkan, sangat bertolak belakang dengan ajaran
islam, dan sangat kontradiktif dengan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah.
Hanya orang-orang bodohlah yang mencoba mengadakan tagrib (pendekatan)
antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah
Bahkan Syi’ah lebih pantas dikatakan mirip dengan Yahudi,
sebagaimana dikatakan oleh al-Imam asy-Sya’bi rahimahullah: “Yahudi
mengatakan tidak boleh menjadi pemimpin kecuali dari keluarga Nabi Dawud
‘alihis salam, Syi’ah pun mengatakan kekhalifahan (kepemimpinan. red)
tidak sah kecuali dari anak-anak Ali radhiyallahu ‘anhu, Yahudi
mengatakan tidak ada jihad dijalan Allah Azza wa jalla sampai turunnya
Dajjal dan diturunkannya pedang dari langit, SYi’ah pun mengatakan tidak
ada jihad di jalan Allah Ta’ala sampai keluarnya Imam Mahdi dan ada
yang menyeruh dari langit, Yahudi mengakhirkan Shalat sampai munculnya
bintang-bintang, begitu pula Syi’ah mengakhirkan sholat maghrib sampai
muncul bintang-bintang, Yahudi mengubah Taurat, begitu pula Syi’ah
mengubah al-Qur’an, Yahudi menghalalkan harta orang lain diluar
agamanya, demikian pula Syi’ah menghalalkan harta kaum muslimin di luar
golongannya, dan masih banyak lagi persamaan antara keduanya”[9]
Adapun di antara paham-paham Syi’ah yang merupakan puncak kesesatan adalah:
1, Mencela Bahkan Mengkafirkan Para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Inilah I’tiqod (keyakinan) mereka yang tak dapat dipungkiri, secara
terang-terangan mereka mencela habis-habisan bahkan mengkafirkan Abu
Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu
ajmain karena dianggap telah merebut ke khalifahan setelah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa salami wafat. Adapun syi’ah yang ada pada zaman
sekarang menampakkan kebencian mereka terhadap sahabat Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, membuat do’a kutukan terhadap dua sahabat mulia yaitu
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu
(Do’a dua berhala Quraisy),[10] selain itu, mereka pun mengagungkan
kubur Abu Lu’lu’ah al-Majusi karena berhasil membunuh Umar bin Khattab
radhiyallahu ‘anhu
2, Berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala memiliki sifat al-Bada’
Mereka meyakini bahwa Allah Ta’ala tidak mengetahui bagian sesuatu
tertentu (al-Juz’iyyat) sebelum terjadinya dan Allah Ta’ala baru
mengetahui setelah terjadinya sesuatu tersebut[11]
3, Memiliki Aqidah Roj’ah
Yaitu berkeyakinan akan hidup kembali setelah mati di dunia sebelum
terjadinya hari kiamat, terjadi pada zaman keluarnya Imam Mahdi
(berdasarkan sangkaan mereka), sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad
al-Ahsani (salah satu tokoh Syi’ah): “Ketahuilah, sesungguhnya roj’ah
adalah rahasia dari Allah Azza wa jalla, dan mengatakan hal itu adalah
buah dari beriman kepada hal ghoib”[12]
4, Mewajibkan Taqiyyah
Taqiyyah adalah suatu ucapan atau perbuatan yang dilakukan
tidaksesuai dengan keyakinan, untuk menghindari bahaya yang mengancam
jiwa, harta, dan untuk menjaga kehormatan. Termaktub dalam kitab mereka,
Ushul Kafi, salah satu tokoh mereka Abu Ja’far mengatakan: “Taqiyyah
adalah termasuk agamaku dan agama nenek moyangku, tidak ada iman bagi
orang yang tidak bertaqiyyah”[13]
[Dan diantara keyakina Syi’ah adalah Bertaqiyyah wajib hukumnya,dan
meninggalkannya bagaikan meninggalkan sholat, bertaqiyyah tidak boleh
dihapuskan sampai datangnya Imam Mahdi dan barang siapa yang
meninggalkannya sebelum datangnya Imam Mahdi maka ia keluar dari agama
Allah. red]
5, Menjadikan Masalah Imamah Termasuk Rukun Islam
Di antara kesesatan mereka adalah mereka meyakini bahwa imamah
termasuk rukun islam dan pokok dari rukun iman, tidak sempurna iman
seseorang kecuali dia mengimani masalah imamah.[14]
Sebenarnya masih banyak kesesatan-kesesatan Syi’ah yang tidak kami sebutkan disini karena keterbatasan tempat
Waspadalah Terhadap Ajaran-ajaran Syi’ah
Imam Malik bin Anas rahimahullah ketika ditanyai tentang Syi’ah
Rafidhah menjawab: “Janganlah engkau berbicara dengan mereka, jangan
pula meriwayatkan dari mereka karena sesungguhnya mereka (Syi’ah
Rafidhah. red) adalah pendusta”
Tholhah bin Mushorrif rahimahullah berkata: “Wanita-wanita Rafidhah
tidak boleh di nikahi dan sembelihannya tidak boleh di makan karena
mereka telah murtad”
Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “Tidaklah saya memandang seorang
pun dari ahlul ahwa’ (pengekor hawa nafsu) yang seruannya dan
persaksiannya lebih dusta daripada Rafidhah”[15]
Demikianlah, wahai saudaraku, bentengilah diri kita dengan bekal
ilmu agar terhindar dari syubhat-syubhat Syi’ah. Lindungilah keluarga
kita dari pemahaman mereka dengan cara mendidik mereka dengan ilmu
syar’i diatas manhaj shalafush shaleh. Wallahu Ta’ala a’lam
[Sumber: Buletin AL FURQON Srowo-Sidayu-Gresik. JATIM. Volume, 11. No, 2 Rabi’ul Awal 1430. H]
Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com
Catatan Kaki:
[1] Lihat Lum’atul I’tiqod: 161 dan Ta’tsirul Mu’tazilah:390
[2] Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
[3] Lihat Muhktashor Minhajus Sunnah: 1/13 dan al-Muntaqo an-Nafis min Talbis Iblis: 95
[4] Thobaqot al-Hanabilah: 1/33
[5] Lihat Ta’tsirul Mu’tazilah Fil Khowarij wasy Syi’ah: 392
[6] Lihat Ushuluddin: 356-357
[7] Lihat al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 20
[8] Lihat Talbis Iblis: 96
[9] Lihat Muhktashor Minhajus Sunnah: 1/13-14
[10] Lihat Talbis Iblis: 95
[11] Lihat al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 60
[12] Ar-Roj’ah: 11, dinukil dari kitab al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 62
[13] Ushul Kafi: 2/217
[14] Lihat al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 46
[15] Al-Intishor Lishshohbi wal Ali: 8
http://ibnuabbaskendari.wordpress.com/2010/05/17/mengungkap-kesesatan-syi%E2%80%99ah/