Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1)
Adapun ketentuan siapa yang mahram dan yang bukan mahram telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 23:
{حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ
وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاَتُكُمْ وَبَنَاتُ الأَخِ وَبَنَاتُ
الأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللاَّتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُم مِّنَ
الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَآئِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاَّتِي فِي
حُجُورِكُم مِّن نِّسَآئِكُمُ اللاَّتِي دَخَلْتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمْ
تَكُونُواْ دَخَلْتُم بِهِنَّ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلاَئِلُ
أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلاَبِكُمْ وَأَن تَجْمَعُواْ بَيْنَ
الأُخْتَيْنِ إَلاَّ مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللّهَ كَانَ غَفُورًا
رَّحِيمًا} (23) سورة النساء
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu,
anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan,
saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang
perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki,
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu
yang menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu istrimu
(mertua), anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang
telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu
(dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan
diharamkan bagimu) istri-istri anak-anak kandungmu (menantu), dan
menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuai
yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa : 4 / 32).
Di dalam ayat ini disebutkan beberapa orang mahram yaitu:
Pertama: أُمَّهَاتُكُمْ (ibu-ibu
kalian). Ibu dalam bahasa arab artinya setiap yang nasab lahirmu kembali
kepadanya. Defenisi ini akan mencakup:
-
Ibu yang melahirkanmu.
-
Nenekmu dari ayah maupun dari Ibumu.
-
Nenek ayahmu dari ayah maupun ibunya.
-
Nenek ibumu dari ayah maupun ibunya.
-
Nenek buyut ayahmu dari ayah maupun ibunya.
-
Nenek buyut ibumu dari ayah maupun ibunya.
-
dan seterusnya ke atas.
Kedua: وَبَنَاتُكُمْ (anak-anak
perempuan kalian). Anak perempuan dalam bahasa arab artinya setiap
perempuan yang nisbah kelahirannya kembali kepadamu. Defenisi ini akan
mencakup:
-
Anak perempuanmu.
-
Anak perempuan dari anak perempuanmu (cucu).
-
Anaknya cucu.
-
dan seterusnya ke bawah.
Ketiga: وَأَخَوَاتُكُمْ (saudara-saudara perempuan kalian). Saudara perempuan ini meliputi:
-
Saudara perempuan seayah dan seibu.
-
Saudara perempuan seayah saja.
-
dan saudara perempuan seibu saja.
Keempat: وَعَمَّاتُكُمْ (saudara-saudara perempuan ayah kalian). Masuk dalam kategori saudara perempuan ayah:
-
Saudara perempuan ayah dari satu ayah dan ibu.
-
Saudara perempuan ayah dari satu ayah saja.
-
Saudara perempuan ayah dari satu ibu saja.
-
Masuk juga di dalamnya saudara-saudara perempuan kakek dari ayah maupun ibumu.
-
dan seterusnya ke atas.
Kelima: وَخَالاَتُكُمْ (saudara-saudara perempuan ibu kalian).
Yang masuk dalam saudara perempuan ibu sama seperti yang masuk dalam saudara perempuan ayah yaitu:
-
Saudara perempuan ibu dari satu ayah dan ibu.
-
Saudara perempuan ibu dari satu ayah saja.
-
Saudara perempuan ibu dari satu ibu saja.
-
Saudara-saudara perempuan nenek dari ayah maupun ibumu.
-
dan seterusnya ke atas.
Keenam: وَبَنَاتُ الْأَخِ (anak-anak perempuan dari saudara laki-laki).
Anak perempuan dari saudara laki-laki mencakup:
-
Anak perempuan dari saudara laki-laki satu ayah dan satu ibu.
-
Anak perempuan dari saudara laki-laki satu ayah saja.
-
Anak perempuan dari saudara laki-laki satu ibu saja.
-
Anak-anak perempuan dari anak perempuannya saudara laki-laki.
-
Cucu perempuan dari anak perempuannya saudara laki-laki.
-
dan seterusnya ke bawah.
Ketujuh: وَبَنَاتُ الْأُخْتِ (anak-anak perempuan dari saudara perempuan).
Ini sama dengan anak perempuan saudara laki-laki, yaitu meliputi:
-
Anak perempuan dari saudara perempuan satu ayah dan ibu.
-
Anak perempuan dari saudara perempuan satu ayah saja.
-
Anak perempuan dari saudara perempuan satu ibu saja.
-
Anak-anak perempuan dari anak perempuannya saudara perempuan,.
-
Cucu perempuan dari anak perempuannya saudara perempuan.
-
dan seterusnya ke bawah.
Catatan penting:
Tujuh yang tersebut di atas adalah mahram karena
nasab. Sehingga kita bisa mengetahui bahwa ada empat orang yang bukan
mahram walaupun ada hubungan nasab, mereka itu adalah:
-
Anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ayah (sepupu).
-
Anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibu (sepupu).
-
Anak-anak perempuan dari saudara perempuan ayah (sepupu).
-
Anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibu (sepupu).
Mereka ini bukanlah mahram dan boleh dinikahi.
Kedelapan: وَأُمَّهَاتُكُمُ اللاَّتِيْ أَرْضَعْنَكُمْ (ibu-ibu yang menyusui kalian). Yang termasuk ibu susuan adalah:
-
Ibu susuan itu sendiri.
-
Ibunya ibu susuan.
-
Neneknya ibu susuan.
-
dan seterusnya keatas.
Catatan Penting:
Kita melihat bahwa dalam ayat ini Ibu susuan
dinyatakan sebagai mahram. Sementara menurut ulama, pemilik susu adalah
suaminya karena sang suamilah yang menjadi sebab isterinya melahirkan
sehingga mempunyai air susu. Maka disebutkannya ibu susuan sebagai
mahram dalam ayat ini adalah merupakan peringatan bahwa sang suami
adalah sebagai ayah bagi anak yang menyusu kepada isterinya. Dengan
demikian anak-anak ayah dan ibu susuannya baik yang laki-laki maupun
yang perempuan dianggap sebagai saudaranya (sesusuan), dan demikian pula
halnya dengaan saudara-saudara dari ayah dan ibu susuannya baik yang
laki-laki maupun yang perempuan dianggap sebagai paman dan bibinya.
Karena itulah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan di dalam
hadits beliau yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary dan Imam Muslim
dari hadits ‘Aisyah dan Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- :
إِنَّهُ يُحْرَمُ مِنَ الرَّضَاعَةِ مَا يُحْرَمُ مِنَ النَّسَبِ
“Sesungguhnya menjadi mahram dari susuan apa-apa yang menjadi mahrom dari nasab”.
Kesembilan: وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ
الرَّضَاعَةِ (dan saudara-saudara perempuan kalian dari susuan). Yang
termasuk dalam kategori saudara perempuan sesusuan adalah:
-
Perempuan yang kamu disusui oleh ibunya (ibu kandung maupun ibu tiri).
-
Atau perempuan itu menyusu kepada ibumu.
-
Atau kamu dan perempuan itu sama-sama menyusu pada seorang perempuan yang bukan ibu kalian berdua.
-
Atau perempuan yang menyusu kepada istri yang lain dari suami ibu susuanmu.
Kesepuluh: وَأُمَّهَاتُ نِسَآئِكُمْ
(dan ibu isteri-isteri kalian) ibu isteri mencakup ibu dalam nasab dan
seterusnya keatas dan ibu susuan dan seterusnya keatas.
Mereka ini menjadi mahram bila/dengan terjadinya akad
nikah antara kalian dengan anak perempuan mereka, walaupun belum
bercampur.Tidak ada perbedaan antara ibu dari nasab dan ibu susuan dalam
kedudukan mereka sebagai mahram. Demikian pendapat jumhur ulama seperti
Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Umar, Jabir dan Imran bin Husain dan juga pendapat
kebanyakan para tabi’in dan pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Ahmad dan Ashhab Ar-ro’y yang mana mereka berdalilkan dengan ayat ini,
oleh karena itu kita tidak bisa menerima perkataan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah yang menyatakan bolehnya seorang lelaki menikah dengan ibu
susuan isterinya dan saudara sesusuan istrinya. Wallahu A’lam.
Kesebelas:
مِنْ نِسَآئِكُمُ اللاَّتِيْ دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُوْنُوْا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ
(anak-anak istrimu (Ar-Raba`ib) yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak
berdosa kamu mengawininya)Ayat ini menunjukkan bahwa Ar-Raba`ib adalah
mahram. Dan menurut bahasa arab Ar-Raba`ib ini mencakup:
-
Anak-anak perempuan istrimu.
-
Anak-anak perempuan dari anak-anak istrimu ( cucu perempuannya istri).
-
Cucu perempuan dari anak-anak istrimu.
-
dan seterusnya ke bawah.
Tapi Ar-Raba`ib ini dalam ayat ini menjadi mahram
dengan syarat apabila ibunya telah digauli adapun kalau ibunya
diceraikan atau meninggal sebelum digauli oleh suaminya maka Ar-Raba‘ib
ini bukan mahram suami ibunya bahkan suami ibunya itu bisa menikahi
dengannya. Dan ini merupakan pendapat Jumhur Ulama seperti Imam Malik,
Ats-Tsaury, Al-Auza’y, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan lain-lainnya. Hal ini
berdasarkan dzhohir ayat di ayat:
مِنْ نِسَآئِكُمُ اللاَّتِيْ دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُوْنُوْا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ
”Dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak
berdosa kamu mengawininya.”
Adapun yang tersebut di ayat (Ar-Raba`ib yang dalam
pemeliharaanmu) kata “dalam pemeliharaanmu” dalam ayat ini bukanlah
sebagai syarat untuk dianggapnya Ar-Raba`ib itu sebagai mahram. Semua
Ar-Rabaib baik yang dalam pemeliharaan maupun yang diluar pemeliharaan
adalah mahram menurut pendapat jumhur ulama. Jadi kata “dalam
pemeliharaanmu” hanya menunjukkan bahwa kebanyakan Ar-Raba`ib itu dalam
pemeliharaan atau hanya menunjukkan dekatnya Ar-Raba`ib tersebut dengan
ayahnya. Dengan demikian nampaklah hikmah kenapa Ar-Raba`ib menjadi
mahram. Wallahu A’lam.
Keduabelas: وَحَلاَئِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِيْنَ مِنْ أَصْلاَبِكُمْ (istri-istri anak-anak kandungmu (menantu). Ini meliputi:
-
Istri dari anak kalian.
-
Istri dari cucu kalian.
-
Istri dari anaknya cucu.
-
dan seterusnya kebawah baik dari nasab maupun sesusuan.
Mereka semua menjadi mahram setelah akad nikah dan
tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama dalam hal ini. Lihat
pembahasan di atas dalam : Al-Mughny 9/513-518, Al-Ifshoh 8/106-110,
Al-Inshof 8/113-116, Majmu’ Al-Fatawa 32/62-67, Al-Jami’ Lil Ikhtiyarat
Al-Fiqhiyyah 2/589-592, Zadul Ma’ad 5/119-124, Taudhil Al-Ahkam
4/394-395, Tafsir Al-Qurthuby 5/105-119, Taisir Al-Karim Ar-Rahman.
Catatan:
Demikian mahrom dalam surah An Nisa. Tapi perlu
diingat, pembicaraan dalam ayat ini walaupun ditujukan langsung kepada
laki-laki dan menjelaskan rincian siapa yang merupakan mahrom bagi
mereka, ini tidaklah menunjukkan bahwa di dalam ayat ini tidak
dijelaskan tentang siapa mahrom bagi perempuan. Karena Mafhum Mukhalafah
(pemahaman kebalikan) dari ayat ini menjelaskan hal tersebut.Misalnya
disebutkan dalam ayat: “Diharamkan atas kalian ibu-ibu kalian”, maka
mafhum mukhalafahnya adalah: “Wahai para ibu, diharamkan atas kalian
menikah dengan anak-anak kalian.”Misal lain, disebutkan dalam ayat :
“Dan anak-anak perempuan kalian.” Maka mafhum mukhalafahnya adalah:
“Wahai anak-anak perempuan diharamkan atas kalian menikah dengan
ayah-ayah kalian.” Dan demikian seterusnya. Sebagai pelengkap dari
pembahasan ini, kami sebutkan ayat dalam surah An-Nur ayat 31:
وَلاَ يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ إِلاَّ
لِبُعُوْلَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُوْلَتِهِنَّ أو
أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُوْلَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ
بَنِيْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِيْ أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ
مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ أَوِ التَّابِعِيْنَ غَيْرَ أُوْلِي الإِْ
رْبَةِ مِنَ الرَّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ اللَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلَى
عَوْرَاتِ النِّسَاءِ
“Janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki mereka yang tidak mempunyai keinginan (kepada wanita), atau
anak-anak yang belum mengerti tentang ‘aurat.”
Demikianlah, mudah-mudahan jawaban ini bermanfaat. Wa akhiru da’wana `anilhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.
Catatan Kaki:
1) Lihat Ahkam An-Nazhar Ila Al-Muharramat hal.32.
Sumber:
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/munakahat-keluarga/siapakah-mahrammu/