Kemunculan
sebuah bangsa yang akan menciptakan kekacauan serta kerusakan di muka
bumi telah ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai salah satu
penanda kiamat besar. Siapakah dan bagaimanakah mereka?
Di
dalam beberapa hadits tentang tanda-tanda hari kiamat kubra, disebutkan
ada sepuluh tanda hari kiamat. Di antaranya adalah keluarnya Ya`juj dan
Ma`juj.
Berita tentang keluarnya Ya`juj dan Ma`juj bukan hanya mutawatir, bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 96-97:
حَتَّى
إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ. وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ
أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ
هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ.
Hingga
apabila dibukakan (dinding) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan
cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah datangnya
janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata
orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami,
sesungguhnya kami dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah
orang-orang yang dzalim.”
Ibnu
Katsir rahimahullahu menerangkan: mereka adalah dari keturunan Adam
‘alaihissalam dari keturunan Nabi Nuh ‘alaihissalam, dari anak keturunan
Yafits yakni nenek moyang bangsa Turki yang terisolir oleh benteng
tinggi yang dibangun oleh Dzulqarnain.
Sedangkan
makna “min kulli hadabin yansilun” diterangkan oleh Ibnu Katsir
rahimahullahu: yakni turun dari tempat-tempat yang tinggi dengan cepat
dengan membuat kerusakan.
Demikian pula disebutkan dalam surat Al-Kahfi ayat 94:
قَالُوا
يَاذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي
اْلأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا
وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
“Wahai
Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj wa Ma`juj merusak di muka bumi, kami
akan siapkan imbalan yang besar agar kiranya engkau membuatkan benteng
antara kami dengan mereka.”
Adapun
kalimat yang menunjukkan bahwa runtuhnya benteng Dzulqarnain dan
keluarnya Ya`juj wa Ma`juj sebagai tanda dekatnya hari kiamat adalah
ucapan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada ayat ke-98:
هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ
“Ini adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabb-ku Dia akan menjadikannya hancur luluh…..”
Ibnu Katsir rahimahullahu menyatakan: “Ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa mereka tidak akan bisa melubanginya sedikitpun…”
Sedangkan
makna “Jika datang janji Rabbku” adalah: Jika telah dekat hari kiamat,
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan runtuhkan benteng tersebut. Demikian
dikatakan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu.
Ya`juj wa Ma`juj dari keturunan Adam ‘alaihissalam
Ya’juj
dan Ma’juj adalah dari jenis manusia keturunan Adam ‘alaihissalam.
Tidak seperti yang digambarkan oleh sebagian orang bahwa mereka bukanlah
dari keturunan manusia. Hanya saja mereka adalah orang-orang yang
merusak serta memiliki sifat dan perangai yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
takdirkan kepada mereka tidak seperti manusia pada umumnya.
Dalil
yang menunjukkan bahwa mereka dari jenis manusia keturunan Adam
‘alaihissalam adalah apa yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dalam
Kitabul Anbiya’ bab Qishah Ya’juj dan Ma’juj, dari Abu Sa’id Al-Khudri
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: يَا آدَمُ.
فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ. فَيَقُولُ:
أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ. قَالَ: وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟ قَالَ: مِنْ
كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَعِنْدَهُ يَشِيبُ
الصَّغِيرُ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ
سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ ﭼ.
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَيُّنَا ذَلِكَ الْوَاحِدُ؟ قَالَ:
أَبْشِرُوا فَإِنَّ مِنْكُمْ رَجُلًا وَمِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ أَلْفًا …
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Adam: “Wahai Adam.” Maka Adam
menjawab: “Labbaika wa sa’daika wal khairu fi yadaika (Aku sambut
panggilan-Mu dengan senang hati dan kebaikan semuanya di tangan-Mu).”
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Keluarkan utusan
(penghuni) neraka.” Maka Adam bertanya: “Apa itu utusan (penghuni)
neraka?” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Mereka dari setiap seribu
orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang!” Maka ketika itu
anak kecil menjadi beruban, setiap yang hamil melahirkan apa yang
dikandungnya, dan kamu lihat orang-orang seakan-akan mabuk padahal
mereka tidak mabuk, tetapi karena adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
sangat keras. Kemudian para shahabat bertanya: “Siapa satu yang selamat
dari kita itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bergembiralah,
sesungguhnya penghuni neraka itu dari kalian satu dan dari Ya’juj dan
Ma’juj seribu….” (HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari, juz 6 hal. 382)
Dari hadits di atas kita dapatkan beberapa faedah:
Pertama: Ya’juj dan Ma’juj adalah calon penghuni neraka.
Kedua: jumlah Ya’juj dan Ma’juj sangat besar.
Ketiga: bahwa Ya’juj dan Ma’juj dari jenis manusia keturunan Adam.
Sifat-sifat Ya`juj dan Ma`juj
Walaupun
mereka dari jenis manusia keturunan Adam, namun mereka memiliki sifat
khas yang berbeda dari manusia biasa. Ciri utama mereka adalah perusak
dan jumlah mereka yang sangat besar sehingga ketika mereka turun dari
gunung seakan-akan air bah yang mengalir, tidak pandai berbicara dan
tidak fasih, bermata kecil (sipit), berhidung kecil, lebar mukanya,
merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai dan
sifat-sifat lain.
Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dari Ibnu Harmalah, dari bibinya, dia berkata:
خَطَبَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَاصِبٌ
إِصْبَعَهُ مِنْ لَدْغَةِ عَقْرَبٍ فَقَالَ: إِنَّكُمْ تَقُولُونَ لاَ
عَدُوَّ وَإِنَّكُمْ لاَ تَزَالُونَ تُقَاتِلُونَ عَدُوًّا حَتَّى يَأْتِيَ
يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ الْعُيُونِ شُهْبُ
الشِّعَافِ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ
الْمُطْرَقَةُ
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dalam keadaan jarinya terbalut
karena tersengat kalajengking. Beliau bersabda: “Kalian mengatakan
tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi musuh
sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil (sipit)
matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari
tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti
perisai.” (HR. Ahmad)
Ya`juj dan Ma`juj Sudah Ada Sekarang
Ya`juj
dan Ma`juj sudah ada dan terus dalam keadaan turun-temurun (beranak
pinak), tidak meninggal satu orang dari mereka, kecuali lahir seribu
orang lebih. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abdullah bin ‘Amr
radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan Al-Hakim rahimahullahu dalam
Mustadrak-nya.
Namun
alhamdulillah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bentengi mereka dari
kita, yaitu dengan sebab menakdirkan munculnya Dzulqarnain yang dengan
kemampuannya membuat benteng yang terbuat dari besi dan tembaga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ
أَتْبَعَ سَبَبًا. حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ
دُونِهِمَا قَوْمًا لاَ يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً. قَالُوا يَاذَا
الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي اْلأَرْضِ
فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ
سَدًّا. قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ
أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا. آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ
حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا
جَعَلَهُ نَارًا قَالَ ءَاتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا. فَمَا
اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا. قَالَ هَذَا
رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ
وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
“Kemudian
dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah
sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya,
suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai
Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang membuat
kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran
kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’
Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku
terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan
(manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan
mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu
telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi
(merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang
mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak
bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain
berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah
datang janji Rabb-ku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji
Rabbku itu adalah benar’.” (Al-Kahfi: 92-98)
Kesombongan Ya`juj dan Ma`juj
Ya`juj
dan Ma`juj ketika keluar tidaklah melewati sesuatu kecuali dirusaknya.
Tidaklah melewati danau kecuali meminumnya hingga habis. Tidaklah
mendapati manusia kecuali dibunuhnya sampai ketika mereka merasa menang
membantai seluruh penduduk bumi, mereka menantang penduduk langit.
Inilah kesombongan yang luar biasa dari Ya`juj wa Ma`juj.
ثُمَّ
يَسِيرُونَ حَتَّى يَنْتَهُوا إِلَى جَبَلِ الْـخُمَرِ وَهُوَ جَبَلُ
بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَيَقُولُونَ: لَقَدْ قَتَلْنَا مَنْ فِي اْلأَرْضِ
هَلُمَّ فَلْنَقْتُلْ مَنْ فِي السَّمَاءِ. فَيَرْمُونَ بِنُشَّابِهِمْ
إِلَى السَّمَاءِ فَيَرُدُّ اللهُ عَلَيْهِمْ نُشَّابَهُمْ مَخْضُوبَةً
دَمًا
“Kemudian
mereka berjalan dan berakhir di gunung Khumar, yaitu salah satu gunung
di Baitul Maqdis. Kemudian mereka berkata: “Kita telah membantai
penduduk bumi, mari kita membantai penduduk langit.” Maka mereka
melemparkan panah-panah dan tombak-tombak mereka ke langit. Maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala kembalikan panah dan tombak-tombak mereka dalam
keadaan berlumuran darah.” (HR. Muslim dalam kitab Al-Fitan wa Asyrathus
Sa’ah)
Yakni
mereka mengira bahwa darah tersebut bukti kemenangan mereka melawan
penduduk langit. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala binasakan seluruhnya
pada saat puncak kesombongan mereka dalam waktu yang hampir bersamaan.
Binasanya Ya’juj dan Ma’juj dengan doa Nabi Isa ‘alaihissalam
Diriwayatkan dari An-Nawwas Ibni Sam’an radhiyallahu ‘anhu dalam hadits yang panjang. Di antaranya sebagai berikut:
إِذْ
أَوْحَى اللهُ إِلَى عِيسَى إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِي لاَ
يَدَانِ لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ
وَيَبْعَثُ اللهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ
فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ
بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ
حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ
دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِي رِقَابِهِمْ
فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ
اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اْلأَرْضِ فَلاَ يَجِدُونَ فِي اْلأَرْضِ
مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلَأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ فَيَرْغَبُ
نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللهِ فَيُرْسِلُ اللهُ طَيْرًا
كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللهُ
ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ مَطَرًا لاَ يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلاَ
وَبَرٍ فَيَغْسِلُ اْلأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ
يُقَالُ لِلْأَرْضِ أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ وَرُدِّي بَرَكَتَكِ…
Ketika
Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada Isa ‘alaihissalam:
Sesungguhnya aku mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada kemampuan
bagi seorang pun untuk memeranginya. Maka biarkanlah mereka
hamba-hamba-Ku menuju Thuur. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala keluarkan
Ya’juj dan Ma’juj dan mereka mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi.
Kemudian mereka melewati danau Thabariyah1, dan meminum seluruh air
yang ada padanya. Hingga ketika barisan paling belakang mereka sampai di
danau tersebut mereka berkata: “Sungguh dahulu di sini masih ada
airnya.” Ketika itu terkepunglah Nabiyullah Isa ‘alaihissalam dan para
sahabatnya. Hingga kepala sapi ketika itu lebih berharga untuk mereka
daripada seratus dinar kalian sekarang ini. Maka Isa dan para sahabatnya
berharap (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala pun mengirim sejenis ulat yang menyerang leher
mereka. Maka pagi harinya mereka seluruhnya binasa menjadi
bangkai-bangkai dalam waktu yang hampir bersamaan. Kemudian turunlah
(dari gunung Thuur) Nabiyullah Isa dan para sahabatnya, maka tidak
didapati satu jengkal pun tempat kecuali dipenuhi oleh bangkai dan bau
busuk mereka. Maka Nabi Isa ‘alaihissalam pun berharap (berdoa) kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan
burung-burung yang lehernya seperti unta, membawa bangkai-bangkai mereka
dan kemudian dilemparkan di tempat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
kehendaki2. Kemudian Allah kirimkan hujan yang tidak menyisakan satu pun
rumah maupun kemah, lalu membasahi bumi hingga menjadi licin. Kemudian
dikatakan kepada bumi itu: ‘Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalilah
berkahmu…” (HR. Muslim)
Wajib Beriman dengan berita Ya`juj wa Ma`juj
Berita
tentang Ya`juj wa Ma`juj adalah berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan Rasul-Nya, sehingga seorang muslim yang beriman wajib menerimanya.
Bukankah ciri-ciri orang yang bertakwa adalah beriman kepada hal ghaib
yang dikabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya? Dan
termasuk hal yang ghaib adalah apa yang akan terjadi pada akhir zaman,
termasuk berita akan keluarnya Ya`juj wa Ma`juj?
Namun
sebagian kaum muslimin, khususnya kaum Mu’tazilah dan para rasionalis
atau orang-orang yang terpengaruh oleh mereka, menolak berita-berita
hadits yang -menurut anggapan mereka- tidak masuk akal. Mereka
menganggap hadits-hadits tersebut hanya akan membuat orang lari dari
Islam.
Ketika
mereka mendengarkan hadits-hadits tentang diangkatnya Nabi Isa
‘alaihissalam dalam keadaan hidup, akan turunnya beliau pada akhir
zaman, berita tentang Dajjal -yang sudah ada wujudnya dalam keadaan
terbelenggu- atau tentang Ya`juj wa Ma`juj yang masih beranak-pinak dan
terus menerus berupaya untuk keluar dari benteng yang dibuat oleh
Dzulqarnain, dan lain-lainnya. Mereka benar-benar gelisah, panas dadanya
seraya berkata: “Untuk apa hadits-hadits seperti ini disampaikan.
Hadits-hadits ini akan menjadikan manusia semakin jauh dari Islam.”
Mereka melontarkan olok-olok, celaan, dan berbagai macam ucapan
penolakan terhadap hadits-hadits tersebut. Keadaan mereka ini persis
seperti yang dikatakan oleh para ulama tentang ahlul bid’ah:
Ahmad
bin Sinan Al-Qaththan rahimahullahu berkata: ”Tidak ada di dunia ini
seorang mubtadi’ (ahli bid’ah) pun kecuali akan membenci ahlil hadits.
Jika seseorang mengada-adakan kebid’ahan niscaya akan dicabut kelezatan
hadits dari hatinya.” (Aqidatussalaf wa Ashhabul Hadits hal. 300)
Abu
Nashr bin Sallam Al-Faqih rahimahullahu berkata: “Tidak ada sesuatu
yang lebih berat dan lebih dibenci bagi orang-orang mulhid (sesat)
daripada mendengarkan hadits dengan riwayat dan sanadnya.” (Aqidatus
Salaf Ashhabil Hadits hal. 302)
Penutup
Sebagai nasihat dan peringatan untuk kita dan seluruh kaum muslimin, kami nukilkan beberapa ucapan para ulama dalam masalah ini:
Al-Imam
Ahmad bin Hambal rahimahullahu menyatakan: “Barangsiapa yang menolak
hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi sa wallam, maka dia berada di pinggir
jurang kehancuran.” (Thabaqat Al-Hanabilah, 2/11 dan Al-Ibanah, 1/269;
lihat Ta’zhimus Sunnah hal. 29)
Al-Imam
Al-Barbahari rahimahullahu menegaskan: “Jika engkau mendengar seseorang
mencela riwayat-riwayat (yakni riwayat hadits yang shahih), menolaknya
atau menginginkan selainnya, maka curigailah keislamannya dan jangan
ragu kalau dia adalah pengekor hawa nafsu, ahlul bid’ah.” (Syarhus
Sunnah hal. 51)
Abul
Qashim Al-Ashbahani rahimahullahu menerangkan: Ahlus Sunnah dari
kalangan salaf berkata: “Barangsiapa mencerca riwayat-riwayat hadits,
maka sepantasnya untuk dituduh keislamannya.” (Al-Hujjah fi Bayanil
Mahajjah 2/248. Lihat Ta’zhimus Sunnah, hal. 29)
Al-Imam
Az-Zuhri rahimahullahu –imamnya para imam pada zamannya- berkata: “Dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala keterangannya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang menyampaikannya, maka kewajiban kita adalah
menerimanya.” (Aqidatus Salaf Ashhabil Hadits, hal. 249)
Beliau
rahimahullahu berkata juga: “Diriwayatkan dari salaf bahwa kaki Islam
tidak akan kokoh, kecuali di atas fondasi at-taslim (yakni menerima dan
tunduk pada seluruh ucapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya,
pent.).” (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits hal. 200). Wallahu a’lam.
—————————————————
1
Danau Tiberias/Galilea, terletak di wilayah pendudukan Yahudi, tepatnya
di barat daya Dataran Tinggi Golan. Merupakan sumber air tawar bagi
warga Yahudi-Israel.
2 Dalam riwayat lain, dilemparkan ke laut. (HR. Al-Hakim dalam Mustadrak-nya, dan Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya)
http://muwahiid.wordpress.com/2008/03/10/mengenal-yajuj-dan-majuj/