Tidak diragukan lagi, setiap orang ingin mendapat kebaikan dan
dijauhkan dari kemudharatan. Namun tidak semua orang menyadari dan mau
bersungguh-sungguh dalam mencapai keinginannya itu. Padahal Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan kunci-kunci kebaikan tersebut
dalam wahyunya secara gamblang dan tegas. Kunci kebaikan itu adalah
dzikir kepada Allah (dzikrullah).
Urgensi dan Kedudukan Dzikir
Dzikir dan do’a adalah sebaik-baik amalan yang dapat mendekatkan diri
seorang muslim kepada Rabb-nya. Ia merupakan kunci semua kebaikan yang
diinginkan seorang hamba di dunia dan akhirat. Kapan saja Alah
Subhanahu wa Ta'ala memberikan kunci ini kepada seorang hamba, maka
Allah Subhanahu wa Ta'ala menginginkan ia membukanya. Dan jika Allah
menyesatkannya, maka pintu kebaikan terasa jauh darinya, sehingga
hatinya gundah gulana, bingung, pikiran kalut, depresi, lemah semangat
dan keinginannya. Apabila ia menjaga dzikir dan do’a serta terus
berlindung kepada Allah, maka hatinya akan tenang, sebagaimana firman
Allah :
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. [Ar Ra’du:28].
Dan ia akan mendapat keutamaan serta faidah yang sangat banyak di dunia dan akhirat.[1]
Allah berfirman menjelaskan arti penting dan kedudukan dzikir dalam banyak ayatnya, diantaranya:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ
وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ
وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ
وَالصَّآئِمِينَ وَالصَّآئِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ
وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أّعَدَّ
اللهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. [Al Ahzaab:35].
Dan firmanNya:
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. [Al Ahzaab:41].
فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ
فَاذْكُرُوا اللهَ كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ
النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَالَهُ فِي
اْلأَخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah
(dengan menyebut) Allah, sebagimana kamu menyebut-nyebut
(membangga-banggakan) nenek-moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih
banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang mendo'a: "Ya,
Rabb kami. Berilah kami kebaikan di dunia," dan tiadalah baginya
bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. [Al Baqarah:200].
Demikian juga dalam banyak hadits, Rasulullah telah menjelaskan secara
gamblang arti penting dan kedudukan dzikir bagi diri seorang muslim,
diantaranya:
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ
الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ
وَالْمَيِّتِ
Dari Abu Musa , ia berkata: Telah bersabda Nabi shalallahu'alaihi
wasallam ,”Permisalan orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak
berdzikir, (ialah) seperti orang yang hidup dan mati.” [2]
Dan hadits Beliau yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسِيرُ فِي طَرِيقِ
مَكَّةَ فَمَرَّ عَلَى جَبَلٍ يُقَالُ لَهُ جُمْدَانُ فَقَالَ سِيرُوا
هَذَا جُمْدَانُ سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ قَالُوا وَمَا الْمُفَرِّدُونَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا
وَالذَّاكِرَاتُ
Dari Abu Hurairah, Beliau berkata,”Al mufarridun telah mendahului,”
mereka bertanya,”Siapakah al mufarridun, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab,”Laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir.” [3]
Oleh karena itu dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah (adzkaar
nabawiyah) memiliki kedudukan dan arti penting yang tinggi bagi seorang
muslim; sehingga banyak ditulis kitab dan karya tulis yang beraneka
ragam tentang permasalahan ini. Namun seorang muslim diperintahkan untuk
berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang telah disyari’atkannya; karena dzikir merupakan bagian dari ibadah. Dan ibadah hanyalah dibangun di atas dasar tauqifiyah (berdasar kepada dalil wahyu) dan ittiba’ (mencontoh Rasulullah)’ tidak menuruti hawa nafsu dan kehendak hati semata.
Untuk itu Ibnu Taimiyah berkata, ”Tidak diragukan lagi, adzkaar
(dzikir-dzikir) dan do’a-do’a merupakan ibadah yang utama. Sedangkan
ibadah dibangun di atas dasar tauqifiyah dan ittiba’; tidak menurut
hawa nafsu dan kebid’ahan. Sehingga do’a-do’a dan adzkar nabawiyah
merupakan dzikir dan do’a yang paling harus dicari oleh pencarinya.
Pelakunya berada di jalan yang aman dan selamat. Sedangkan faidah dan
hasil yang diperoleh tidak dapat diungkap dengan kata-kata, dan lisan
tidak dapat mencakupnya. Adzkaar yang lainnya ada kalanya diharamkan
atau makruh, atau terkadang berisi kesyirikan yang banyak tidak
diketahui oleh orang bodoh. Permasalahan ini cukup panjang
penjabarannya.
Seseorang tidak diperbolehkan membuat sebuah dzikir atau do’a yang
tidak dicontohkan Rasulullah, dan menjadikannnya sebagai ibadah ritual
yang dilakukan oleh manusia secara rutin, seperti rutinitas shalat lima
waktu. Ini jelas kebid’ahan dalam agama yang dilarang Allah. Berbeda
dengan do’a yang dilakukan seseorang, kadang-kadang tidak rutin dengan
tidak menjadikannya sunnah untuk manusia; maka, jika ini tidak
diketahui mengandung makna yang haram, tidak boleh dipastikan
keharamannya. Akan tetapi, terkadang ada keharaman padanya, sedangkan
manusia tidak merasakannya. Ini sebagaimana seorang berdo’a ketika
genting, dengan do’a-do’a yang ia ingat pada waktu itu. Ini dan yang
semisalnya hampir sama. Adapun mengambil wirid-wirid (ma’tsurat, Pent.)
yang tidak disyari’atkan dan membuat-buat dzikir yang tidak syar’i,
maka ini terlarang. Demikian do’a-do’a dan dzikir syar’i, berisi
permintaan yang agung lagi benar. Tidak meninggalkannya dan beralih
kepada dzikir-dzikir bid’ah yang dibuat-buat, kecuali orang bodoh atau
lemah atau melampaui batas.”[4]
Keutamaan dan Faedah Dzikir
Keutamaan dan faidah dzikir sangatlah banyak, hingga Imam Ibnul Qayyim
menyatakan dalam kitabnya Al Wabil Ash Shayyib [5], bahwa dzikir
memiliki lebih dari seratus faidah, dan menyebutkan tujuh puluh tiga
faidah di dalam kitab tersebut. Diantara keutamaan dan faidah dzikir
ialah:
Pertama : Dzikir dapat mengusir syetan dan melindungi orang yang berdzikir darinya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ
فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ
سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ
مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنْ الشَّيْطَانِ
إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ
Dan Aku (Yahya bin Zakaria) memerintahkan kalian untuk banyak berdzikir
kepada Allah. Permisalannya itu, seperti seseorang yang dikejar-kejar
musuh, lalu ia mendatangi benteng yang kokoh dan berlindung di
dalamnya. Demikianlah seorang hamba, tidak dapat melindungi dirinya
dari syetan, kecuali dengan dzikir kepada Allah.[6]
Ibnul Qayim memberikan komentarnya terhadap hadits ini:
“Seandainya dzikir hanya memiliki satu keutamaan ini saja, maka sudah
cukup bagi seorang hamba untuk tidak lepas lisannya dari dzikir kepada
Allah, dan senantiasa gerak berdzikir; karena ia tidak dapat melindungi
dirinya dari musuhnya, kecuali dengan dzikir kepada Allah. Para musuh
hanya akan masuk melalui pintu kelalaian dalam keadaan terus
mengintainya. Jika ia lengah, maka musuh langsung menerkam dan
memangsanya. Dan jika berdzikir kepada Allah, maka musuh Allah itu
meringkuk dan merasa kecil serta melemah sehingga seperti al wash’
(sejenis burung kecil) dan seperti lalat”.[7]
Manusia, ketika lalai dari dzikir, maka syetan langsung menempel dan
menggodanya serta menjadikannya sebagai teman yang selalu menyertainya,
sebagaimana firman Allah.
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barangsiapa yang berpaling dari dzikir (Rabb) Yang Maha Pemurah (Al
Qur'an), Kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan), maka syetan
itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. [Az Zukhruf:36].
Seorang hamba tidak mampu melindungi dirinya dari syetan, kecuali dengan dzikir kepada Allah.
Kedua : Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan
dan depresi, dan dapat mendatangkan ketenangan, kebahagian dan
kelapangan hidup. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya.
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. [Ar Ra’du:28].
Ketiga : Dzikir dapat menghidupkan hati.
Bahkan, dzikir itu sendiri pada hakikatnya adalah kehidupan bagi hati
tersebut. Apabila hati kehilangan dzikir, maka seakan-akan kehilangan
kehidupannya; sehingga tidaklah hidup sebuah hati tanpa dzikir kepada
Allah.
Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dzikir bagi hati,
seperti air bagi ikan. Lalu bagaimana keadaan ikan jika kehilangan
air?”[8]
Keempat : Dzikir menghapus dosa dan menyelamatkannya dari adzab Allah;
karena dzikir merupakan satu kebaikan yang besar, dan kebaikan adalah
untuk menghapus dosa dan menghilangkannya. Tentunya, hal ini dapat
menyelamatkan orang yang berdzikir dari adzab Allah, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا قَطُّ أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang lebih menyelamatkan dirinya dari adzab Allah dari dzikrullah.[9]
Kelima : Dzikir menghasilkan pahala, keutamaan dan
karunia Allah yang tidak dihasilkan oleh selainnya, padahal sangat
mudah mengamalkannya; karena gerakan lisan lebih mudah daripada gerakan
anggota tubuh lainnya. Diantara pahala dzikir yang disebutkan
Rasulullah adalah:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ
عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ
مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ
ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ
بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
Barangsiapa mengucapkan (dzikir):لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dalam sehari seratus kali, maka itu sama dengan pahala sepuluh budak;
ditulis seratus kebaikan untuknya, dan dihapus seratus dosanya. Juga
menjadi pelindungnya dari syetan pada hari itu sampai sore, dan tidak
ada satupun yang lebih utama dari amalannya, kecuali seorang yang
beramal dengan amalan yang lebih banyak dari hal itu. [10]
Ibnul Qayim berkata, ”Dzikir adalah ibadah yang paling mudah, namun
paling agung dan utama; karena gerakan lisan adalah gerakan anggota
tubuh yang paling ringan dan mudah. Seandainya satu anggota tubuh
manusia sehari semalam bergerak seukuran gerakan lisannya, tentulah hal
itu sangat menyusahkannya, bahkan tidak mampu.” [11]
Keenam : Dzikir adalah tanaman syurga [12]. Ini berlandaskan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Abdillah bin Mas’ud yang berbunyi.
لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ
بِي فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ
وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ الْمَاءِ
وَأَنَّهَا قِيعَانٌ وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Aku berjumpa dengan Ibrahim pada malam isra’ dan mi’raj, lalu ia
berkata,”Wahai, Muhammad. Sampaikan salamku kepada umatmu dan
beritahulah mereka bahwa syurga memiliki tanah yang terbaik dan air yang
paling menyejukkan. Syurga itu dataran kosong (Qai’aan) dan
tumbuhannya adalah (dzikir) Subhanallahi wa la ilaha illallah wallahu Akbar.” [13]
Hal ini juga dikuatkan dengan riwayat lain dari hadits Abu Ayub Al Anshari yang ada dalam Musnad Ahmad bin Hambal, 5/418.
Ketujuh : Dzikir menjadi cahaya penerang bagi di dunia, di kubur dan di akhirat.
Meneranginya di shirat, sehingga tidaklah hati dan kubur memiliki
cahaya, kecuali seperti cahaya dzikrullah, berdasarkan firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya:
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami
berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat
keluar dari padanya. [Al An’am:122].
Begitulah perbandingan antara seorang mukmin dengan lainnya. Seorang
mukmin memiliki cahaya dengan sebab keimanan, kecintaan, pengenalan dan
dzikir kepada Allah, sedangkan yang lain adalah orang yang lalai dari
Allah, tidak mau berdzikir dan tidak mencintaiNya.[14]
Kedelapan : Dzikir menjadi sebab mendapatkan shalawat dari Allah dan para malaikatNya, sebagaimana firman Allah, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNya pada
waktu pagi dan petang. Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikatNya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu
dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman. [Al Ahzaab:41-43].
Kesembilan : Banyak berdzikir dapat menjauhkan seseorang dari kemunafikan; karena orang munafik sangat sedikit berdzikir kepada Allah, sebagiamana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit
sekali. [An Nisa’:142].
Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin Al Abad berkata,
”Bisa jadi karena hal tersebut, Allah menutup surat Munafiqin dengan
firmanNya, yang artinya: Hai, orang-orang yang beriman. Janganlah
harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang
rugi. (Al Munafiquun:9). Karena terdapat padanya peringatan dari fitnah
kaum munafiqin yang lalai dari dzikrullah, lalu terjerumus dalam
kemunafikan. Wal ‘iyadzubillah.
Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Khawarij:
“Apakah mereka munafik ataukah bukan?” Beliau menjawab,”Orang munafik
tidak berdzikir kepada Allah, kecuali sedikit.” Ini merupakan isyarat,
bahwa kemunafikan hanyalah sedikit berdzikir kepada Allah. Berdasarkan
hal ini, maka banyak berdzikir merupakan penyelamat dari nifaq. [15]
Kesepuluh : Dzikir adalah amalan yang paling baik, paling suci dan paling tinggi derajatnya, sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam sabdanya:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ
أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي
دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ
وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا
أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ
اللَّهِ تَعَالَى
Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian yang terbaik dan tersuci
serta tertinggi pada derajat kalian? Ia lebih baik dari berinfak emas
dan perak, dan lebih baik dari kalian menjumpai musuh lalu kalian
memenggal kepalanya dan mereka memenggal kepala kalian?” Mereka
menjawab”Ya,” lalu Rasulullah menjawab,”Dzikrullah.” [16]
Demikian beberapa keutamaan dan faidah yang dapat diutarakan dalam makalah singkat ini.
Adab Dalam Berdzikir
Berdzikir memiliki adab-adab yang perlu diperhatikan dan diamalkan, diantaranya:
Pertama : Ikhlas dalam berdzikir dan mengharap ridha Allah.
Kedua : Berdzikir dengan dzikir dan wirid yang
telah dicontohkan Rasulullah; karena dzikir adalah ibadah. Telah lalu
penjelasan Ibnu Taimiyah tentang hal tersebut.
Ketiga : Memahami makna dan maksudnya serta khusyu’ dalam melakukannya.
Ibnul Qayim berkata,”Dzikir yang paling utama dan manfaat, ialah yang
sesuai antara lisan dengan hati dan merupakan dzikir yang telah
dicontohkan Rasulullah. Serta orang yang berdzikir memahami makna dan
tujuan kandungannya.” [17]
Keempat : Memperhatikan tujuh adab yang telah dijelaskan Allah dalam firmanNya.
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ
تَضَرُّعًا وَخِفْيَةً وَدُونَ الْجَهْرِمِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ
وَاْلأَصَالِ وَلاَتَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ
Dan sebutlah (nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. [Al
A’raf:205].
Ayat yang mulia ini menunjukkan tujuh adab penting dalam berdzikir, yaitu:
- Dzikir dilakukan dalam hati, karena hal itu lebih dekat kepada ikhlas.
- Dilakukan dengan merendahkan diri, agar terwujud sikap penyembahan yang sempurna kepada Allah.
- Dilakukan dengan rasa takut dari siksaan Allah akibat lalai dalam beramal dan tidak diterimanya dzikir tersebut. Oleh karena itu, Allah mensifati kaum mukminin dengan firmanNya:
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. [Al Mu’minun:60].
- Dilakukan tanpa mengeraskan suara, karena hal itu lebih dekat kepada tafakkur yang baik.
- Dilakukan dengan lisan dan hati.
- Dilakukan pada waktu pagi dan petang. Memang dua waktu ini memiliki keistimewaan, sehingga Allah menyebutnya dalam ayat ini. Ditambah lagi dengan keistimewaan lainnya, yaitu sebagaimana disampaikan Rasulullah dalam sabdanya:
Bergantian pada kalian malaikat pada waktu malam dan malaikat pada waktu siang. Mereka berjumpa di waktu shalat Fajr dan Ashr, kemudian naiklah malaikat yang mendatangi kalian, dan Rabb mereka menanyakan mereka, dan Allah lebih tahu dengan mereka: “Bagaimana keadaan hambaKu ketika kamu tinggalkan?” Mereka menjawab,”Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami datangi mereka dalam keadaan shalat.” [18]
- Larangan lalai dari dzikrullah. [19]
Dengan ini jelaslah keutamaan dzikir sebagai kunci kebaikan dan adabnya. Mudah-mudahan yang sedikit ini dapat bermanfaat.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 1/Tahun VIII/1425H/2004M
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Fiqhul Ad’iyah Wal Adzkar, karya Dr. Abdurrazaq bin Abdulmuhsin
Alibadr, Bagian pertama, Cetaakan pertama, Tahun 1999 M-1419 H, Dar Ibnu
Affaan, Al Khubaar, KSA. Hlm 5-6.
[2]. Hadits riwayat Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Ad Da’awat, Bab Fadhlu Dzikrullah, no. 6407.
[3]. Hadits riwayat Muslim dalam Shahih-nya, kitab Ad Du’a Wa Dzikir Wat Taubah Wal Istighfar, Bab Al Hats Ala Dzikr, no. 2676.
[4]. Majmu’ Al Fatawa, karya Ibnu Taimiyah, disusun oleh Abdurrahman
bin Muhammad bin Qasim, tanpa cetakan dan penerbit, juz 22/ 510-511.
[5]. Lihat Al Wabil Ash Shayyib Wa Rafi’ Al Kalimi Ath Thayyib, karya
Ibnul Qayyim, tahqiq Hasan Ahmad Isbir, Cetakan pertama, Tahun
1997-1418 H, Dar Ibnu Hazm, Bairut, Libanon, hlm. 69-141.
[6]. Hadits riwayat Imam Ahmad dalam Musnad-nya (4/202), At Tirmidzi
dalam Sunan-nya, kitab Al Amtsal ‘An Rasulullih, Bab Ma Ja’a Fi Matsal
Ash Shalat Wal Shiyaam Wal Shadaqah, no. 2863 dan dishahihkan Syaikh Al
Albani dalam Shahih Al Jami’, no. 1724.
[7]. Al Wabil Ash Shayyib, hlm. 61.
[8]. Dinukil murid beliau Ibnul Qayim dalam Al Wabil Ash Shayyib, hlm. 70.
[9]. Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad-nya 5/239 dan dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’, no. 5644.
[10]. Hadits riwayat Al Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Badi’ Al Khalq,
Bab Sifat Iblis Wa Junuduhu, no. 3293; Muslim dalam Shahih-nya, kitab
Ad Du’a Wa Dzikir Wa Taubah Wal Istighfar, Bab Fadhlu At Tahlil Wa
Takbir Wa Tahmid, no. 2691; At Tirmidzi dalam Sunan-nya, kitab Al
Da’awat ‘An Ar Rasul, Bab Ma Ja’a Fi Fadhl Tasbiih Wa Tahlil Wa Takbir
Ta Tahmid, no.3390.
[11]. Al Wabil Ash Shayyib, hlm. 73.
[12]. Lihat Al Wabil Ash Shayyib, hlm. 73-74; Fiqh Al Ad’iyah Wal
Adzkar, hlm. 19-20 dan Dzikru Wa Tadzkiir, karya Syaikh Prof. Dr.
Shalih bin Ghanim As Sadlan, Cetakan kedua, tahun 1415 H, Dar Al
Balansiyah, Riyadh, KSA, hlm.8.
[13]. Hadits riwayat At Tirmidzi dalam Sunan-nya, kitab Ad Da’awat ‘An
Ar Rasul, Bab Ma Ja’a Fi Fadhl Tasbih Wa Tahlil Wa Takbir Wa Tahmid,
no.3462, dan dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no. 105.
[14]. Al Wabil Ash Shayyib, hlm. 82-83.
[15]. Fiqh Al Ad’iyah Wal Adzkar, hlm. 24.
[16]. Hadits riwayat At Tirmidzi dalam Sunan-nya, kitab Ad Da’awat ‘An
Ar Rasul, no. 3377 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya, kitab Al Adab, Bab
Fadhlu Dzikr, no. 3790, dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’,
no. 2629.
[17]. Dinukil dari Fiqh Ad Ad’iyah Wal Azkar, hlm. 9.
[18]. Hadits riwayat Al Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Mawaqit Ash
Shalat, Bab Fadl Shalat Al Ashr, no. 522 dan Muslim dalam Shahih-nya,
kitab Al Masajid Wa Mawadi’ Ash Shalat, Bab Fadl Shalat Al Fajr Wal
Ashr Wa Muhafadztu ‘Alaihima, no. 632.
[19]. Diringkas dengan beberapa perubahan dan tambahan dari Fiqh Ad Ad’iyah Wal Adzkar, hlm.57-59.
Semoga artikel ini dan artikel terkait dengannya menjadikan motivasi untuk kita untuk selalu menjalankan (merutinkan) ibadah yang mulia ini, ibadah yang paling mudah dan banyak dilupakan oleh kebanyakan manusia. Kita berlindung kepada Allah Azza wa Jalla dari keburukan amal, akhlak dan hawa nafsu. Amin.
Semoga artikel ini dan artikel terkait dengannya menjadikan motivasi untuk kita untuk selalu menjalankan (merutinkan) ibadah yang mulia ini, ibadah yang paling mudah dan banyak dilupakan oleh kebanyakan manusia. Kita berlindung kepada Allah Azza wa Jalla dari keburukan amal, akhlak dan hawa nafsu. Amin.
http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/dzikir-kunci-kebaikan.html