Sabtu, 18 Januari 2014

Al-Qur'an adalah Kalamullah, Bukan Makhluk !!

Keyakinan Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah (firman Allah) yang diturunkan dengan huruf serta maknanya, dan bukan makhluk, berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Al-Qur’an adalah mukjizat yang membuktikan kebenaran apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan akan terpeliharan hingga hari kiamat.Allah ‘azza wa jalla berbicara/berfirman sesuai dengan kehendak-Nya, kapan Dia kehendaki, dan bagaimana Dia kehendaki. Ucapan Allah ’azza wa jalla adalah hakiki dengan huruf dan suara, hanya saja kita tidak tahu bagaimana hakikatnya serta tidak perlu menelusurinya.
Abu ’Utsman Ash-Shabuni berkata dalam risalahnya yang berjudul ’Aqiidatus-Salaf Ashhaabil-Hadiits :

ويشهد أصحاب الحديث ويعتقدون أن القرآن كلام الله وكتابه، ووحيه وتنزيله غير مخلوق، ومن قال بخلقه واعتقده فهو كافر عندهم، والقرآن الذي هو كلام الله ووحيه هو الذي ينزل به جبريل على الرسول صلى الله عليه وسلم قرآنا عربيا لقوم يعلمون، بشيرا ونذيرا، كما قال. عز من قائل: (وإنه لتنزيل رب العالمين. نزل به الروح الأمين. على قلبك لتكون من المنذرين، بلسان عربي مبين) وهو الذي بلغه الرسول صلى الله عليه وسلم أمته، كما أخبر به في قوله تعالى: (يا أيها الرسول بلغ ما أنزل إليك من ربك) فكان الذي بلغهم بأمر الله تعالى كلامه عز وجل، وفيه قال صلى الله عليه وسلم: أتمنعوني أن أبلغ كلام ربي " وهو الذي تحفظه الصدور، وتتلوه الألسنة يكتب في المصاحف، كيف ما تصرف بقراءة قارئ ? لفظ لافظ، وحفظ حافظ، وحيث تلي، وفي أي موضع قرئ وكتب في مصاحف أهل الإسلام، وألواح صبيانهم وغيرها كله كلام الله جل جلاله، غير مخلوق ق فهو كافر بالله العظيم.

Ashhaabul-Hadits bersaksi dan meyakini bahwasannya Al-Qur’an adalah Kalamullah, kitab-Nya, wahyu-Nya, yang diturunkan-Nya, dan bukan makhluk. Barangsiapa yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk serta meyakininya, maka ia adalah kafir menurut mereka (Ashhaabul-Hadits). Al-Qur’an adalah Kalamullah, wahyu-Nya, yan diturunkan melalui perantaraan Jibril kepada Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam dalam bahasa Arab yang dapat dipahami oleh kaumnya. Ia merupakan kabar gembira, sekaligus sebagai peringatan sebagaimana firman-Nya : ” Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”  (QS. Asy-Syu’araa’ : 192-195). Ia adalah kitab yang disampaikan oleh Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasalam kepada umatnya sebagaimana dikhabarkan melalui firman Allah : ”Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu”  (QS. Al-Maaidah : 67). Jadi, semua itu merupakan Kalamullah ’azza wa jalla. Jadi, apa yang disampaikan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam tersebut adalah Kalamullah. Oleh karena itu beliau shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Apakah kalian menghalangiku untuk menyampaikan kalam Rabb-ku ?” [1] . Al-Qur’an adalah yang dihafal di dalam dada, yang dibaca dengan lisan, dan yang dituliskan dalam mushhaf. Bagaimanapun qari’ membacanya, lafadh yang diucapkan dan yang dihafal oleh penghafal, mana saja dibacakan, di tempat mana saja dibaca atau tertulis dalam mushhaf umat Islam atau di papan tulis anak-anak mereka; semuanya itu adalah Kalamulah. Bukan makhluk. (Barangsiapa yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk), maka ia kafir kepada Allah Yang Maha Agung” [selesai].
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam kitabnya As-Sunnah (no. 25) dari Al-Imam Sufyan bin ’Uyainah bahwa ia berkata :

القرآن كلام الله عزوجل من قال مخلوق فهو كافر ومن شك في كفره فهو كافر
”Al-Qur’an adalah Kalamullah. Barangsiapa yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia kafir. Dan barangsiapa yang ragu akan kekafiran orang tersebut, maka ia juga kafir” [selesai].

Diriwayatkan dari ’Utsman Al-Wasithi, ia berkata :

سمعت ابن عيينه يقول ما يقول هذا الدويه يعني بشر المريس قالوا يا أبا محمد بن أبي عمران القرآن مخلوق قال فقد كذب قال الله عز وجل ألا له الخلق والأمر فالخلق خلق الله والأمر القرآن وكذلك قال أحمد بن حنبل ونعيم بن حماد ومحمد بن يحيى الذهلي وعبد السلام بن عاصم الرازي وأحمد بن سنان الواسطي وأبو حاتم الرازي

”Aku mendengar Ibnu ’Uyainah berkata : ”Apa yang dikatakan oleh hewan kecil ini ?” – yaitu Bisyr Al-Marisi - . Mereka berkata : ”Wahai Abu Muhammad bin Abi ’Imran, (ia mengatakan) bahwa Al-Qur’an itu makhluk”. Ibnu ’Uyainah berkata : ”Dia dusta, karena Allah ’azza wa jalla berfirman : ”Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah”  (QS. Al-A’raf : 54)”.
Al-Khalqu adalah makhluk Allah dan amru adalah Al-Qur’an”.
(Setelah membawakan riwayat tersebut, Al-Imam Al-Laalika’i berkata : ) ”Begitulah yang dikatakan Ahmad bin Hanbal, Nu’aim bin Hammad, Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhliy, ’Abdus-Salam bin ’Ashim Ar-Razi, Ahmad bin Sinan Al-Wasithi, dan Abu Hatim Ar-Razi” [Syarh Ushul I’tiqaad Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah oleh Al-Imam Al-Laalika’i hal. 219; Maktabah Al-Misykah].  
Telah berkata Ar-Rabi’ :
سمعت الشافعي رحمه الله تعالى يقول : القرآن كلام الله عز وجل غير مخلوق ، ومن قال مخلوق فهو كافر
Aku mendengar Asy-Syafi’i rahimahullah ta’ala berkata : ”Al-Qur’an itu adalah Kalamullah ’azza wa jalla. Bukan makhluk. Barangsiapa yang mengatakan bahwasannya ia adalah makhluk, maka ia telah kafir” [Asy-Syarii’ah oleh Al-Imam Al-Ajurri hal. 59; Maktabah Al-Misykah].
Syaikhul-Islam Ibnu Tamiyyah berkata :
وأما المنصوص الصريح عن الإمام أحمد، وأعيان أصحابه، وسائر أئمة السنة والحديث، فلا يقولون‏:‏ مخلوقة ولا غير مخلوقة، ولا يقولون‏:‏ التلاوة هي المتلو مطلقًا، ولا غير المتلو مطلقًا كما لا يقولون‏:‏ الاسم هو المسمى، ولا غيرالمسمى‏.
وذلك أن ‏[‏التلاوة والقراءة‏]‏ كاللفظ قد يراد به مصدر تلى يتلو تلاوة، وقرأ يقرأ قراءة، ولفظ يلفظ لفظًا، ومسمى المصدر هو فعل العبد وحركاته، وهذا المراد باسم التلاوة والقراءة‏.‏ واللفظ مخلوق، وليس ذلك هو القول المسموع الذي هوالمتلو‏.‏ وقد يراد باللفظ الملفوظ، وبالتلاوة المتلو، وبالقراءة المقروء، وهو القول المسموع، وذلك هو المتلو، ومعلوم أن القرآن المتلو الذي يتلوه العبد، ويلفظ  به غير مخلوق، وقد يراد بذلك مجموع الأمرين، فلا يجوز إطلاق الخلق على الجميع ولا نفي الخلق عن الجميع‏.‏
”Nash-nash yang jelas dari Imam Ahmad dan shahabat-shahabatnyanya, para imam sunnah, serta para ahli hadits menyatakan bahwa mereka tidaklah mengatakan bahwa Al-Qur’an yang aku lafadhkan adalah makhluk atau bukan makhluk. Mereka juga tidak menyatakan bahwa bacaan itu identik dengan yang dibaca secara mutlak. Hal itu sebagaimana mereka tidak mengatakan bahwa nama itu identik dengan yang diberi nama atau tidak identik dengan yang diberi nama.
Hal tersebut dikarenakan tilawah dan qira’ah seperti lafadh, terkadang yang dimaksud adalah mashdar-nya :
تَلَى – يَتْلُوْ - تِلاوَةً، وَقَرَأَ - يَقْرَأُ - قِرَاءَةً، وَلَفَظَ – يَلْفَظُ - لَفْظًا
Dan dinamakan mashdar itu adalah karena ia merupakan perbuatan hamba dan gerakannya. Jadi itulah yang dimaksud dengan kata tilawahqira’ah, dan lafadh itu adalah makhluk. Bukanlah hal itu merupakan ucapan yang terdengar, yaitu sesuatu yang dibaca. Terkadang maksud lafadh adalah sesuatu yang dilafadhkan, tilawah yang ditilawahkan,qira’ah yang dibacakan; yaitu ucapan yang didengar atau dibaca. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Al-Qur’an yang dibaca, yaitu yang dibaca dan yang dilafadhkan oleh seorang hamba. Al-Qur’an yang dibaca ini bukan makhluk. Dan terkadang maksudnya adalah kedua hal yang telah disebutkan. Tidak boleh memutlakkan untuk mengatakan semuanya adalah makhluk atau menafikkannya bukan makhluk” [Majmu ’ Fataawaa oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah 12/107; Maktabah Al-Misykah].
Terakhir kami tegaskan kembali bahwa : Al-Qur’an adalah Kalamullah dan bukan makhluk. Tidak boleh melemah untuk mengatakan Al-Qur’an itu makhluk, akrena sesungguhnya Kalam Allah itu tidak terpisah dari-Nya, dan tidak ada suatu bagian pun dari-Nya yang merupakan makhluk. Hindarilah berdebat dengan orang yang membuat perkara baru dengannya, orang yang mengatakan lafadhku dengan Al-Qur’an adalah makhluk dan selainnya, serta orang yang tawaquf (abstain) tentangnya yang mengatakan : ”Aku tidak tahu Al-Qur’an itu makhluk atau bukan makhluk, akan tetapi ia adalah Kalamullah”. Karena orang seperti ini adalah ahli bid’ah, serupa halnya dengan orang yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah Kalamullah, dan bukan makhluk [2]


[1]     HR. Abu Dawud no. 4734, At-Tirmidzi no. 2925 dan Ibnu Majah no. 197, Ad-Daarimi no. 3354, Ahmad no. 15229, dan Al-Hakim no. 4220 dengan lafadh :
فإن قريشاً قد منعوني أن أبلغ كلام ربي
“Sesungguhnya kaum Quraisy telah menghalangiku untuk menyampaikan kalam Rabb-ku” .
[2]  Diambil dari perkataan Imam Ahmad dalam Ushulus-Sunnah.

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/06/al-quran-adalah-kalamullah-bukan.html


Al-Qur'an adalah Kalamullah, Bukan Makhluk


Jika manusia jauh dari tuntunan Al-Kitab dan Sunnah, maka ia akan terjerumus dalam kubang-kubang kesesatan yang gelap, walaupun ia menyangka dirinya mendapatkan petunjuk. Ambil sebagai contoh, Jahmiyyah (sekte sesat binaan Jahm bin Shofwan) telah terjatuh dalam kesesatan, saat mereka menyangka bahwa kalamullah (ucapan dan firman Allah) –diantaranya, Al-Qur’an- adalah makhluk diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah. Padahal jika mereka mau kembali kepada Al-Qur’an, dan Sunnah menurut pemahaman salaf (yakni, para sahabat, tabi’in, dan ulama’-ulama’ yang mengikuti mereka), niscaya tak akan menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, bahkan Al-Qur’an adalah firman dan ucapan Allah. Sedangkan firman dan ucapan-Nya adalah sifat Allah, bukan makhluk !!


Banyak sekali dalil yang menguatkan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan dan firman Allah), bukan makhluk. Dalil-dalil tersebut, ada baiknya kita bawakan agar menguatkan aqidah, dan iman kita.
* Dalil dari Al-Qur’an Al-Karim
Allah -Ta’ala- telah mencela suatu kaum di dalam Al-Qur’an, karena mereka meyakini bahwa Al-Qur’an itu adalah ucapan manusia alias makhluk,
“Lalu dia berkata: “(Al Quran) Ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”. Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?”. (QS. Al-Muddatstsir: 24-27).
Ahli Tafsir Negeri Syam, Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata menafsiri ayat ini, “Allah -Ta’ala- berfirman dalam memberikan ancaman kepada orang keji ini, yang telah Allah berikan nikmat kepadanya, yaitu nikamt-nikmat duniawi. Lalu ia mengingkari nikmat-nikmat Allah, dan menggantinya dengan kekafiran; membalasnya dengan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah, dan mengada-ada atasnya; ia menganggapnya termasuk ucapan manusia”. [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (4/568)]
Jadi, Al-Qur’an adalah firman Allah, bukan makhluk, dan bukan pula ucapan manusia. Segala sesuatu dari Al-Qur’an adalah firman Allah, baik yang tertulis dalam mushaf, diucapkan oleh manusia, direkam dalam kaset, dan lainnya; semua itu adalah firman Allah, bukan makhluk. Walaupun suara manusia, kertas dan tinta yang dipakai menulis, dan kaset yang dipakai merekam; semua itu adalah makhluk. Adapun yang disuarakan, ditulis, direkam, maka itu adalah firman Allah, bukan makhluk.
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) dia hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!”, lalu jadilah ia”. (QS. Al-Baqoroh: 117).
Allah menjelaskan bahwa jika Dia menghendaki sesuatu, dan telah memutuskan (penciptaan)nya, maka Dia hanya berfirman, “Jadilah”, lalu jadilah hal itu. Jadi, Allah menciptakannya dengan firman-Nya. Ayat ini membedakan antara firman-Nya yang merupakan sifat-Nya dan antara makhluk-Nya yang tercipta dengan perintah, dan ucapan-Nya. [Lihat Al-Ushul allati Banaa alaiha Ahlul Hadits Manhajahum fid Da'wah ilallah (hal. 214), cet. Dar Adh-Dhiya']
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), maka mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang yang zhalim”. (QS. Al-Baqoroh: 145).
Sesungguhnya Al-Qur’an yang merupakan kalamullah adalah ilmu Allah -Ta’ala-. Barangsiapa yang menyangka bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka sungguh ia telah menyangka bahwa ilmu Allah adalah makhluk. Na’udzu billah min dzalik. [Lihat Al-Ushul allati Banaa alaiha Ahlul Hadits Manhajahum fid Da'wah ilallah (hal. 214), cet. Dar Adh-Dhiya']
* Dalil dari Sunnah Nabawiyyah
Abdullah bin Umar -radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهٌ تَعَالَى الْقَلَمُ, فَأَخَذَهُ بِيَمِيْنِهِ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِيْنٌ, قَالَ: فَكَتَبَ الدُّنْيَا وَمَا يَكُوْنُ فِيْهَا مِنْ عَمَلٍ مَعْمُوْلٍ: بِرٍ أَوْ فُجُوْرِ, رَطْبٍ أَوْ يَابِسٍ
“Makhluk yang paling pertama Allah -Ta’ala- ciptakan adalah al-qolam (pena). Kemudian Allah mengambilnya dengan tangan kanan-Nya. Sedang kedua tangan-Nya adalah kanan. Lalu Allah menetapkan adanya dunia, dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya berupa amalan baik yang dikerjakan, maupun amalan jelek; yang basah, maupun kering”. [HR. Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (106), dan Al-Ajurriy dalam Asy-Syari'ah (hal. 180). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Zhilal Al-Jannah (1/42)
Hadits ini menunjukkan bahwa Al-Qolam (pena) adalah makhluk pertama yang Allah ciptakan, sedang kalamullah (ucapan Allah) telah ada sebelum Al-Qolam. Bahkan Al-Qolam tercipta dengan kalamullah. Maka ini menunjukkan bahwa kalamullah adalah sifat Allah, bukan makhluk ciptaan-Nya.
Al-Imam Ahmad-rahimahullah- berkata, "Syaikh ini (Yakni, Abbas An-Narsiy) telah menunjuki kita kepada sesuatu yang belum kita pahami, yaitu sabdanya, "Sesungguhnya sesuatu yang paling pertama Allah ciptakan adalah Al-Qolam", sedang Al-Kalam (firman Allah) ada sebelum Al-Qolam". [HR. Al-Ajurriy dalam Asy-Syari'ah (no. 178)]
* Dalil berupa Ijma’ Para Salaf
Keyakinan seperti ini telah diyakini oleh seluruh orang-orang awam di zaman para sahabat, apalagi para ulama’ mereka, sebab perkara jelas dan gamblang seperti ini telah dikuatkan dan dijelaskan dalil-dalil dalam Al-Kitab dan As-Sunnah An-Nabawiyyah.
Al-Imam Abu Muhammad Ibnu Qutaibah Ad-Dainuriy-rahimahullah- (wft 276 H) berkata, “Andai mereka (yang berpendapat Al-Qur’an adalah makhluk) mau menajamkan pandangannya, dan diberikan sekeping taufiq, niscaya mereka akan mengetahui bahwa tidak mungkin Al-Qur’an itu adalah makhluk. Karena Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah). Sedang kalamullah dari Allah. Tak ada sesuatu yang berasal dari diri Allah yang merupakan makhluk”. [Lihat Ta'wil Mukhtalaf Al-Hadits (hal. 259)]
Inilah aqidah (keyakinan) yang bercokol di hati kaum muslimin dari zaman kenabian sampai hari ini; Ahlus Sunnah terus meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan Allah), bukan makhluk ciptaan Allah.
Abu Bakr bin Ayyasy-rahimahullah- berkata, “Barangsiapa yang menyangka bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia menurut kami adalah kafir lagi zindiq, dan musuh Allah; kami tak akan menemaninya duduk, dan tak akan mengajaknya berbicara”. [HR. Al-Ajurriy dalam Asy-Syari'ah (no. 163), Abu Dawud dalam Al-Masa'il (hal. 267), dan Al-Bukhoriy dalam Kholq Af'al Al-Ibad (hal. 119)]
Ulama’ tabi’in, Amr bin Dinar-rahimahullah- (wft 126 H) berkata menghikayatkan ijma’ para salaf dalam perkara ini,
سَمِعْتُ مَشِيْخَنَا مُنْذُ سَبْعِيْنَ يَقُوْلُوْنَ :الْقُرْآنُ كَلاَمُ اللهِ, لَيْسَ بِمَخْلُوْقٍ
“Aku telah mendengarkan para guru-guru kami berkata sejak 70 tahun, “Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk”. [HR. Al-Baihaqiy dalam Syu'abul Iman (1/190)]
Seorang ulama’ Syafi’iyyah, Al-Imam Abu Bakr Al-Baihaqiy-rahimahullah- berkata, “Guru-gurunya Amr bin Dinar adalah sekelompok sahabat, dianataranya Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdillah, Abdullah bin Az-Zubair, dan para pembesar tabi’in”. [Lihat Syu'abul Iman (1/190), cet. Dar Al-Jiil]
Inilah aqidah para sahabat yang menetapkan bahwa Al-Qur’an adalah ucapan Allah, bukan makhluk. Keyakinan ini terus diyakini oleh generasi setelahnya. Sekarang kita dengarkan Al-Imam Ash-Shobuniy-rahimahullah- (wft 449 H) dalam Aqidah As-Salaf (hal. 40) berkata, “Ashabul Hadits (yakni, Ahlus Sunnah wal Jama’ah) mempersaksikan, dan meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan Allah), Kitab-Nya, wahyu-Nya, dan sesuatu yang Allah turunkan, bukan makhluk!! Barangsiapa yang meyakini bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia kafir di sisi Ahlus Sunnah”.
Keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk, bukan cuman diyakini oleh para tabi’in, bahkan para imam ahli fiqih pun yang datang setelahnya juga meyakininya.
Al-Imam Al-Barbahariy-rahimahullah- berkata dalam kitabnya Syarhus Sunnah (hal. 71), “Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah), sesuatu yang turunkan, dan cahaya-Nya, bukan makhluk, karena Al-Qur’an dari diri Allah. Apa saja yang berasal dari diri Allah, maka bukan makhluk. Demikianlah yang dinyatakan oleh Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, para ahli fiqih, sebelum dan setelah keduanya; berdebat tentangnya adalah kekafiran”.
Silakan dengar Imam Ahlis Sunnah, Ahmad bin Hambal Asy-Syaibaniy-rahimahullah- berkata,
وَالْقُرْآنُ كَلاَمُ اللهِ, وَلَيْسَ بِمَخْلُوْقٍ, وَلاَ تَضْعُفْ أَنْ تَقُوْلَ: لَيْسَ بِمَخْلُوْقٍ, فَإِنَّ كَلاَمَ اللهِ مِنْهُ, وَلَيْسَ مِنْهُ شَيْءٌ مَخْلُوْقٌ
“Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah), bukan makhluk. Jangan kau canggung untuk berkata, “Dia bukan makhluk”, karena firman Allah dari Allah. Sedang tak ada dari diri-Nya sesuatu berupa makhluk”. [Lihat Syarh Ushul I'tiqod Ahlis Sunnah wal Jama'ah (1/157)]
Seorang ulama’ Malikiyyah, Al-Imam Ibnu Abi Zaid Al-Qoirowaniy-rahimahullah- berkata dalam Risalah-nya, “Allah telah berbicara dengan Musa dengan kalam-Nya (firman-Nya) yang merupakan sifat dzatiyyah-Nya, bukan makhluk diantara makhluk-makhluk-Nya”. [Lihat Qothful Janaa Ad-Dani (hal. 45) karya Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad]
Inilah keyakinan dan aqidah yang harus dianut oleh setiap muslim, karena itu adalah kebenaran yang dilandasi oleh dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyyah, bahkan ijma’ para As-Salafush Sholeh.
Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thohawiy-rahimahullah- (wft 321 H) berkata saat menyebutkan aqidah Ahlus Sunnah, “Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah). Dari-Nya Al-Qur’an muncul -tanpa kaifiyyah-, dalam bentuk ucapan; Allah menurunkannya kepada Rasul-Nya dalam bentuk wahyu. Al-Qur’an telah dibenarkan oleh orang-orang beriman dengan benar; mereka meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah secara hakiki, bukan makhluk sebagaimana halnya ucapan manusia. Barangsiapa yang mendengarnya, dan menyangkanya sebagai ucapan manusia , maka ia kafir”. [Lihat Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (hal. 41)]
Al-ImamIbnu Abil Izz Al-Hanafiy-rahimahullah- berkata, “Apa yang dihikayatkan oleh Ath-Thohawiy -rahimahullah-, itulah yang benar, telah ditunjukkan oleh dalil-dalil dari Al-Kitab dan Sunnah bagi yang mentadabburinya. Itu juga dikuatkan oleh fithrah selamat yang belum berubah dengan (pengaruh) syubhat, keraguan, dan pemikiran-pemikiran batil”. [Lihat Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (hal. 168), cet. 1391 H]
Inilah beberapa nukilan dan pernyataan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari zaman ke zaman bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (ucapan, dan firman Allah), bukan makhluk. Barangsiapa yang menyangka –seperti halnya orang Jahmiyyah- bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia kafir.
Al-Imam Asy-Syafi’iy-rahimahullah- berkata, “Al-Qur’an adalah ucapan Allah -Azza wa Jalla-, bukan makhluk. Barangsiapa yang berkata, “Al-Qur’an adalah makhluk”, maka ia kafir”. [HR. Al-Ajurriy dalam Asy-Syari'ah (1/224)]
 http://almakassari.com/artikel-islam/aqidah/al-quran-kalamullah-bukan-makhluk.html

Al Qur’an adalah Kalam Allah Bukan Makhluk (Bagian 1)


Pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah Mengenai Kalam Allah Ta’ala
Ahlus sunnah wal jama’ah telah sepakat bahwasanya Allah Ta’ala memiliki sifat berbicara/berfirman. Kalam AllahSubhanahu wa Ta’ala berupa lafadz (ucapan) dan memiliki makna. Bukan hanya lafadz yang tidak memiliki makna, atau makna saja tanpa lafadz(1). Para salaf telah sepakat bahwa penetapan sifat Al-Kalam bagi Allah dengan tanpa mengubahnya, menolaknya, menggambarkan tata caranya, serta tidak memisalkannya(2).
Kalam Allah adalah sifat yang haqiqi yang ditetapkan selayaknya bagi AllahSubhanahu wa Ta’ala, dan terdiri dari huruf dan suara, dengan cara yang dikehendaki-Nya, kapan Dia berkehendak, dan dapat didengarkan oleh siapa yang dikehendaki-Nya, sebagaimana Musa ‘alaihis salam mendengarnya tanpa perantara, begitu juga Jibril ‘alaihis salam dan para malaikat serta rasul yang Allah Ta’ala izinkan untuk dapat mendengarkannya(3). Dalil-dalil yang menunjukkan akan hal ini  terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah, diantaranya (4):
وَلَمَّا جَاء مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Rabb-nya telah berfirman (langsung) kepadanya (Musa) “ (QS. Al-A’raf: 143)
Ayat di atas menjadi dalil bahwasanya Kalam Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Ayat di atas juga menunjukkan bahwa Kalam Allah ditujukan kepada individu tertentu, bukan kepada yang lain, sesuai dengan yang Dia Kehendaki.
إِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
” (Ingatlah), ketika Allah berfirman: Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku “(QS. Ali Imran: 55)
Ayat di atas berisi perkataan Allah Ta’ala kepada ‘Isa ‘alaihis salam yang menunjukkan bahwa Kalam Allah  adalah huruf, karena suatu perkataan yang bisa didengar pasti di dalamnya terdiri dari huruf.
وَنَادَيْنَاهُ مِن جَانِبِ الطُّورِ الْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيّاً
“Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami untuk bercakap-cakap. “ (QS. Maryam: 52)
Ayat ini menunjukkan bahwa Kalam Allah berupa suara, sebagaimana dipahami oleh akal bahwa nida’ (panggilan dengan suara keras) dan munajat (ucapan dengan nada lembut) pasti berupa suara yang dapat didengar.
Dalil dari as-sunnah diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Unais dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda :
(يحشر الله الخلائق يوم القيامة عراة حفاة غرلا بهما فيناديهم بصوت يسمعه من بعد كما يسمعه من قرب : أنا الملك أنا الديان) رواه  أحمد والبخاريّ
“Allah mengumpulkan para makhluk pada hari kiamat dalam keadaan telanjang, tanpa alas kaki, belum dikhitan, dan tidak berpakaian, kemudian Allah memanggil mereka dengan suara yang terdengar oleh orang yang jauh, sebagaimana orang yang dekat mendengarnya: “Sayalah Sang Raja, Sayalah Yang Membuat Perhitungan. “ (HR. Ahmad & Al-Bukhari)

Kalam Allah adalah sifat dzatiyyah ditinjau dari segi jenisnya, artinya sejak dulu Allah memliki sifat berfirman, meskipun Allah belum berfirman kepada Musa atau makhluk-Nya yang lain. Dan sifat berfirman bukan merupakan suatu hal yang baru terjadi setelah sebelumnya tidak ada. Di samping itu, Kalam Allah juga merupakan sifat fi’liyyah ditinjau dari segi kekhususan Allah berbicara dengan makhluk-Nya yang Dia kehendaki, dimana sebelumnya Allah tidak berbicara kepadanya(5).

Al-Qur’an adalah Kalam Allah
Sifat tidak mungkin terpisah dari pemilik sifat. Karena Kalam Allah merupakan salah satu sifat Allah maka kalam Allah tidak terpisah dari Allah. Karena itu, sifat Allah bukan makhluk. Al-Qur’an yang agung adalah termasuk Kalam AllahSubhanahu wa Ta’ala, karena itu Al-Quran bukan makhluk. Kita wajib meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah Ta’ala dan bukan makhluk ciptaan-Nya. Pembenaran kita akan hal ini merupakan bagian dari iman kepada Allah yang merupakan rukun iman yang pertama(6).
  • Dalil mengenai Al-Qur’an adalah Kalam Allah adalah
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلاَمَ اللّهِ
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah,” (QS. At-Taubah: 6)
  • Dalil yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah sesuatu yang diturunkan adalah
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan .” (QS. Al-Qadr: 1)
Syaikh Muhammad bin Shalih dalam kitabnya Tafsir Juz ‘Ammamenjelaskan, salah satu keistimewaan Lailatul Qadr yaitu malam dimana Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan kebahagiaan mereka di dunia maupun akhirat(7).
  • Dalil bahwa perintah (amr) itu dibedakan dengan makhluk (bukan makhluk).
أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ
“Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya” (Al-A’raf:54)
  • Al-Qur’an termasuk dari perintah (amr) Allah, berdasarkan firman AllahTa’ala:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحاً مِّنْ أَمْرِنَا
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami.” (As-Syuura: 52)
Al-Qur’an sebagai tali Allah yang kokoh, disampaikan melalui perantara rasul untuk menyampaikan apa yang dikehendaki Allah terhadap makhluk-Nya, dan sebagai jalan hidup yang lurus. Al-Qur’an  diturunkan oleh Allah Rabb semesta alam melalui malaikat yang terpercaya kepada penghulu para nabi, yaitu Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam dengan menggunakan bahasa Arab yang dapat dipahami(8). Malaikat Jibril ‘alaihis salam hanya membawa Al-Quran turun dari sisi Allah Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an(9):
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari Tuhanmu” (An-Nahl: 102)
Al-Qur’an kembali kepada Allah, yaitu sifat Al-Kalam berupa Al-Qur’an kembalinya kepada Allah Ta’ala. Dialah al-mutakallim bil Quran (yang berfirman dengan Al-Quran). tidak ada seorangpun selain Allah yang disifati demikian.
Walaupun manusia menulis dan mencetak Al-Qur’an dalam bentuk mushaf, atau menghafalnya dalam dada-dada mereka, atau membacanya dengan lisan-lisan mereka, maka hal tersebut tidak mengeluarkan hakikat Al-Qur’an sebagai Kalam Allah. Hal ini dapat dipahami karena suatu perkataan pada hakikatnya dinisbatkan kepada siapa yang mengucapkannya pertama kali, bukan dinisbatkan kepada siapa yang menyampaikan selanjutnya(10).
Kembalinya Al-Qur’an kepada Allah juga memiliki makna bahwa Al-Qur’an akan diangkat kepada Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan di beberapa atsar bahwa Al-Qur’an akan hilang dari sebagian mushaf dan dada-dada manusia pada akhir zaman. Hal yang demikian terjadi –wallahu a’lam- ketika manusia sudah berpaling dari Al-Qur’an dan tidak mengamalkannya, maka Allah mengangkatnya dari mereka sebagai bentuk pemuliaan terhadap Al-Qur’an,wallahul musta’an(11).
–bersambung insyaallah
Artikel muslimah.or.id
Penulis: Ummu ‘Ubaidillah Nirmala Ayuningtyas
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
(1) Fathu Rabbil Bariyyah, bi talkhiishil hamawiyyah, hal.66
(2) Syarh Lum’atul I’tiqaad Al-hadii ila sabiilir rasydi, hal.41
(3) Syarh Lum’atul I’tiqaad Al-hadii ila sabiilir rasydi, hal.40-42
(4) Fathu Rabbil Bariyyah, bi talkhiishil hamawiyyah, hal.65-66
(5) Fathu Rabbil Bariyyah, bi talkhiishil hamawiyyah, hal.65
(6) Syarh Al ‘Aqidah Al –Wasithiyyah, hal.345
(7) Tafsir Juz ‘Amma, hal.548
(8) Syarh Lum’atul I’tiqaad Al-hadii ila sabiilir rasydi, hal.45
(9) Syarh Al ‘Aqidah Al –Wasithiyyah, hal.346
(10) Syarh Al ‘Aqidah Al –Wasithiyyah, hal.348
(11) Fathu Rabbil Bariyyah, bi talkhiishil hamawiyyah, hal.69

Al Qur’an adalah Kalam Allah Bukan Makhluk (Bagian 2

Apakah Lafadz Al-Qur’an adalah Makhluk?
Telah dijelaskan bahwa Al-Qur’an adalah Kalam Allah, bukan makhluk. Akan tetapi apabila Al-Qur’an diucapkan oleh manusia apakah itu makhluk? Ataukah tetap kita sebut bukan makhluk? Atau kita wajib diam atas permasalahan ini?
Jawabannya penetapan secara mutlak atau penafian secara mutlak terhadap pernyataan di atas tidaklah benar. Adapun yang benar adalah dengan rincian sebagai berikut(1),(2):
  • Jika yang dimaksudkan dengan lafadz adalah pengucapan yang dilakukan oleh seorang hamba, yaitu keluarnya suara dari hasil gerakan mulut, lisan dan dua bibir maka hal tersebut adalah makhluk, karena hamba dan perbuatannya keduanya sama-sama makhluk baik yang diucapkan berupa Al-Qur’an, hadits, atau perkataan hamba itu sendiri.
  • Adapun jika yang dimaksudkan dengan lafadz adalah apa yang diucapkan maka hal itu bisa disebut makhluk atau bisa juga bukan makhluk. Apabila yang dimaksudkan adalah Al-Qur’an, maka ini bukan makhluk, melainkan Kalam Allah. Kalam Allah termasuk sifat Allah, dan sifat-Nya bukanlah makhluk.
Perkataan Imam Ahmad rahimahullah yang mengisyaratkan adanya perincian ini adalah:
من قال : لفظي بالقرآن مخلوق يريد به القرآن؛ فهو جهمي
“Barangsiapa berkata: lafadzku dengan Al-Qur’an adalah makhluk, dan yang dimaksudkan dengan pernyataan tersebut adalah Al-Qur’an maka dia Jahmiyyah.”
Perkataan “يريد به القرآن ” (yang dimaksudkan dengan pernyataan tersebut adalah Al-Qur’an), mengandung pengertian bahwa apabila yang dimaksudkan bukan Al-Qur’an, melainkan aktifitas melafadzkan Al-Qur’an yang merupakan perbuatan manusia maka tidak disebut Jahmiyyah, wallahu a’lam.
Al-Qur’an Terdiri dari Huruf dan Kata
Salah satu madzhab ahlus sunnah wal jama’ah adalah mengakui bahwasanya Allah berbicara dengan Al-Qur’an yang tersusun dari huruf dan mengandung makna. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin telah merinci penjelasan Abu Muhammad ‘Abdullah bin Ahmad Al-Maqdisi tentang Al-Qur’an adalah Kalam Allah dalam kitab Lum’atul I’tiqad dengan dalil yang menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an terdiri dari huruf dan kata. Dalil-dalil tersebut adalah(3):
  • Orang-orang kafir mengatakan bahwa Al-Qur-an adalah sya’ir, dan tidaklah mungkin Al-Qur’an disebut sebagai sya’ir kecuali apabila terdiri dari huruf dan kata.
وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُّبِينٌ
“Dan Kami tidak mengajarkan sya’ir kepadanya (Muhammad) dan bersya’ir itu tidaklah layak baginya. Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang jelas.” (Yaasiin :69)
  • Allah Ta’ala menguji orang-orang yang mendustakan Al-Qur’an untuk mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an. Kalaulah Al-Qur’an tidak terdiri dari huruf dan kata tentu tantangan tidak bisa diterima, karena tidak mungkin suatu tantangan itu dilakukan kecuali dengan sesuatu yang dimengerti dan diketahui apa itu yang menjadi tantangan.
 وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَاءكُم مِّن دُونِ اللّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah: 23)
  • Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Al-Qur’an dibacakan kepada manusia:
 وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَـذَا أَوْ بَدِّلْهُ
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: “Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia” (Yunus:15)
Sesuatu yang dibacakan pasti terdiri dari huruf dan kata, maka hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah sesuatu yang bisa dibaca, berupa huruf dan kata.
  • Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Al-Qur’an terjaga di dada-dada orang yang berilmu serta tertulis di Lauhul Mahfudz :
 بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu . Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (Al-‘Ankabut:49)
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ, فِي كِتَابٍ مَّكْنُونٍ, لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
“dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia, dalam kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfudz), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.” (Al-Waqi’ah: 77-79)
Tidaklah sesuatu itu dapat dihafal dan di tulis melainkan apabila terdiri dari huruf dan kata.
  • Perkataan ‘Ali rahadiyallahu ‘anhu :
من كفر بحرف منه فقد كفر به كله
“Barangsiapa mengingkari satu huruf dari Al-Qur’an maka dia telah mengingkari seluruh Al-Qur’an”.
  • Ijma’ kaum muslimin: Bahwasanya tidak ada perbedaan pendapat dikalangan kaum muslimin bagi siapa yang mengingkari satu surat, atau ayat, atau kata, atau huruf dari Al-Qur’an maka telah sepakat bahwa dia dihukumi kafir.
Al-Qur’an adalah Kalam Allah dan bukan makhluk telah dijelaskan secara tegas beserta dalil-dalilnya. Mengimani akan hal ini merupakan bagian dari iman kepada Allah Ta’ala. Tidak perlu lagi ada perdebatan dengan orang yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk atau orang yang abstain yang mengatakan: “Aku tidak tahu Al-Qur’an itu makhluk atau bukan makhluk, akan tetapi ia adalah Kalam Allah”. Karena orang seperti ini adalah ahli bid’ah, sama seperti orang yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk.
Terakhir kita sampaikan perkataan Al-Imam Sufyan bin ’Uyainah yang diriwayatkan oleh Adullah bin Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya As-Sunnah (no.25)(4):
القرآن كلام الله عزوجل من قال مخلوق فهو كافر ومن شك في كفره فهو كافر
”Al-Qur’an adalah Kalamullah. Barangsiapa yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia kafir. Dan barangsiapa yang ragu akan kekafiran orang tersebut, maka ia juga kafir”.
***
Artikel muslimah.or.id
Penulis: Ummu ‘Ubaidillah Nirmala Ayuningtyas
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
(1) Fathu Rabbil Bariyyah, bi talkhiishil hamawiyyah, hal.70
(2) Syarh Al ‘Aqidah Al –Wasithiyyah, hal.346
(3) Syarh Lum’atul I’tiqaad Al-hadii ila sabiilir rasydi, hal.46-47
(4) Diambil dari artikel Abu Al-Jauzaa’, Al-Qur’an adalah Kalamullah, Bukan Makhluk!!


http://muslimah.or.id/aqidah/al-quran-adalah-kalam-allah-bukan-makhluk-bagian-1.html