Sabtu, 18 Januari 2014

Ahlussunnah Menolak Keyakinan Wahdatul Wujud

Oleh:Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Keyakinan wahdatul wujud [1] (meyakini bahwa semua yang ada ini hanya satu) dan i’tiqad bahwa Allah menjelma (hulul) pada makhluk-Nya, maka semua keyakinan ini adalah kufur dan mengeluarkan seseorang dari Islam.[2]
Keyakinan hululiyyah[3] dan ittihadiyyah[4] merupakan jenis kekufuran yang paling buruk. Sama halnya dengan bentuk yang khusus seperti orang-orang yang berkeyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla menitis kepada ‘Isa Alaihissallam, kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu dan sebagian anak cucunya, kepada sebagian raja-raja atau syaikh-syaikh, dan orang yang memiliki bentuk fisik yang indah, atau yang lainnya dari perkataan yang lebih parah kesesatannya dari perkataan kaum Nasrani.
Orang-orang yang berkeyakinan sesat tersebut berpendapat bahwa hulul dan ittihadnya Allah adalah dalam segala perwujudan hingga meliputi anjing, babi, atau benda-benda najis. Hal tersebut seperti keyakinan orang-orang Jahmiyah dan orang-orang yang mengikuti keyakinan tersebut, seperti Ibnu ‘Arabi, Ibnu Sab’in, Ibnul Faridh, Tilmisani, Balyani, dan selainnya. -Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan-.
Sedangkan jalan para Nabi dan orang-orang yang mengikutinya dari orang-orang Mukmin, berkeyakinan bahwa Allah adalah Yang menciptakan alam semesta, Rabb Penguasa langit dan bumi serta apa-apa yang ada di antara keduanya, Rabb Pemilik ‘Arsy yang agung, dan seluruh makhluk adalah hamba-Nya dan semuanya butuh kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Wahai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” [Al-Faathir: 15]
Juga firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala
“Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.” [Al-Ikhlash: 2]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berada di atas langit, bersemayam di ‘Arsy-Nya, berpisah dari makhluk-Nya. Meskipun demikian Allah tetap bersama para makhluk-Nya di mana pun mereka berada. Sebagai-mana firman Allah dalam surat al-Hadiid di atas.[5]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, PO BOX 7803/JACC 13340A. Cetakan Ketiga Jumadil Awwal 1427H/Juni 2006M]
_________
Foote Note
[1]. Inilah penamaan yang lebih tepat (dengan huruf wawu difat-hah) menurut kaidah bahasa Arab, walaupun lafazh yang lebih masyhur adalah wihdatul wujud.
[2]. Lihat Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah (hal. 10).
[3]. Hululiyyah adalah salah satu keyakinan Tashawwuf yang meyakini bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya.
[4]. Ittihadiyyah yaitu keyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-Nya.
[5]. Lihat Majmuu’ Fataawaa Syaikhil Islaam Ibni Taimiyyah (III/393).

http://www.almanhaj.or.id/content/2401/slash/0