Dengan nama Allah Subhanahu wa ta'ala dan segala puji senantiasa bagi Allah Subhanahu wa ta'ala. Shalawat dan salam tetap tercurah atas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Saya telah menulis dan berceramah sejak enam puluh tahun lalu, saya
sudah terbiasa dengan aktivitas berceramah dan menulis. Banyak makalah
yang telah saya tulis, akan tetapi dari sekian banyak makalah itu,
hanya ada dua artikel saya,[1] yang Allah Subhanahu wa ta'ala takdirkan laris manis di pasaran, salah satunya berjudul “Ya Binti” (dalam versi terjemahan ini diberi judul, "Ungkapan Cinta Untuk Putri Tersayang", pent).
Artikel itu saya tulis setelah memasuki usia 50 tahun, sementara
sekarang (yakni tahun 1986 M, pent.) usiaku sudah 80 tahun. Kepada
Allah Subhanahu wa ta'ala, saya memohon agar senantiasa dianugerahi
kesehatan dan husnul khatimah (akhir hidup yang baik), serta
mudah-mudahan pula Dia membalas dengan kebaikan kepada setiap pembaca
yang sudi menengadahkan kedua tangannya mengamini.
Sepengetahuan saya, artikel “Ya Binti” ini telah dicetak sebanyak 46 kali.[2]
Bisa jadi di luar pengetahuan saya, ada penerbit lain yang juga
menerbitkannya. Saya pun telah memberikan rekomendasi kepada siapa saja
yang ingin mencetaknya untuk tujuan dibagikan secara cuma-cuma atau
boleh menjualnya asalkan tidak mengambil untung yang berlebihan.
Sungguh, saat ini kita diserang melalui dua jalan; jalan syubhat dan jalan syahwat. Jalan pertama, syubhat
(kesamaran antara kebenaran dan kebatilan), bencana yang
diakibatkannya jauh lebih besar dan berbahaya, tetapi ia bergerak
secara perlahan, sebab tidak semua orang yang anda sodori syubhat serta-merta akan menerimanya. Sebaliknya, setiap pemuda yang anda sodori kenikmatan syahwat (hawa nafsu), maka serta-merta ia akan menerimanya. Jalan kedua, Syahwat
merupakan penyakit yang gampang menyebar dan cepat menular, meskipun
tidak menghancurkan tetapi ia merusak, meskipun tidak mematikan tetapi
ia menyakitkan. Jalan pertama (syubhat) mengakibatkan kekufuran, sedang jalan yang kedua (syahwat) mengakibatkan kefasikan.
Pasca penulisan makalah ini, saya masih tetap aktif menulis, mengisi
ceramah, beraudiensi dan menghadiri dialog. Akan tetapi berkat karunia
Allah Subhanahu wa ta'ala, tulisan ini masih terus menyisakan
pengaruhnya di dalam jiwa para pembacanya. Karena itu, saya memohon
kepada Allah Subhanahu wa ta'ala agar menjadikan tulisan ini tetap
bermanfaat, dan semoga Dia memberikan pahala kepadaku, kepada kedua
orang tuaku dan menantuku yang mempublikasikan tulisan ini.
Terkait dengan materi yang ada dalam makalah "Ya Binti" maupun "Ya Ibni",
maka tidak satu huruf pun yang saya ubah. Mungkinkah saya mengubahnya
padahal makalah tersebut sudah dibaca di belahan Barat dan Timur Dunia
serta dicetak di banyak negara. Bahkan sudah diterjemahkan ke dalam dua
bahasa asing; bahasa Inggris dan Urdu, yang artinya bahwa ia telah menjadi milik para pembacanya?
Akhirnya saya tutup mukaddimah ini, dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang Maha Agung.
Makkah al-Mukarramah,
12 Rabi’ul Awwal 1406 H.
12 Rabi’ul Awwal 1406 H.
Ali Thanthawi
Ungkapan Cinta Untuk Putri Tersayang
Putriku tercinta! Aku adalah seorang laki-laki yang sudah beranjak ke usia lima puluh tahun.[3]
Telah lewat sudah masa remaja, dan kutinggalkan impian-impian dan
khayalan-khayalan. Berbagai negeri telah kukunjungi dan banyak orang
kujumpai. Pahit getirnya dunia telah aku cicipi. Karena itu,
dengarkanlah nasihat-nasihatku yang benar lagi jelas berdasarkan
pengalaman-pengalamanku. Pasti belum pernah engkau mendengarkannya dari
orang lain.
Melalui tulisan, kami selalu mengajak perlunya perbaikan moral,
menghapus kerusakan dan mengalahkan hawa nafsu hingga pena tak lagi
mampu menulis dan lidah menjadi kelu, namun kami tak menghasilkan
apa-apa. Kemungkaran belum dapat kami berantas bahkan semakin
bertambah, berbagai kerusakan merajalela, busana terbuka dan merangsang
semakin trendi serta semakin marak. 'Wabah' ini berkembang dari satu
negeri ke negeri yang lain, bahkan menurut dugaanku, tidak ada satu
negeri Muslim pun yang selamat darinya. Di negeri-negeri kaum Muslimin
sendiri yang dulu terdapat baju panjang yang sempurna dan kesungguhan
dalam menjaga kehormatan dan aurat, kini para wanitanya keluar rumah
dengan busana 'seksi' yang terbuka bagian lengan dan lehernya.
Kami belum berhasil dan saya kira tidak akan berhasil. Mau tahu
sebabnya? Karena sampai saat ini, kami belum menemukan cara untuk
memperbaikinya dan belum tahu jalannya. Sesungguhnya, jalan kebaikan
itu ada di hadapan matamu, duhai putriku! Kuncinya berada di tanganmu.
Bila engkau percaya kunci untuk masuk itu ada, lalu kalian
mempergunakannya, maka pasti kondisinya akan menjadi baik.
Benar, yang lebih dulu memulai mengayunkan langkah menuju kubangan dosa
adalah lelaki, bukan wanita! Hanya saja, bila engkau menolak, pasti
laki-laki tidak akan berani. Andaikata bukan karena lemah gemulaimu,[4]
laki-laki tidak akan bertambah nekad. Engkaulah yang membuka pintunya
sedangkan dia hanya masuk. Seakan kau katakan kepada si pencuri,
"Silahkan!" Lalu ketika ia telah mencuri, engkau berteriak, "Maling!
Tolong ada maling! Saya kemalingan!"
Jika engkau telah menyadari bahwa laki-laki tersebut adalah srigala
sedang dirimu adalah seekor domba, maka tentu engkau jauh-jauh hari
sudah menghindarinya sebagaimana domba yang menghindari srigala. Kalau
engkau tahu bahwa laki-laki tersebut adalah pencuri, pasti engkau akan
bersikap hati-hati seperti halnya si kikir yang takut hartanya dicuri.
Manakala srigala hanya menghendaki daging si domba, maka apa yang
diinginkan laki-laki darimu jauh lebih berharga dari sekedar daging
domba itu. Bahkan, kematian kiranya lebih baik bagimu daripada harus
kehilangan sesuatu yang paling berharga itu. Lelaki hanya menginginkan
sesuatu yang paling berharga pada dirimu, yaitu kehormatanmu.
Kehormatan adalah kebanggaan dan kemuliaan yang dengannya kamu hidup.
Hidup bagi wanita yang telah terenggut kehormatannya adalah seratus
kali lebih pahit daripada kematian seekor domba yang diterkam srigala.
Ya, demi Allah! Saat memandang seorang gadis, yang terlintas dalam
khayalan seorang pemuda hanyalah kondisinya yang tanpa sehelai benang
pun melekat di tubuhnya.
Demi Allah, begitulah kenyataannya. Kami bersumpah untuk kedua kalinya
di hadapanmu ini. Janganlah engkau pernah percaya manisnya tutur kata
sebagian laki-laki, bahwa mereka tidak melirik seorang gadis melainkan
hanya sekedar ingin mengetahui akhlak dan budi pekertinya saja; bahwa
mereka berbicara kepadanya hanya sebagai seorang sahabat; bahwa mereka
akan mencintainya sebagai seorang teman. Demi Allah, itu bohong!
Andaikata engkau mendengar obrolan antar anak-anak muda dalam kesunyian
mereka, tentulah engkau akan mendengarkan sesuatu yang mengerikan dan
menakutkan.
Senyuman yang dilemparkan pemuda ke arahmu, kehalusan tutur kata dan perhatiannya terhadapmu; semua itu tidak lain hanyalah perangkap rayuan untuk mencapai apa yang diinginkannya. Setidaknya rayuan itu adalah kesan tersendiri bagi si pemuda.
Tetapi, selanjutnya, apa yang kemudian akan terjadi, duhai putriku? Camkanlah dengan baik!
Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan, untuk kemudian engkau
ditinggalkan begitu saja, dan engkau selamanya tetap akan merasakan
penderitaan akibat kenikmatan sesaat itu. Sementara pemuda itu akan
terus mencari mangsa demi mangsa untuk direnggut kehormatannya. Sedang
dirimu harus menanggung beban kandungan yang membesar di perutmu.
Jiwamu pasti merintih, keningmu kini telah tercoreng. Masyarakat nan
zhalim dapat mengampuni pemuda itu dengan mengatakan, "Dulu ia pemuda
yang sesat, tapi sekarang sudah bertaubat!" Tetapi bagaimana dengan
dirimu? Selamanya engkau hidup berkubang kehinaan dan membawa aib. Masyarakat seakan tak dapat mengampuni perbuatanmu itu selamanya.
Andai saat bertemu pemuda itu, engkau berani menentang, membuang muka,
menunjukkan jati dirimu dan menghindar, lalu bila si pengganggu itu
belum juga mau mengindahkan bahkan sampai berbuat lancang melalui
ucapan atau tangannya yang usil, maka lepaskan sepatu yang melekat di
kakimu, lalu lemparkan ke kepalanya! Jika semua itu engkau
lakukan, pasti semua orang di jalan akan membelamu. Setelah kejadian
itu, tentu pemuda-pemuda iseng tidak akan berani lagi mengganggumu dan
juga gadis-gadis selainmu. Tentunya, jika ia seorang pemuda yang baik,
ia akan datang kepadamu untuk meminta maaf dan berjanji tak akan
mengulangi lagi perbuatannya. Bahkan, bisa jadi ia akan mengharapkan
adanya hubungan yang baik dan halal denganmu, untuk kemudian akan
datang melamarmu.
Betapa pun status, kekayaan, popularitas dan wibawa yang dicapai
seorang wanita, maka ia tidak akan dapat menggapai angan-angan terbesar
dan kebahagiaan selain dalam sebuah pernikahan. Yaitu kala menjadi
isteri yang baik, seorang ibu yang terhormat dan pendidik bagi
keluarga. Sama saja dalam hal itu, para ratu, para putri raja atau pun
para artis film Hollywood kenamaan yang memiliki ketenaran dan citra
yang dapat menipu banyak wanita.
Aku mengenal dua orang sastrawati besar dari dua negara Islam.
Keduanya adalah sastrawati sejati, memiliki harta kekayaan dan kejayaan
sastra. Namun sayang, keduanya kehilangan suami, lalu akal sehat pun
hilang dan akhirnya menjadi gila. Dalam hal ini, jangan pojokkan diriku
dengan pertanyaan tentang siapa mereka sebab nama-nama itu sudah amat
terkenal.
Pernikahan adalah cita-cita tertinggi seorang wanita, walaupun ia
seorang anggota dewan dan pemegang kekuasaan. Tak ada seorang pun yang
sudi menikah dengan wanita pelacur. Seorang laki-laki yang bermaksud
menikahi wanita baik pun, bila mengetahui ternyata ia seorang yang
sesat, maka akan pergi meninggalkannya pula. Kalau ingin menikah, maka
ia akan memilih wanita yang baik, karena ia tidak rela bila kelak
nyonya rumah tangga dan ibu bagi putra-putrinya adalah seorang wanita
asusila.
Seorang laki-laki walaupun dia seorang fasik, germo, bila di pasar
kelezatan tidak mendapatkan wanita yang rela menumpahkan kehormatannya
di atas kedua kakinya atau yang dapat menjadi barang permainan di
hadapannya, ataupun bila ia tidak juga mendapatkan wanita fasik atau
wanita lalai yang mau menemaninya kawin berdasarkan agama Iblis dan syariat kucing di bulan Februari, maka pastilah ia meminta wanita yang menjadi isterinya itu menikah berdasarkan sunnah Islam.
Jadi, akar penyebab hilangnya minat terhadap ikatan pernikahan adalah
kalian, wahai kaum wanita! Bila bukan karena wanita fasik, tentu
hilangnya minat pada ikatan pernikahan tidak akan terjadi dan peluang
berbuat maksiat tidak akan terbuka lebar. Kenapa kalian tidak menyadari
hal itu? Dan mengapa para wanita mulia tidak berupaya mencari
penyelesaian bagi malapetaka ini? Kalian lah yang lebih pantas dan mampu daripada kaum laki-laki untuk melakukan upaya itu. Kalian lebih mengerti bahasa wanita dan cara menyadarkan mereka, dan karena yang bisa menyelamatkan korban kerusakan ini hanya kalian, para wanita terpelihara, mulia, wanita yang terjaga dan beragama.[5]
Di setiap rumah di negeri kaum muslimin terdapat para gadis berusia
siap nikah tetapi belum juga mendapatkan jodoh. Penyebabnya adalah
kecenderungan para pemuda untuk memiliki 'pacar' sehingga tidak butuh
kepada isteri. Tidak menutup kemungkinan, kondisi serupa juga terjadi
di negeri-negeri lain.
Karena itu, kalian perlu membentuk organisasi-organisasi kewanitaan
yang terdiri dari para sastrawati, para intelektual, para guru dan
mahasiswi yang misinya mengembalikan saudari-saudari kalian yang salah
jalan itu kepada kebenaran. Ajaklah mereka agar bertakwa kepada Allah
Subhanahu wa ta'ala. Jika menolak, takutilah mereka dengan memberikan
peringatan bahwa apa yang mereka lakukan itu dapat menyebabkan
datangnya penyakit. Jika masih membangkang, maka jelaskan kepada mereka
dengan berkaca kepada realitas yang ada. Katakan kepada mereka,
"Kalian adalah gadis-gadis remaja yang cantik. Karena itu, pasti kalian
menjadi rebutan para pemuda. Akan tetapi, apakah masa remaja dan
kecantikan itu akan kekal abadi? Adakah sesuatu di dunia ini yang akan
kekal abadi? Bila nanti, kalian sudah menjadi nenek-nenek yang bungkuk
punggungnya dan keriput wajahnya, ketika itu, siapa yang akan berminat
lagi? Tahukah kalian, siapa yang akan memperhatikan, menghargai dan
mencintai seorang nenek? Jawabannya, adalah anak-anak dan para cucunya.
Saat itulah, sang nenek akan menjadi ratu di tengah rakyatnya. Duduk
manis di atas singgasana mengenakan mahkota. Akan tetapi, bagaimana
pula dengan nasib seorang nenek yang masih belum bersuami? Tentu,
kalian sendiri lebih tahu apa yang terjadi dengannya!"
Di sebuah trotoar di persimpangan jalan di Brussel, aku menyaksikan
seorang nenek tua yang berdiri menggunakan penyangga untuk kedua
kakinya. Karena sudah dimakan usia, segenap tubuhnya gemetaran. Ia
ingin menyeberang, namun hampir saja ia diserempet oleh mobil-mobil di
sekelilingnya. Kasihan, tidak seorang pun yang mau membimbingnya.
Kepada pemuda yang bersamaku, aku berkata, "Sebaiknya salah seorang dari kalian menghampiri nenek itu dan menolongnya."
Waktu itu, kami bersama seorang teman lama bernama Ustadz Nadim
Zhubyan. Sudah lebih dari 40 tahun ia tinggal di Brussel. Beliau
bercerita kepadaku, "Tahukah anda bahwa nenek tua itu dulunya adalah
wanita primadona di negeri ini yang banyak membuat orang terbuai? Para
lelaki selalu menguntitnya dan dengan sepenuh hati rela merogoh kocek
mereka hanya sekedar untuk dilirik atau disentuhnya. Tetapi setelah
masa bunga berakhir dan kecantikan di wajah telah pupus, tak seorang
pun yang anda lihat sudi menyentuh tangannya."
Sebandingkah kenikmatan itu dengan penderitaan yang dialaminya di atas? Akankah kita tukar akibat dari itu dengan kenikmatan sementara?
Perkataan-perkataan seperti ini bagi kalian para wanita, tidak
memerlukan petunjuk orang lain dan kalian tidak akan kehabisan cara
untuk memberi nasehat kepada saudari-saudari kalian yang salah jalan
dan patut dikasihani. Jika kalian tidak dapat mengasihani mereka,
minimal berusahalah untuk menjaga wanita baik-baik, gadis-gadis yang
sedang tumbuh agar tidak menempuh jalan yang salah itu.[6]
Aku tidak menuntut kalian untuk merubah secara drastis dan
mengembalikan wanita masa kini kepada kondisi wanita Muslimah sejati.
Tidak, kami menyadari bahwa perubahan secepat itu biasanya mustahil
dilakukan. Kondisinya seperti antara malam yang gelap gulita dan pagi
yang cerah bercahaya, di mana Allah Subhanahu wa ta'ala tidak
memindahkan dari kegelapan kepada cahaya dalam sekejap. Tetapi, Dia
memasukkan siang ke dalam malam tanpa engkau rasakan adanya perubahan
itu. Sama seperti jarum jam yang engkau lihat diam tak bergerak.
Padahal bila dirimu kembali dua jam kemudian, pasti ia telah bergeser.
Demikian pula dengan perubahan manusia dari masa kanak-kanak ke masa
remaja, dari masa remaja ke masa tua. Juga sama halnya dengan perubahan
sebuah negeri, dari satu kondisi ke kondisi yang lain.
Akan tetapi kembalilah ke jalan kebaikan selangkah demi selangkah,
sebagaimana ketika engkau menyongsong jalan keburukan setapak demi
setapak. Kalian mulai dari memendekkan pakaian sedikit demi sedikit,
kalian pertipis kerudung dan sabar melalui masa yang panjang. Kalian
lakukan perubahan ini, sedangkan lelaki shalih tidak menyadari.
Majalah-majalah porno menggalakkan masalah ini, orang-orang fasik riang
gembira, sampai akhirnya kita mencapai suatu keadaan yang tidak
diridhai Islam, bahkan tidak pula oleh agama lain. Juga tidak dilakukan
oleh orang-orang Majusi para penyembah api yang berita mereka sudah
kita baca di buku-buku sejarah. Bahkan hingga sampai pada suatu keadaan yang tidak dapat diterima para hewan.
Dua ekor ayam jago saja bila bertemu untuk memperebutkan sang betina, pasti saling serang karena rasa cemburu dan membela. Tetapi sungguh aneh dengan para lelaki Muslim yang tidak cemburu terhadap wanita Muslimah dilirik orang asing. [7]
Bukan sekedar wajah yang dilirik, telapak tangan ataupun lehernya
tetapi segalanya. Ya, segalanya selain sesuatu yang menjijikkan untuk
dilihat dan harus ditutup, yaitu kemaluan dan buah dada.
Di klub-klub malam, suami-suami Muslim tega menyodorkan isteri-isteri
mereka untuk diajak berdansa dan dipeluk lelaki lain. Dada menempel
dengan dada, perut bertemu perut, bibir dengan pipi, lengan melingkar
tubuh. Kendati demikian, tak ada seorang pun yang protes terhadap
pemandangan itu. Di kampus-kampus Universitas Islam, mahasiswa Muslim
biasa berdua-duaan dengan mahasiswi Muslimah yang tanpa menutup aurat. Anehnya, tak satu pun, orang-orang tua Muslim yang mengingkari hal tersebut. [8]
Pemandangan-pemandangan seperti itu banyak terjadi. Dan itu tidak dapat
diatasi hanya dalam sehari atau dengan upaya yang tergesa-gesa. Tetapi
caranya adalah dengan kembali ke jalan yang benar melalui jalan yang
semula pernah kita tempuh ketika melakukan keburukan, walaupun jalan
yang berat itu sekarang amat panjang. Jalan kembali satu-satunya yang panjang ini harus ditempuh, sebab bila tidak, maka kita tidak akan sampai ke tujuan. Kita mulai dengan memberantas masalah ikhtilath (bercampur-baurnya laki-laki dan wanita dalam satu tempat tanpa hijab).
Seorang gadis tidak seharusnya bercampur baur dengan lelaki yang bukan
mahramnya, seorang isteri juga tidak seharusnya menerima teman suaminya
di rumah, menyapanya jika bertemu di kereta atau bertemu di jalan.
Seorang gadis tidak seharusnya menjabat tangan pria di kampus,
berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian,
kemudian dia lupa bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikannya sebagai
wanita dan si kawan sebagai pria, satu dengan yang lainnya dapat
saling terangsang. Siapa pun, baik wanita, pria atau seluruh penduduk
dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah Subhanahu wa ta'ala,
menyamakan antara kedua jenis atau menghilangkan kecenderungan yang ada
di dalam jiwa mereka.
Aku memiliki beberapa makalah tentang kesetaraan gender (kesamaan
antara laki-laki dan wanita). Di situ aku berbicara tentang beberapa
hak dan kewajiban, pahala dan siksa, tetapi aku tidak berbicara
mengenai pekerjaan, fungsi dan tugas. Karena tidaklah mungkin seorang
laki-laki itu akan hamil dan menyusui menggantikan para wanita,
sementara wanita pun tidak mungkin berperang atau melakukan
pekerjaan-pekerjaan berat menggantikan peran laki-laki.
Para propagandis 'egalitarianisme' (persamaan hak) dan ikhtilath yang
mengatas-namakan 'civiel society' adalah para pembohong besar. Hal ini
dapat dilihat dari dua aspek:
Pertama, karena semua itu mereka lakukan untuk memberikan
kepuasan kepada diri mereka sendiri. Mereka menikmati pemandangan
anggota tubuh yang terbuka itu dan kenikmatan-kenikmatan lain yang
mereka bayangkan. Akan tetapi, mereka tidak berani berterus terang.
Oleh karena itu, slogan-slogan seperti kemajuan, masyarakat madani,
seni, kehidupan kampus, semangat olahraga dan slogan-slogan kosong
tanpa makna lainnya itu hanyalah kedok belaka, ibarat gendang yang
ditabuh.
Kedua, mereka bohong karena mengekor kepada Barat dan menjadikan
Barat sebagai penyuluh. Mereka tidak dapat memahami kecuali menurut
cara pandang Barat. Menurut mereka, kebenaran bukanlah lawan dari
kebatilan. Tetapi kebenaran adalah segala sesuatu yang datang dari
sana; Paris, London, Berlin dan New York, sekalipun yang dilakukan itu
berupa dansa, pornografi, pergaulan bebas di kampus, pamer aurat di
tempat umum atau telanjang ria di pantai (atau kolam renang). Sementara
kebatilan menurut mereka adalah sesuatu yang datang dari sini; dari
lembaga-lembaga pendidikan Islam di Timur dan dari masjid-masjid milik
orang-orang Islam, sekalipun hal itu berupa kehormatan, petunjuk
kebenaran, keterpeliharaan dan kesucian, baik kesucian hati maupun
tubuh.
Di Eropa dan Amerika, Seperti yang sering kita baca dan dengar dari
mereka yang pernah berkunjung ke sana ternyata masih terdapat banyak
keluarga yang tidak rela dan tidak mengizinkan pergaulan bebas. Di
Paris, misalnya, para bapak dan ibu melarang anak gadis mereka berjalan
dengan seorang pemuda atau pergi bersama ke gedung bioskop. Bahkan
mereka tidak diperbolehkan nonton, kecuali film-film yang sudah
diketahui jalan ceritanya dan mereka tahu benar bahwa di dalam
film-film itu, tidak ada adegan porno dan jorok. Yaitu, adegan-adegan
yang sangat disayangkan, selalu ada dalam tayangan-tayangan yang dibuat
perusahaan film di negeri kita untuk kalangan muda-mudi, yang mereka
sebut sebagai seni perfilman, karena ketidakpahaman terhadap agama
bahkan juga terhadap film itu sendiri.
Kata mereka, "Pergaulan bebas itu dapat mengurangi nafsu birahi,
mendidik watak dan dapat menekan gejolak seksual di dalam jiwa."
Untuk menjawab hal ini, saya limpahkan kepada mereka yang telah lebih
dulu pernah merasakan pergaulan bebas di sekolah-sekolah, yaitu orang
Rusia yang tidak beragama, yang tidak pernah mendengar petuah ulama dan
pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan ini, setelah
melihat bahwa hal ini amat merusak?
Tentang Amerika, apakah mereka belum membaca, bahwa problem Amerika,
adalah semakin meningkatnya siswi-siswi yang hamil? Itu karena mereka
mengajarkan pelajaran seks di sekolah-sekolah. Artinya, sama saja dengan menuangkan bensin ke dalam api.
Kepada para gadis suci yang buta terhadap masalah seks, mereka
jelaskan mengenai apa yang tersembunyi dari aurat laki-laki dan apa
yang dilakukan laki-laki jika sedang berduaan dengan wanita. Pada saat
yang sama, ada setan-setan dari jenis manusia yang mengajak kita agar
melakukan seperti apa yang mereka lakukan. Sebagaimana mereka juga
membiasakan dan melatih para siswi sekolah-sekolah menengah untuk
menggunakan pil pencegah kehamilan.
Siapa yang akan merasa senang apabila universitas-universitas di negeri-negeri kaum Muslimin mengalami persoalan yang sama?
Aku tidak berbicara kepada para pemuda. Aku tidak ingin mereka
mendengar. Aku tahu bahwa mungkin mereka menyanggah dan menertawakan
diriku. Karena aku telah menghalangi mereka menikmati kelezatan yang
benar-benar telah mereka peroleh. Akan tetapi, aku berbicara kepada
kalian, putri-putriku. Wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku yang terhormat dan terpelihara! Ketahuilah bahwa yang akan menjadi korban bukan orang lain tetapi kamu sendiri.
Oleh karena itu, jangan serahkan diri kalian sebagai korban iblis.
Jangan dengarkan bujuk rayu mereka dengan dalih pergaulan demi
kebebasan, modernisasi, kemajuan dan kehidupan kampus. Sungguh
kebanyakan orang-orang terkutuk itu tidak memiliki isteri dan anak.
Mereka sama sekali tidak perduli dengan kalian, selain sebagai pemuas kenikmatan sementara.
Sedangkan aku (penulis) adalah seorang ayah dari beberapa orang putri.
Jika aku membela kalian, berarti aku membela putri-putriku sendiri.
Aku ingin kalian bahagia seperti yang aku inginkan untuk putri-putriku.
Sesungguhnya dari perbuatan liar yang mereka lakukan, tak ada sesuatu
pun yang dapat mengembalikan diri wanita kepada kehormatannya yang
lenyap, kemuliaannya yang terkoyak, begitu juga dengan martabat yang
hilang.
Jika seorang gadis telah terjerumus, maka tak seorang pun dari mereka
yang mau meraih tangannya kembali atau menyelamatkannya dari
keterjerumusan itu. Yang justeru mereka lakukan adalah memperebutkan
kecantikan gadis itu selama masih tersisa kecantikan di wajahnya. Jika
sudah hilang, mereka pun pergi meninggalkan gadis tersebut. Persis seperti anjing-anjing yang meninggalkan bangkai karena sudah tak menyisakan daging sedikit pun.
Inilah nasihatku buatmu, wahai putriku. Inilah kebenaran, selain ini jangan dipercaya.
Sadarlah bahwa di tanganmulah kunci pintu perbaikan itu, bukan di
tangan kami kaum lelaki. Jika ada kemauan pada dirimu niscaya engkau
sanggup memperbaiki dirimu sendiri, dengan demikian, umat secara
keseluruhan akan menjadi baik.
(Diterjemahkan dari naskah aslinya dengan beberapa penyesuaian dan penambahan catatan kaki).
____________
Catatan Kaki :
[1] Yakni “Ya Binti” dan “Ya Ibni”. Kedua makalah tersebut dalam
edisi Arabnya diterbitkan dalam satu buku, tetapi yang kami
terjemahkan hanya makalah “Ya Binti”, pent.
[2] Tentu oleh beberapa penerbit, pent.
[3] Yaitu ketika menulis tulisan ini, sedang pada tahun 1986 M, beliau memasuki usia 80 tahun.
[4] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا: قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ
كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ
عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْمَائِلَةِ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا،
وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا.
“Dua (jenis manusia) dari ahli neraka yang aku belum melihatnya
sekarang yaitu; Kaum yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor sapi,
mereka memukul manusia dengannya, dan wanita-wanita yang berpakaian
tetapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundaknya dan
berlenggak-lenggok. Kepala mereka seperti punuk unta yang condong.
Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mendapatkan wanginya,
padahal sungguh wangi surga telah tercium dari jarak perjalanan sekian
dan sekian.” (HR. Muslim, 3 /1680)
[5] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ
أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ.
"Barangsiapa di antara kalian ada yang melihat suatu kemungkaran,
maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, maka
dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah
selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
[6] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ.
“Demi Allah, jika Allah Subhanahu wa ta'ala memberi petunjuk kepada
seseorang melalui kamu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah
(harta yang paling berharga di masa itu).” (Muttafaq 'alaih)
[7] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ثَلاَثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ
الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالدَّيُّوْثُ الَّذِيْ يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ
الْخُبْثَ.
"Tiga (jenis manusia) yang Allah haramkan atas mereka surga: Peminum
khamar (minuman keras), pendurhaka (kepada orang tuanya) dan dayyuts
(lelaki yang tidak punya rasa cemburu) yaitu yang merelakan kekejian
dalam keluarganya." (HR. al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 8/45)
[8] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثُهُمَا الشَّيْطَانَ.
"Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan wanita (yang bukan mahramnya, pent.) , kecuali pihak ketiganya adalah syetan." (HR. at-Tirmidzi)
______________
Sumber: http://alsofwah.or.id/
Artikel: http://faisalchoir.blogspot.com/
http://faisalchoir.blogspot.sg/2012/01/ungkapan-cinta-untuk-putri-tersayang.html