Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya:
Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-taubah : 100)
Dalam
ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi pujian kepada para
sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah
generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya
dalam mengemban risalah ilahi.
Pujian Allah tersebut,
sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau kelebihan mereka. Merekalah
generasi salaf yang disebut sebagai generasi Rabbani yang selalu
mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu 'alaihiwa sallam.
Dengan
menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa
meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik
rahimahullah, Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan
apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik. Sungguh sebuah ucapan
yang pantas ditulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil
generasi terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan
niscaya kebahagiaan akan menyongsong mereka.
Salaf dan Tazkiyatun Nufus
Salah
satu sisi ajaran agama yang tidak boleh terlupakan adalah tazkiyatun
nufus (penyucian jiwa). Allah selalu menyebutan tazkiyatun nufus
bersama dengan ilmu. Allah berfirman:
Sebagaimana Kami telah
mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan
Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah : 151)
Artinya,
ilmu itu bisa jadi bumerang bila tidak disertai dengan tazkiyatun
nufus. Oleh sebab itu dapat kita temui dalam biografi ulama salaf
tentang kezuhudan, keikhlasan, ketawadhu'an dan kebersihan jiwa mereka.
Begitulah, mereka selalu saling mengingatkan tentang urgensi
tazkiyatun nufus ini. Dari situ kita dapati ucapan-ucapan ulama salaf
sangat menghunjam ke dalam hati dan penuh dengan hikmah. Hamdun bin
Ahmad pernah ditanya: Mengapa ucapan-ucapan para salaf lebih bermanfaat
daripada ucapan-ucapan kita? beliau menjawab: Karena mereka berbicara
untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan mencari ridha Ar-Rahman,
sementara kita berbicara untuk kemuliaan diri, mengejar dunia dan
mencari ridha manusia!
Salaf dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu
Imam
Adz-Dzahabi berkata: Ya'qub bin Ishaq Al-Harawi menceritakan dari
Shalih bin Muhammad Al-Hafizh, bahwa ia mendengar Hisyam bin Ammar
berkata: Saya datang menemui Imam Malik, lalu saya katakan kepadanya: Sampaikanlah kepadaku beberapa hadits! Beliau berkata: Bacalah!
Tidak, namun tuanlah yang membacakannya kepadaku! jawabku.
Bacalah!
kata Imam Malik lagi. Namun aku terus menyanggah beliau. Akhirnya ia
berkata: Hai pelayan, kemarilah! Bawalah orang ini dan pukul dia lima
belas kali! Lalu pelayan itu membawaku dan memukulku lima belas
cambukan. Kemudian ia membawaku kembali kepada beliau. Pelayan itu
berkata: Saya telah mencambuknya! Maka aku berkata kepada beliau:
Mengapa tuan menzhalimi diriku? tuan telah mencambukku lima belas kali
tanpa ada kesalahan yang kuperbuat? Aku tidak sudi memaafkan tuan!
Apa tebusannya? tanya beliau.
Tebusannya
adalah tuan harus membacakan untukku sebanyak lima belas hadits!
jawabku. Maka beliaupun membacakan lima belas hadits untukku. Lalu
kukatakan kepada beliau: Tuan boleh memukul saya lagi, asalkan tuan
menambah hadits untukku! Imam Malik hanya tertawa dan berkata:
Pergilah!
Salaf dan Keikhlasan
Generasi
salaf adalah generasi yang sangat menjaga aktifitas hati. Seorang
lelaki pernah bertanya kepada Tamim Ad-Daari tentang shalat malam
beliau. Dengan marah ia berkata: Demi Allah satu rakaat yang kukerjakan
di tengah malam secara tersembunyi, lebih kusukai daripada shalat
semalam suntuk kemudian pagi harinya kuceritakan kepada orang-orang!
Ar-Rabi' bin Khaitsam berkata: Seluruh perbuatan yang tidak diniatkan mencari ridha Allah, maka perbuatan itu akan rusak!
Mereka
tahu bahwa hanya dengan keikhlasan, manusia akan mengikuti,
mendengarkan dan mencintai mereka. Imam Mujahid pernah berkata: Apabila
seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan
menghadapkan hati manusia kepadanya.
Memang diakui,
menjaga amalan hati sangat berat karena diri seakan-akan tidak mendapat
bagian apapun darinya. Sahal bin Abdullah berkata: Tidak ada satu
perkara yang lebih berat atas jiwa daripada niat ikhlas, karena ia
(seakan-akan -red.) tidak mendapat bagian apapun darinya.
Sehingga Abu Sulaiman Ad-darani berkata: Beruntunglah bagi orang yang mengayunkan kaki selangkah, dia tidak mengharapkan kecuali mengharap ridha Allah!
Mereka
juga sangat menjauhkan diri dari sifat-sifat yang dapat merusak
keikhlasan, seperti gila popularitas, gila kedudukan, suka dipuji dan
diangkat-angkat.
Ayyub As-Sikhtiyaani berkata:
Seorang hamba tidak dikatakan berlaku jujur jika ia masih suka
popularitas. Yahya bin Muadz berkata: Tidak akan beruntung orang yang
memiliki sifat gila kedudukan. Abu Utsman Sa'id bin Al-Haddad berkata:
Tidak ada perkara yang memalingkan seseorang dari Allah melebihi gila
pujian dan gila sanjungan.
Oleh karena itulah ulama salaf sangat
mewasiatkan keikhlasan niat kepada murid-muridnya. Ar-Rabi' bin Shabih
menuturkan: Suatu ketika, kami hadir dalam majelis Al-Hasan Al-Bashri,
kala itu beliau tengah memberi wejangan. Tiba-tiba salah seorang
hadirin menangis tersedu-sedu. Al-Hasan berkata kepadanya: Demi Allah,
pada Hari Kiamat Allah akan menanyakan apa tujuan anda menangis pada
saat ini!
Salaf dan Taubat
Setiap
Bani Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah
yang segera bertaubat kepada Allah. Demikianlah yang disebutkan
Rasulullah Sholallohu'alaihiwasallam dalam sebuah hadits shahih.
Generasi salaf adalah orang yang terdepan dalam masalah ini!
'Aisyah berkata:
Beruntunglah bagi orang yang buku catatan amalnya banyak diisi dengan
istighfar. Al-Hasan Al-Bashri pernah berpesan: Perbanyaklah istighfar
di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di jalan, di pasar dan dalam
majelis-majelis kalian dan dimana saja kalian berada! Karena kalian
tidak tahu kapan turunnya ampunan!
Tangis Generasi Salaf
Generasi
salaf adalah generasi yang memiliki hati yang amat lembut. Sehingga
hati mereka mudah tergugah dan menangis karena takut kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Terlebih tatkala membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Ketika membaca firman Allah: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu (QS. Al-Ahzab : 33) 'Aisyah menangis tersedu-sedu hingga basahlah pakaiannya.
Demikian
pula Ibnu Umar , ketika membaca ayat yang artinya: Belumkah datang
waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). (QS. Al-Hadid : 16) Beliau menangis hingga tiada kuasa menahan tangisnya.
Ketika
beliau membaca surat Al-Muthaffifin setelah sampai pada ayat yang
artinya: Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia
berdiri menghadap Rabb semesta alam. (QS. Al-Muthaffifiin : 5-6) Beliau menangis dan bertambah keras tangis beliau sehingga tidak mampu meneruskan bacaannya.
Salaf dan Tawadhu'
Pernah
disebut-sebut tentang tawadhu' di hadapan Al-Hasan Al-Bashri, namun
beliau diam saja. Ketika orang-orang mendesaknya berbicara ia berkata
kepada mereka: saya lihat kalian banyak bercerita tentang tawadhu'!
Mereka berkata: Apa itu tawadhu' wahai Abu Sa'id? Beliau menjawab:
Yaitu setiap kali ia keluar rumah dan bertemu seorang muslim ia selalu
menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.
Ibnul Mubarak pernah ditanya tentang sebuah masalah di hadapan Sufyan bin Uyainah, ia berkata: Kami dilarang berbicara di hadapan orang-orang yang lebih senior dari kami.
Al-Fudhail bin Iyadh pernah ditanya: Apa itu tawadhu'? Ia menjawab: Yaitu engkau tunduk kepada kebenaran!
Mutharrif bin Abdillah berkata: Tidak ada seorangpun yang memujiku kecuali diriku merasa semakin kecil.
Salaf dan Sifat Santun
Pada
suatu malam yang gelap Umar bin Abdul Aziz memasuki masjid. Ia
melewati seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak. Lelaki itu terbangun
dan berkata: Apakah engkau gila! Umar menjawab: Tidak Namun para
pengawal berusaha meringkus lelaki itu. Namun Umar bin Abdul Aziz
mencegah mereka seraya berkata: Dia hanya bertanya: Apakah engkau gila!
dan saya jawab: Tidak.
Seorang lelaki melapor kepada Wahab bin
Munabbih: Sesungguhnya Fulan telah mencaci engkau! Ia menjawab:
Kelihatannya setan tidak menemukan kurir selain engkau!
Salaf dan Sifat Zuhud
Yusuf bin Asbath pernah mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata:
Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan
terhadap kekuasaan. Kita banyak menemui orang-orang yang zuhud dalam
masalah makanan, minuman, harta dan pakaian. Namun ketika diberikan
kekuasaan kepadanya maka iapun akan mempertahankan dan berani
bermusuhan demi membelanya.
Imam Ahmad
pernah ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki seribu dinar apakah
termasuk zuhud? Beliau menjawab: Bisa saja, asalkan ia tidak terlalu
gembira bila bertambah dan tidak terlalu bersedih jika berkurang.
Demikianlah
beberapa petikan mutiara salaf yang insya Allah berguna bagi kita
dalam menuju proses penyucian jiwa. Semoga Allah Subhanahu wata'ala
senantiasa memberi kita kekuatan dalam meniti jejak generasi salaf
dalam setiap aspek kehidupan.
(Majalah As Sunnah Edisi 04/VI/1423H. penulis Oleh: Ustadz Abu Ihsan Al-atsari Al-medani)
Last modified on Tuesday, 22 February 2011 16:12
Sumber: http://assunnah-qatar.com/artikel/tazkiyatun-nufus/item/1362-teladan-indah-dari-salafus-shalih.html