Hasad memiliki banyak bahaya di antaranya:
1. Tidak menyukai apa yang
Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah
berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa
yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah.
2. Hasad itu akan melahap
kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering
karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang
tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya
agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua
adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
3. Kesengsaraan yang ada di
dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat
yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah
hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap
kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka
dan susah hati.
4. Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi. Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih)
5. Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.
6. Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).
Tuntutan hadits di atas adalah merasa tidak suka dengan hilangnya nikmat Allah yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
7. Hasad adalah penyebab meninggalkan
berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan
nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta
karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman,
وَلا
تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا
اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih
banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada
bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)
8. Hasad penyebab sikap
meremehkan nikmat yang ada. Maksudnya orang yang hasad berpandangan
bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang
mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat yang Allah
berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan
nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri nikmat
tersebut.
9. Hasad adalah akhlak tercela.
Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada
orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari
orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya,
meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.
10. Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka.
Ringkasnya, dengki adalah akhlak
yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak
ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang.
Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun
sangat disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar.
Padahal sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orang-orang yang
sangat menjauhi sifat hasad dan manusia yang paling mendekati
kesempurnaan dalam masalah akhlak.
***
Oleh: Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin
Penerjemah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id