Di antara
bentuk dosa yang dilalaikan dan dipandang remeh oleh kaum muslimin adalah dosa
kesyirikan. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan
sedikit tentang bahaya syirik. Semoga dengan pembahasan ini dapat mengubah
pandangan kita selama ini tentang bahaya kesyirikan yang mungkin belum kita
ketahui.
Syirik Merupakan Salah Satu Pembatal
Islam
Di antara sebab terbesar batalnya Islam seseorang
adalah berbuat syirik kepada Allah Ta’ala. Yaitu dengan beribadah kepada
selain Allah Ta’ala, di samping juga beribadah kepada Allah, seperti
bernadzar kepada selain Allah, bersujud kepada selain Allah, atau meminta
pertolongan kepada selain Allah dalam hal-hal yang tidak ada yang bisa
memenuhinya kecuali Allah Ta’ala saja. Allah Ta’ala berfirman
yang artinya, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.”
(QS. Al-Maidah [5]: 72)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya,“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang
tingkatannya di bawah (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48)
Oleh karena itu, kesyirikan adalah dosa yang paling
berbahaya, namun banyak dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai muslim
dan mengucapkan “laa ilaaha illallah”. Mereka memang melaksanakan shalat
dan puasa. Akan tetapi mereka mencampur amal ibadah mereka dengan syirik
akbar, sehingga mereka pun keluar dari Islam.
Syirik Merupakan Tujuan Utama “Dakwah”
Setan
Tauhid merupakan fitrah yang Allah Ta’ala ciptakan
untuk manusia. Setiap manusia yang ada di dunia ini terlahir di atas fitrah
tauhid, meskipun dia dilahirkan oleh orangtua yang musyrik. Allah Ta’ala berfirman
yang artinya,“Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari tulang punggung mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman),’Bukankah Aku ini Rabb-mu?’ Mereka
menjawab,’Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’” (QS. Al-A’raf
[7]: 172)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Tidak
ada satu pun anak yang dilahirkan kecuali dilahirkan di atas fitrah.
Orangtuanya-lah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Seperti seekor hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat (sama persis dengan
induknya), apakah Engkau merasakan adanya cacat padanya?“ (HR. Bukhari no.
1385 dan Muslim no. 6926)
Karena manusia dilahirkan di atas fitrah tauhid, maka
setan akan berusaha mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyesatkan manusia
agar mereka menyimpang dari fitrah tauhid tersebut. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya Rabb-ku memerintahkanku untuk
mengajari kalian apa-apa yang belum kalian ketahui. Di antara hal-hal yang
diajarkan kepadaku hari ini adalah, setiap harta yang Aku berikan kepada
hamba-Ku, maka (menjadi) halal baginya. Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku
seluruhnya dalam keadaan hanif (menjadi seorang muslim, pen.). Kemudian
datanglah setan kepada-Nya yang menjadikan mereka keluar dari agama mereka.
Serta mengharamkan hal-hal yang Aku halalkan untuk mereka. Dan juga menyuruh
mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangan
tentang itu … ” (HR. Muslim no. 7386)
Setan sendiri telah berjanji di hadapan Allah Ta’ala
bahwa dia akan berusaha untuk mengubah fitrah yang telah Allah Ta’ala ciptakan
untuk manusia. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,“Yang dilaknati
Allah dan setan itu mengatakan,’Saya benar-benar akan mengambil dari
hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya). Dan aku
benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong
pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak),
lalu mereka benar-benar memotongnya. Dan akan aku suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar mereka mengubahnya’. Barangsiapa
yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia
menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa’ [4]: 118-119)
Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud
ayat,”Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah)”. Adapun
pendapat yang paling tepat sebagaimana yang dipilih oleh Abu Ja’far Ath-Thabary
rahimahullah adalah,”Mengubah agama Allah.” (Lihat Tafsir
Ath-Thabary, 9/222)
Syaikh Muhammad Asy-Syinqithi rahimahullah menjelaskan,”Sebagian
ulama mengatakan bahwa makna ayat ini adalah setan menyuruh mereka untuk
kafir dan mengubah fitrah agama Islam yang telah Allah Ta’ala ciptakan untuk
mereka. Perkataan ini dijelaskan dan ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala
(yang artinya), ‘(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus’ (QS. Ar-Ruum [30] : 30).
Maksudnya adalah, janganlah mengubah
fitrah yang telah diciptakan atas kalian dengan (mengerjakan) kekafiran”. (Tafsir Adhwa’ul Bayan, 1/341)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata,”Sesungguhnya
setiap orang dilahirkan di atas fitrah (yaitu tauhid, pent.). Akan tetapi orang
tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nasrani, Majusi, atau yang
semisalnya dari fitrah yang telah Allah tetapkan kepada hamba-Nya. Fitrah itu
adalah mentauhidkan Allah, mencintai-Nya, dan mengenal-Nya. Setan akan
memburu mereka dalam masalah ini sebagaimana binatang buas yang memburu seekor
kambing yang terpisah dari kawanannya”. (Tafsir Taisir Karimir
Rahman, hal.204)
Dari sini jelaslah bahwa tujuan utama “dakwah” setan
adalah menjerumuskan manusia ke dalam kesyirikan. Karena ketika manusia
sudah terjerumus ke dalamnya, maka batal-lah tauhidnya. Dan ketika tauhidnya
sudah batal, maka sebanyak apa pun amal shalih yang diperbuatnya, semuanya akan
menjadi sia-sia belaka. Sehingga setan pun tidak mempunyai kepentingan lagi
untuk mengganggunya.
Oleh karena itu, kita kadang melihat orang-orang yang
berbuat syirik dengan beribadah di makam orang-orang shalih, mereka beribadah
dengan melaksanakan shalat, berdzikir, atau membaca Al Qur’an dengan penuh
kekhusyu’an. Bahkan bisa jadi mereka beribadah di sisi makam tersebut semalam
suntuk tanpa merasa lelah dan mengantuk. Sesuatu yang mungkin sangat sulit
dilakukan oleh orang-orang selain mereka. Demikianlah, kekhusyu’an mereka itu
tidak lain karena memang setan tidak lagi mempunyai kepentingan untuk
mengganggu ibadahnya tersebut. Karena setan sudah mengetahui, bahwa sebanyak
apa pun amal ibadah yang mereka lakukan semuanya akan sia-sia belaka dan tidak
akan diterima oleh Allah Ta’ala.
Syirik Merupakan Dosa yang Tidak Akan
Diampuni Jika Tidak Mau Bertaubat
Allah Ta’ala berfirman,”Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
tingkatannya lebih rendah dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48)
Ayat ini menunjukkan betapa berbahayanya dosa syirik
karena Allah Ta’ala tidak akan mengampuninya kecuali jika pelakunya
bertaubat darinya. Padahal, ampunan dan rahmat Allah Ta’ala sangatlah
luas dan meliputi segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Hajj [22]: 60)
Hal ini diperkuat oleh hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang wanita sedang
menggendong anaknya sambil memberi makan, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bertanya kepada para sahabatnya,“Menurut kalian, apakah ibu
ini tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Para sahabat menjawab,”Tidak,
demi Allah! Dia tidak akan tega, selama dia mampu untuk tidak melemparkan
anaknya”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sungguh
Allah lebih mengasihi para hamba-Nya dibandingkan kasih sayang ibu ini kepada
anaknya.” (HR. Bukhari no. 5999 dan Muslim no. 7154)
Ayat dan hadits di atas menunjukkan betapa besar kasih
sayang dan ampunan Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya, melebihi kasih
sayang seorang ibu kepada anaknya. Akan tetapi, orang-orang musyrik tidak ikut
tercakup di dalamnya. Hal ini menunjukkan begitu besarnya kejahatan dan
kedzaliman yang ditimbulkan oleh kesyirikan.
Maka barangsiapa yang meninggal di atas kesyirikan,
maka dia tidak akan diampuni. Sehingga hal ini menunjukkan betapa bahayanya
kesyirikan. Kita wajib menghindarinya sejauh-jauhnya. Setiap dosa masih mungkin
dan masih ada harapan untuk diampuni jika pelakunya tidak bertaubat, kecuali
dosa syirik. Sedangkan kesyirikan tidak mungkin untuk dihindari kecuali
dengan mempelajarinya dan mengetahui bahayanya. (Lihat I’anatul
Mustafiid, 1/95)
Apabila seseorang berbuat syirik kemudian bertaubat
dan meninggal di atas tauhid, maka Allah Ta’ala akan mengampuni
dosa-dosanya, termasuk dosa syirik. Dalam hal ini, Allah Ta’ala berfirman
yang artinya, “Katakanlah,’Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar [39]: 53)
Inilah sebagian kecil di antara bahaya-bahaya
kesyirikan. Oleh karena itu, sudah selayaknya apabila seseorang sangat takut
untuk terjerumus ke dalam perbuatan syirik. Dalam hal ini, Nabi Ibrahim ‘alaihis
salaam telah memberikan teladan kepada kita ketika beliau berdoa kepada Allah
Ta’ala, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,’Wahai Rabb-ku, jadikanlah
negeri ini (Mekah), negeri yang aman. Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku
dari menyembah berhala-berhala. Wahai Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala
itu telah menyesatkan mayoritas manusia’”. (QS. Ibrahim [14]: 35-36)
Ibrahim ‘alaihis salaam berdoa seperti itu,
padahal beliau telah memiliki kedudukan yang sangat tinggi sebagai kekasih
Allah (khalilullah). Meskipun demikian itu keadaan Ibrahim ‘alaihis
salaam, beliau tetap mengkhawatirkan apabila dirinya jatuh terjerumus ke
dalam perbuatan syirik, karena hati manusia berada di antara jari-jemari
Ar-Rahman. Oleh karena itulah, sebagian ulama mengatakan,”Dan siapakah yang
merasa aman dari ujian setelah Ibrahim ‘alaihis salaam (tidak merasa aman)?” Karena
Ibrahim ‘alaihis salaam mengkhawatirkan dirinya kalau terjerus ke dalam
perbuatan syirik ketika beliau melihat banyak manusia yang terjerumus ke
dalamnya. Wallahu a’lamu.
Penulis: dr. M. Saifudin Hakim
Artikel www.muslim.or.id
Faisal -yang selalu mengharap ampunan-Nya- berkata:
Saudaraku mari kita pelajari terus ilmu tauhid... ini yang utama.. Bisa kita
bayangkan sebuah gedung tinggi nan megah namun pondasi yang tidak kuat, apa
yang akan terjadi bagi bangunan tersebut? begitulah gambaran bagi seorang
muslim yang rajin ibadah namun ia tidak memperhatikan masalah akidah ini..
Bagaimana bisa dikatakan "Saya bersih dari syirik" sedang kita tidak
berilmu tentangnya? Allahul musta'an..
Allah Ta'ala berfirman: "Jika kamu
mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi." (Az Zumar:65).