Kehidupan cinta Anda tidak terlalu menyenangkan tahun ini. Akan sulit sekali berkomunikasi dengan si dia, tapi Anda harus berusaha keras jika ada sesuatu yang ingin Anda luruskan.
Hubungan Anda mungkin juga akan
mengalami perubahan, namun ke arah yang lebih baik. Untuk yang single,
pertemuan dengan pria baru akan mengubah hidup Anda.
Info-info semacam inilah yang
menyebar di tengah-tengah pemuda di awal tahun baru 2012. Untuk
menjalani tahun 2012, mereka membaca nasib lewat ramalan bintang atau
zodiak tersebut. Mereka ingin mencari tahu bagaimana nasib cinta mereka,
bagaimana rizki mereka, dan bagaimana keberuntungan mereka di tahun
2012. Padahal ajaran Islam sangat melarang keras hal ini, namun banyak
yang tidak memahaminya karena tidak mau belajar akidah dan mengenal
Islam lebih dalam.
Ketua Komisi Fatwa Kerajaan Saudi
Arabia (Al Lajnah Ad Daimah) di masa silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
‘Abdillah bin Baz ditanya mengenai hukum membaca ramalan bintang, zodiak
dan semisalnya.
Jawaban beliau rahimahullah,
Yang disebut ilmu bintang, horoskop, zodiak dan rasi bintang termasuk di antara amalan jahiliyah.
Ketahuilah bahwa Islam datang untuk menghapus ajaran tersebut dan
menjelaskan akan kesyirikannya. Karena di dalam ajaran tersebut terdapat
ketergantungan pada selain Allah, ada keyakinan bahwa bahaya dan
manfaat itu datang dari selain Allah, juga terdapat pembenaran terhadap
pernyataan tukang ramal yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib
dengan penuh kedustaan, inilah mengapa disebut syirik. Tukang ramal
benar-benar telah menempuh cara untuk merampas harta orang lain dengan
jalan yang batil dan mereka pun ingin merusak akidah kaum muslimin.
Dalil yang menunjukkan perihal tadi adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Daud dalam kitab sunannya dengan sanad yang shahih dari Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ
“Barangsiapa mengambil ilmu perbintangan, maka ia berarti telah mengambil salah satu cabang sihir, akan bertambah dan terus bertambah.”[1]
Begitu pula hadits yang diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan sanad yang jayyid dari ‘Imron bin Hushoin, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَّرَ أَوْ سُحِّرَ لَهُ
“Bukan termasuk golongan kami,
siapa saja yang beranggapan sial atau membenarkan orang yang beranggapan
sial, atau siapa saja yang mendatangi tukang ramal atau membenarkan
ucapannya, atau siapa saja yang melakukan perbuatan sihir atau
membenarkannya.”[2]
Siapa saja yang mengklaim mengetahui perkara ghaib, maka ia termasuk dalam golongan kaahin (tukang
ramal) atau orang yang berserikat di dalamnya. Karena ilmu ghaib hanya
menjadi hak prerogatif Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
“Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” (QS. An Naml: 65).
Nasehatku bagi siapa saja yang
menggantungkan diri pada berbagai ramalan bintang, hendaklah ia
bertaubat dan banyak memohon ampun pada Allah (banyak beristighfar).
Hendaklah yang jadi sandaran hatinya dalam segala urusan adalah Allah
semata, ditambah dengan melakukan sebab-sebab yang dibolehkan secara
syar’i. Hendaklah ia tinggalkan ramalan-ramalan bintang yang termasuk
perkara jahiliyah, jauhilah dan berhati-hatilah dengan bertanya pada
tukang ramal atau membenarkan perkataan mereka. Lakukan hal ini dalam
rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dalam rangka menjaga agama dan
akidah.
(Dinukil dengan perubahan redaksi dari Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 2: 123)
Syaikh Sholih Alu Syaikh -hafizhohullah-
mengatakan, “Jika seseorang membaca halaman suatu koran yang berisi
zodiak yang sesuai dengan tanggal kelahirannya atau zodiak yang ia
cocoki, maka ini layaknya seperti mendatangi dukun. Akibatnya cuma
sekedar membaca semacam ini adalah tidak diterima shalatnya selama empat
puluh hari. Sedangkan apabila seseorang sampai membenarkan ramalan
dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah kufur terhadap Al Qur’an
yang telah diturunkan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid oleh Syaikh Sholih Alu Syaikh pada Bab “Maa Jaa-a fii Tanjim”, hal. 349)
Intinya, ada dua rincian hukum dalam masalah ini.
Pertama: Apabila cuma sekedar
membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun tidak mempercayai ramalan
tersebut atau tidak membenarkannya, maka itu tetap haram. Akibat
perbuatan ini, shalatnya tidak diterima selama 40 hari.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallambersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim no. 2230). Ini akibat dari cuma sekedar membaca.
Maksud tidak diterima shalatnya
selama 40 hari dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun maksud tidak diterima
shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.” (Syarh Muslim, 14: 227)
Kedua: Apabila sampai
membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap telah
mengkufuri Al Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah pengetahuan
ilmu ghoib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa yang mendatangi
dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah
kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532, hasan)
Namun jika seseorang membaca ramalan
tadi untuk membantah dan membongkar kedustaannya, semacam ini termasuk
yang diperintahkan bahkan dapat dinilai wajib. (Al Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, 1: 330)
Syaikh Sholih Alu Syaikh memberi
nasehat, “Kita wajib mengingkari setiap orang yang membaca ramalan
bintang semacam itu dan kita nasehati agar jangan ia sampai terjerumus
dalam dosa. Hendaklah kita melarangnya untuk memasukkan majalah-majalah
yang berisi ramalan bintang ke dalam rumah karena ini sama saja
memasukkan tukang ramal ke dalam rumah. Perbuatan semacam ini termasuk
dosa besar (al kabair) –wal ‘iyadzu billah-. …
Oleh karena itu, wajib bagi setiap
penuntut ilmu agar mengingatkan manusia mengenai akibat negatif membaca
ramalan bintang. Hendaklah ia menyampaikannya dalam setiap perkataannya,
ketika selesai shalat lima waktu, dan dalam khutbah jum’at. Karena ini
adalah bencana bagi umat. Namun masih sangat sedikit yang mengingkari
dan memberi peringatan terhadap kekeliruan semacam ini.” (Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid, hal. 349)
Dari sini, sudah sepatutnya seorang
muslim tidak menyibukkan dirinya dengan membaca ramalan-ramalan bintang
melalui majalah, koran, televisi atau lewat pesan singkat via sms.
Begitu pula tidak perlu seseorang menyibukkan dirinya ketika berada di
dunia maya untuk mengikuti berbagai ramalan-ramalan bintang yang ada.
Karena walaupun tidak sampai percaya pada ramalan tersebut, tetap
seseorang bisa terkena dosa jika ia bukan bermaksud untuk membantah
ramalan tadi. Semoga Allah melindungi kita dan anak-anak kita dari
kerusakan semacam ini.
Nasehat
Ramalan bukan hanya datang dari
tukang ramal dengan bertanya langsung, namun saat ini bisa masuk ke
rumah-rumah kaum muslimin dengan begitu mudah, baik lewat media cetak,
TV, atau pun internet. Kita berlindung kepada Allah semoga diri kita,
anak-anak kita, kerabat-kerabat kita terbebas dari membaca dan
mempercayai ramalan bintang, serta dijauhi segala bentuk perbuatan
syirik. Jadikanlah satu-satunya sandaran dalam segala urusan adalah
Allah Ta’ala semata,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).
Al Qurtubi mengatakan, ”Barangsiapa
menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi
kebutuhannya.” (Al Jami’ Liahkamil Qur’an, 18: 161).
Jika Allah jadi satu-satunya sandaran, maka rizki, jodoh, dan segala urusan akan dimudahkan oleh Allah Ta’ala.
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّـهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Dan tidak ada taufik bagiku
melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal
dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud: 88)
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 7 Shofar 1433 H
—
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
[1] HR. Abu Daud no. 3905, Ibnu Majah no. 3726 dan Ahmad 1: 311. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut hasan.
[2] HR. Al Bazzar dalam musnadnya.
Penulis Fathul Majid, Syaikh
‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh berkata, “Siapa saja yang menerjangi
perkara-perkara yang disebutkan dalam hadits tersebut, berarti Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berlepas diri darinya. Bisa saja
perkara yang dilakukan adalah kesyirikan seperti beranggapan sial. Bisa
pula kekufuran seperti mempercayai tukang ramal dan melakukan sihir.
Siapa saja yang ridho dan mengikuti hal-hal tadi, maka ia dihukumi
seperti pelakunya karena ia menerima dan mengikuti hal yang batil.”
(Fathul Majid, 316)
http://faisalchoir.blogspot.sg/2012/01/hukum-membaca-ramalan-bintang-zodiak.html
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.