Kamis, 02 Januari 2014

Taubat Membawa Petaka?


Ada sebagian ahli bid'ah datang kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, mereka ingin menghiasi dan memperindah bid'ah yang mereka lakukan. Beliau menceritakan dialog beliau dengan mereka dalam Majmu' al-Fatawa (XI/472):


"Sebagian mereka berkata: "Kami membuat manusia bertaubat."

Maka saya berkata: Dari apa kalian membuat mereka (bertaubat)?"

Ia berkata: "Dari merampok, mencuri, dan lain-lain."

Saya berkata: "Kondisi mereka sebelum kalian taubatkan adalah lebih baik daripada kondisi mereka setelah kalian taubatkan. Sebab dulu mereka adalah orang-orang fasik YANG MEYAKINI HARAMNYA SESUATU YANG MEREKA LAKUKAN dan mereka mengharap rahmat Allah dan bertaubat kepada-Nya, atau mereka mempunyai niat untuk bertaubat; lalu kalian jadikan mereka dengan taubat yang kalian sebutkan (sehingga mereka kemudian menjadi) sebagai orang sesat, musyrik dan keluar dari syari'at Islam. Mereka mencintai apa yang dibenci Allah dan membenci apa yang disukai Allah. Dan saya menjelaskan bahwa bid'ah-bid'ah yang mereka lakukan dan juga oleh selain mereka adalah lebih buruk daripada bentuk-bentuk maksiat."

Kesimpulannya, bahwa bid'ah adalah lebih besar bahayanya daripada maksiat. Sebab, bid'ah menyentuh dasar agama, sedangkan maksiat berkaitan dengan pribadi orang yang bermaksiat, yang boleh jadi dia kembali darinya karena mengetahui bahwa yang dilakukannya (maksiat) dibenci Allah dan disenangi syaitan.

Adapun orang yang melakukan bid'ah, pada umumnya tidak meninggalkan bid'ahnya KARENA DIKIRA SEBAGAI KEBAIKAN dan meyakininya diridhai Allah dan dibenci orang yang lalai, dan bid'ah itu (kemudian) pindah kepada orang lain..." (Isyaraqah: 92)

(Dikutip dari Ilmu Ushul Bida' Dirasah Takmiliyah Muhimmah fi Ilmi Ushul Fiqh, Syaikh Ali Hasan al-Halabi al-Atsari hafizhahullah, edisi Indonesia: Membedah Akar Bid'ah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Mengingatkan umat Islam dari bid’ah dan memberikan penjelasan tentangnya, hukumnya wajib menurut kesepakatan kaum Muslimin.”

Beliau juga berkata
“Orang yang melakukan bid’ah itu lebih tercela daripada orang yang berbuat dosa karena melanggar sunnah dan ijma’, karena Rasulullah telah memerintahkan untuk membunuh orang-orang Khawarij dan membunuh para imam yang sesat. Sedangkan kepada orang yang minum khamr dikatakan, ‘Janganlah kamu melaknatnya, karena dia mencintai Allah dan Rasul-Nya. ” [Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (XXVIII/231)].

"Orang yang berbuat dosa, dosa mereka itu karena melanggar perkara yang dilarang oleh syariat, seperti mencuri, zina, minum khamr, makan harta secara batil, dan lain lain. Adapun ahli bid’ah, dosa mereka adalah karena meninggalkan apa yang diperintahkan oleh syariat, yaitu untuk mengikuti sunnah dan jama’ah kaum Mukminin. Asal mula terjadinya bid’ah pada kelompok Khawarij, adalah karena mereka berpendapat tidak wajib taat kepada Rasulullah dan (tidak wajib) mengikutinya dalam hal YANG MENURUT MEREKAbertentangan dengan zhahir Al-Qur’an. Ini berarti meninggalkan sesuatu yang wajib. Begitu pula kelompok (Syi’ah) Rafidhah, mereka berpendapat bahwa Shahabat itu diragukan keadilannya dan tidak perlu dicintai (diikuti). Tentu saja ini meninggalkan yang wajib." [Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (XX/103-105)].

"Sehubungan dengan itu, para imam Islam seperti Sufyan Ats-Tsauri dan lain-lain mengatakan bahwa bid’ah lebih dicintai oleh Iblis daripada perbuatan dosa karena bid’ah tidak terampuni, sedangkan dosa diampuni. Maksud perkataan mereka bahwa bid’ah tidak terampuni adalah, bahwa pembuat bid’ah yang membuat amalan keagamaan yang tidak disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, telah memandang indah apa yang dilakukannya, dan menganggapnya baik sehingga dia tidak mau bertaubat atas kesesatannya. Dia memandang apa yang dilakukannya itu baik. Padahal, taubat itu dilakukan manakala seseorang tahu bahwa perbuatannya itu salah, lalu dia bertaubat. Sedangkan pembuat bid’ah, selama dia melihat apa yang dilakukannya itu baik – padahal sesungguhnya sesat – maka dia tidak akan bertaubat.

Tetapi bisa jadi, para ahli bid’ah itu akan bertaubat dan itu telah terjadi, dengan syarat Allah memberinya petunjuk sehingga dia dapat melihat kebenaran dengan baik. Sebagaimana halnya Allah juga telah memberikan petunjuk kepada orang-orang kafir (sehingga mereka masuk Islam), orang munafik, ahli bid’ah, dan orang-orang yang sesat." [Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (X/9-10.)]

(Dikutip dengan sedikit penyesuaian dari Al-Bida’ Al-Hauliyah, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz At-Tuwaijiry)

Sumber: Artikel facebook al-Akh Abu Muhammad Herman
http://www.facebook.com/notes/abu-muhammad-herman/taubat-membawa-petaka/10150687115940175