Oleh:Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah emas dan perak, tanaman, buah-buahan, binatang ternak, dan harta karun.
Pertama : Zakat Emas dan Perak
Nishab Dan Ukuran Yang Wajib Dikeluarkan
Nisab emas sebanyak 20 dinar, sedangkan perak 200 dirham, zakat keduanya
sebanyak seperempatpuluh, sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Ali bin
Abi Thalib Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
إِذَا كَانَتْ لَكَ مِائَتَا دِرْهَمٍ وَحَالَ عَلَيْهَا الْحَوْلُ
فَفِيْهَا خَمْسَةُ دَرَاهِمَ وَلَيْسَ عَلَيْكَ شَئٌ -يَعْنَى فِي
الذَّهَبِ- حَتَّى يَكُوْنَ لَكَ عِشْرُوْنَ دِيْنَارًا, فَإِذَا كَانَتْ
لَكَ عِشْرُوْنَ دِيْنَارٍ وَحَالَ
عَلَيْهَا الْحَوْلُ فَفِيْهَا نِصْفُ دِيْنَارٍ.
“Apabila engkau memiliki 200 dirham dan telah lewat satu tahun, maka
zakatnya sebanyak 5 dirham. Tidak wajib atasmu zakat (emas) kecuali
engkau memiliki 20 dinar, jika engkau memiliki 20 dinar dan telah lewat
satu tahun, maka zakatnya setengah dinar.” [1]
Kedua :Zakat Perhiasan
Zakat perhiasan wajib hukumnya, berdasarkan keumuman ayat dan hadits
yang menunjukkan kewajiban zakat, dan tidak ada dalil bagi mereka yang
mengecualikannya dari keumuman ayat dan hadits-hadits tersebut. Di
samping itu juga ada beberapa dalil-dalil khusus yang menunjukkan akan
kewajiban zakat perhiasan, di antaranya:
Diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Aku
mengenakan perhiasan dari perak, lalu aku bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, apakah ini termasuk
harta simpanan?” Beliau menjawab:
مَا بَلَغَ أَنْ تُؤَدِّيَ زَكَاتَهُ فَزُكِّيَ فَلَيْسَ بِكَنْزٍ.
“Harta yang sudah sampai batas untuk dikeluarkan zakatnya, lalu
dikeluarkan zakatnya, maka bukan lagi termasuk harta simpanan.” [2]
Juga dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Pada suatu hari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangiku dan beliau melihat
di tanganku ada cincin tak bermata yang terbuat dari perak, kemudian
beliau berkata, ‘Apa ini, wahai ‘Aisyah ?’ Aku menjawab, ‘Aku sengaja
membuatnya agar aku bisa berhias untukmu wahai Rasulullah.’ Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah engkau tunaikan
zakatnya?’ Aku menjawab, ‘Tidak atau maasya Allah.’ Lalu beliau berkata,
‘Hal ini cukup untuk memasukkanmu ke dalam Neraka.’” [3]
Ketiga : Zakat Tanaman dan Buah-Buahan
Allah Ta’ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِي أَنشَأَ جَنَّاتٍ مَّعْرُوشَاتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَاتٍ
وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُ وَالزَّيْتُونَ
وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۚ كُلُوا مِن ثَمَرِهِ
إِذَا أَثْمَرَ وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ ۖ وَلَا تُسْرِفُوا ۚ
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan Dia-lah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [Al-An’aam:
141]
Jenis-Jenis Tanaman Dan Buah-Buahan Yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya:
Tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali dari empat jenis tanaman yang
disebutkan dalam hadits berikut ini. Dari Abi Burdah, dari Abu Musa dan
Mu’adz Radhiyallahu anhuma, “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam mengutus mereka berdua ke Yaman untuk mengajarkan penduduk
Yaman ilmu agama, dan beliau memerintahkan mereka berdua agar jangan
mengambil zakat kecuali dari empat jenis tanaman, yaitu hinthah
(gandum), sya’ir (gandum), kurma dan anggur kering.” [4]
Nishabnya:
Syarat wajibnya zakat tanaman dan buah-buahan adalah jika telah sampai
nishabnya, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits berikut.
Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ فيِمَا دُونَ خَمْسِِ ذَوْدٍ مِنَ اْلإِبِلِ صَدَقَةٌ, وَلَيْسَ
فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ أَوَاقٍ صَدَقَةٌ, وَلَيْسَ فِيْمَا دُونَ خَمْسَةِ
أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ.
“Tidak ada zakat pada unta yang jumlahnya kurang dari 5 ekor, juga pada
perak yang kurang dari 5 awaq [5] , dan tidak pula pada kurma yang
kurang dari 5 ausuq .” [6][7]
Ukuran Yang Wajib Dikeluarkan:
Diriwayatkan dari Jabir, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
فِيْمَا سَقَتِ اْلأَنْهَارُ وَالْغَيْمُ الْعُشُوْرُ, وَفِيْمَا سُقِيَ بِالسَّانِيَّةِ نِصْفُ الْعُشُورِ.
“Pada (perkebunan) yang disirami dari sungai dan hujan ada kewajiban
zakat sepersepuluh, dan yang disirami dengan alat seperduapuluh.”[8]
Juga diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
فيِمَا سَقَتِ السَّمَاءُ وَالْعُيُوْنُ أَوْ كَانَ عَثَرِيًا الْعُشْرُ, وَفِيْمَا سُقِيَ بِالنُضْحِ نِصْفُ الْعُشُرِ.
“Tanaman yang disiram dengan air hujan atau dengan sumber air atau
dengan pengisapan air dari tanah, zakatnya sepersepuluh, dan tanaman
yang disiram dengan tenaga manusia, zakatnya seperduapuluh.” [9]
Menaksir (Khirshu an-Nakhiil)* Kurma dan Anggur
Diriwayatkan dari Abu Humaid as-Sa’di, dia bercerita, “Kami pergi
berperang bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang
Tabuk, ketika kami tiba di lembah Qura, ada seorang wanita yang sedang
di kebunnya, lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata
kepada Sahabat-Sahabatnya, ‘Taksirlah jumlah buah tanamannya.’ Dan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menaksirkannya sebanyak sepuluh
ausaq, kemudian beliau berkata kepada wanita tersebut, ‘Hitunglah
berapa jumlah hasil panen yang engkau dapat.’ Ketika kami kembali ke
lembah Qura (dari Tabuk), beliau bertanya kepada wanita pemilik kebun
tersebut, ‘Berapa hasil panen yang engkau dapat dari kebunmu?’ Wanita
itu menjawab, ‘Sepuluh ausuq, sebagaimana yang ditaksir oleh
Rasulullah.’”[10]
Dan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dahulu Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus ‘Abdullah bin Rawahah untuk
menaksir buah kurma ketika sudah mulai matang sebelum dikonsumsi,
kemudian beliau memberikan pilihan kepada orang-orang Yahudi apakah
jumlah taksiran tersebut akan diambil oleh amil zakat atau mereka yang
nantinya menyerahkannya langsung kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam, agar zakatnya dihitung sebelum kurma tersebut dikonsumsi dan
dipilah-pilah.” [11]
Keempat : Zakat Hewan Ternak
Hewan ternak yang wajib dizakati ada tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan kambing.
1. Zakat Unta
Nishabnya:
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ فيِمَا دُوْنَ خَمْسِ ذَوْدٍ مِنَ اْلإِبِلِ صَدَقَةٌ.
“Tidak ada zakat pada unta yang jumlahnya kurang dari 5 ekor.” [12]
Jumlah Zakat Yang Wajib Dikeluarkan:
Dari Anas Radhiyallahu anhu, bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu anhu
menulis surat untuknya yaitu ketika dia diutus ke al-Bahrain, di antara
isinya: “Bismillaahir Rahmaanir Rahiim (dengan menyebut Nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Ini adalah kewajiban zakat yang
diwajibkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atas kaum
muslimin dan ini pula yang diperintahkan Allah atas Rasul-Nya, maka
barangsiapa dari kaum muslimin yang diminta untuk mengeluarkannya dengan
cara yang benar, maka hendaklah mereka mengeluarkannya. Dan barangsiapa
yang diminta lebih dari apa yang telah diwajibkan, maka janganlah dia
menyerahkannya, yaitu setiap 24 ekor unta ke bawah wajib mengeluarkan
kambing, yaitu setiap kelipatan lima ekor unta zakatnya seekor kambing.
Jika mencapai 25 hingga 35 ekor unta, zakatnya berupa bintu makhad
(seekor anak unta betina yang umurnya telah menginjak tahun kedua). Jika
mencapai 36 hingga 45 ekor unta, zakatnya berupa bintu labun (seekor
anak unta betina yang umurnya telah menginjak tahun ketiga). Jika
mencapai 46 hingga 60 ekor unta, zakatnya berupa hiqqah tharuqatul jamal
(seekor anak unta betina yang umurnya telah masuk tahun keempat dan
bisa dikawini unta jantan). Jika mencapai 61 hingga 75 ekor unta,
zakatnya berupa jaza’ah (seekor unta betina yang umurnya telah masuk
tahun kelima). Jika mencapai 76 hingga 90 ekor unta, maka zakatnya dua
ekor bintu labun. Jika mencapai 91 hingga 120 ekor unta, zakatnya dua
ekor hiqqah tharuqatul jamal. Jika telah melebihi 120 ekor unta, maka
setiap 40 ekor unta, zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya masuk
tahun ketiga. Dan setiap 50 ekor, zakatnya seekor unta betina yang
umurnya masuk tahun keempat. Dan bagi mereka yang tidak memiliki unta
kecuali empat ekor, maka tidak wajib atasnya zakat kecuali jika
pemiliknya menghendakinya, jika telah mencapai 5 ekor unta, maka wajib
mengeluarkan zakat berupa seekor kambing.” [13]
Barangsiapa yang Wajib Mengeluarkan Zakat Berupa Hewan Dengan Umur Tertentu Tetapi Dia Tidak Memilikinya.
Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu anhu telah
menulis surat untuknya yang berisi kewajiban zakat yang telah
diwajibkan Allah dan Rasul-Nya, di antara isi surat tersebut,
“Barangsiapa yang jumlah untanya telah wajib mengeluarkan seekor unta
betina yang umurnya telah memasuki tahun kelima (jaza'ah), padahal dia
tidak memilikinya dan ia memiliki unta betina yang umurnya memasuki
tahun keempat (hiqqah), maka ia boleh mengeluarkannya ditambah dua ekor
kambing jika memungkinkan atau 20 dirham. Barangsiapa yang wajib
mengeluarkan seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun keempat,
padahal ia tidak memilikinya dan ia memiliki unta betina yang umurnya
masuk tahun kelima, maka ia boleh mengeluarkannya ditambah 20 dirham
atau dua ekor kambing. Barangsiapa yang wajib mengeluarkan seekor anak
unta betina yang umurnya masuk tahun keempat, padahal ia tidak
memilikinya dan ia memiliki unta betina yang umurnya masuk tahun ketiga
(bintu labun), maka ia boleh mengeluarkannya ditambah dua ekor kambing
atau 20 dirham. Barangsiapa yang wajib mengeluarkan seekor anak unta
betina yang umurnya masuk tahun ketiga, padahal ia tidak memilikinya dan
ia memiliki unta betina yang umurnya masuk tahun keempat, maka ia boleh
mengeluarkannya ditambah 20 dirham atau dua ekor kambing. Barangsiapa
yang wajib mengeluarkan seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun
ketiga, padahal ia tidak memilikinya dan ia memiliki unta betina yang
umurnya masuk tahun kedua (bintu makhad), maka ia boleh mengeluarkannya
ditambah 20 dirham atau dua ekor kambing.” [14]
2. Zakat Sapi
Nishab Dan Ukuran (Jumlah) Yang Wajib Dikeluarkan
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengutusku ke Yaman dan
beliau memerintahkanku agar mengambil zakat dari setiap 40 ekor sapi,
seekor sapi betina berumur dua tahun lebih (musinnah), dan dari setiap
30 ekor sapi, seekor anak sapi berumur setahun lebih (tabi’) yang jantan
atau yang betina.” [15]
3. Zakat Kambing
Nishab Dan Jumlah Yang Wajib Dikeluarkan
Dari Anas bahwasanya Abu Bakar telah menulis surat untuknya yang berisi
kewajiban zakat yang telah diwajibkan Allah dan Rasul-Nya, di antara
isinya, “Zakat kambing yang dilepas mencari makan sendiri, jika telah
mencapai jumlah 40 hingga 120 ekor, zakatnya seekor kambing. Jika lebih
dari 120 hingga 200 ekor, zakatnya dua ekor kambing. Jika lebih dari 200
hingga 300 ekor, zakatnya tiga ekor kambing. Jika lebih dari 300 ekor
kambing, maka setiap 100 ekor zakatnya satu ekor kambing. Apabila jumlah
kambing yang dilepas mencari makan sendiri tersebut kurang dari 40
ekor, maka tidak wajib atasnya zakat kecuali jika pemiliknya
menginginkan hal tersebut.”[16]
Syarat-Syarat Wajibnya Zakat Hewan Ternak
1. Telah sampai nishabnya. Dan hal ini telah diterangkan secara jelas dalam hadits-hadits yang telah berlalu.
2. Telah berlalu haul (satu tahun), berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
لاَ زَكَاةَ فِي مَالٍ حَتَّى يَحُوْلَ عَلَيْهِ الْحَوْلُ.
“Tidak wajib zakat pada harta yang belum sampai haulnya (satu tahun).” [17]
3. Hendaklah hewan ternak tersebut selama setahun lebih sering
digembalakan dengan cara mencari rumput sendiri, berdasarkan sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, “Zakat kambing yang dilepas
mencari makan sendiri, jika telah mencapai jumlah 40 hingga 120 ekor,
zakatnya seekor kambing...” [18]
Dan juga sabdanya:
فِي كُلِّ إِبِلٍ سَائِمَةٍ فِي كُلِّ أَرْبَعِيْنَ ابْنَةُ لَبُوْنٍ.
“Pada setiap 40 ekor unta yang dilepas mencari makan sendiri, zakatnya
seekor anak unta betina yang umurnya memasuki tahun ketiga.” [19]
Jenis Harta Yang Tidak Boleh Diambil Sebagai Zakat
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam ketika mengutus Mu’adz ke Yaman beliau bersabda:
وَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ.
“Dan janganlah engkau mengambil harta-harta mereka yang mulia (sebagai zakat)...” [20]
Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu anhu telah
menulis surat untuknya yang berisi kewajiban zakat yang telah
diwajibkan Allah dan Rasul-Nya, yang berbunyi, “Tidak boleh dikeluarkan
untuk zakat hewan, hewan yang tua dan yang cacat, dan tidak bo-leh
dikeluarkan yang jantan kecuali jika pemiliknya menghendaki.” [21]
Hukum Harta Yang Terkumpul Padanya Dua Hak
Jika tercampur harta dua orang atau lebih dari orang-orang yang wajib
zakat dan tidak bisa dibedakan antara harta salah seorang di antara
mereka dengan yang lainnya, maka mereka berdua mengeluarkan satu zakat
saja jika telah wajib atas mereka berdua mengeluarkan zakat.
Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu anhu telah
menulis surat untuknya yang berisi kewajiban zakat yang telah
diwajibkan Allah dan Rasul-Nya, yang di antaranya berbunyi, “Tidak boleh
dikumpulkan antara hewan-hewan ternak yang terpisah dan tidak boleh
dipisahkan antara hewan-hewan ternak yang terkumpul karena takut
mengeluarkan zakat. Hewan ternak kumpulan dari dua orang, pada waktu
zakat harus kembali dibagi rata antar keduanya.” [22]
Kelima : Zakat Harta Karun (Rikaz)
Ar-Rikaz adalah harta yang terpendam sejak zaman Jahiliyyah yang
kemudian dikeluarkan tanpa membutuhkan biaya dan tenaga yang banyak.
Diwajibkan untuk segera mengeluarkan zakatnya tanpa ada syarat harus
sampai nishab dan haul. Hal ini berdasarkan keumuman sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam:
وَ فِي الرِّكَازِ الْخُمُسُ.
“Zakat rikaz adalah seperlima.” [23]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz,
Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia
Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta,
Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September
2007M]
_______
Footnote
[1]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 1391)], Sunan Abi Dawud (IV/447, no. 1558).
[2]. Hasan: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir, (no. 5582)], [Silsilah
al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 559)], Sunan Abi Dawud (IV/426, no.
1549), Ad-Daraquthni (II/105).
[3]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 1384)], Sunan Abi Dawud (IV/427, no. 1550), ad-Daraquthni (II/105).
[4]. Shahih: [ Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah 879], Mustadrak al-Hakim (I/401), al-Baihaqi (IV/125).
[5]. Awaaq: bentuk jamak dari auqiyah, Ibnu Hajar berkata, “Telah
disepakati bahwa ukuran auqiyah dalam hadits ini sama dengan 40 dirham
yang ter-buat dari perak murni.”
[6]. Ausuq: bentuk jamak dari wasaq -dengan huruf wawu difat-hahkan atau
boleh juga dikasrahkan- yaitu 60 sha’, lihat Fat-hul Baari (III/364),
cet. Daar ar-Rayyan.
[7]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/310, no.
1447) ini adalah lafazhnya, Shahiih Muslim (II/673, no. 979), Sunan
at-Tirmidzi (II/69, no. 622), Sunan an-Nasa-i (V/17), Sunan Ibni Majah
(I/571, no. 1793).
[8]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 4271)], Shahiih Muslim
(II/675, no. 981) ini adalah lafazhnya, Sunan Abi Dawud (IV/486, no.
1582), Sunan an-Nasa-i (V/42).
[9]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 427)], Shahiih
al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/347, no. 1483) dan ini adalah lafazhnya,
Sunan Abi Dawud (IV/485, no. 1581), Sunan at-Tirmidzi (II/76, no. 635),
Sunan an-Nasa-i (V/41), Sunan Ibni Majah (I/581, no. 1817).
* Khirsh an-Nakhiil: Memperkirakan berapa jumlah buah kurma kering yang
akan diperoleh dari buah kurma basah yang terdapat di sebuah pohon.
At-Tirmidzi menceritakan dari sebagian ahli ilmu bahwa yang dimaksud di
sini adalah jika terdapat buah kurma basah (ruthab) dan anggur yang
wajib untuk dikeluarkan zakatnya, maka pemerintah setempat mengutus
sese-orang yang ahli untuk menaksirkan berapa jumlah zakat yang harus
dike-luarkan, kemudian dia memperhatikan pohon tersebut lalu berkata:
Dari pohon ini akan menghasilkan sejumlah sekian dari kurma kering
(tamr), lalu dia menghitungnya dan menghitung zakatnya sebanyak
sepersepuluh dari jumlah yang diperkirakan, kemudian meninggalkannya
bersama pemiliknya, manakala datang waktu panen diambil darinya zakat
sebanyak sepersepuluh. (Fat-hul Baari III/403, cet. Dar ar-Rayyan)
[10]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 2643)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari (III/343, no. 1481, 3079).
[11]. Hasan lighairihi (hadits yang dha'if tetapi karena banyak jalur
sanadnya, maka ia naik menjadi hasan): [Irwaa-ul Ghaliil (no. 805)],
Sunan Abi Dawud (IX/276, no. 3396).
[12]. Telah berlalu takhrijnya
[13]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 1375)], Shahiih al-Bukhari
(Fat-hul Baari) (III/317, no. 1454), (III/316, no. 1453), Sunan Abi
Dawud (IV/431, no. 1552), Sunan an-Nasa-i (V/18), Sunan Ibni Majah
(I/575/1800) hadits yang kedua saja.
[14]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 1375)], Shahiih al-Bukhari
(Fat-hul Baari (III/317, no. 1454, III/316, no. 1453)), Sunan Abi Dawud
(IV/431, no. 1552), Sunan an-Nasa-i (V/18), Sunan Ibni Majah (I/575, no.
1800) pada hadits yang kedua saja.
[15]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 1394)], Sunan at-Tirmidzi
(II/68, no. 619), Sunan Abi Dawud (IV/457, no. 1561), Sunan an-Nasa-i
(V/26), Sunan Ibni Majah (I/576, no. 1803) dan lafazh ini adalah
miliknya, sedangkan da-lam riwayat yang lainnya ada tambahan pada akhir
hadits ini.
[16]. Telah berlalu takhrijnya.
[17]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 7497)], Sunan Ibni
Majah (I/571, no. 1792), ad-Daraquthni (II/90, no. 3), al-Baihaqi
(IV/103).
[18]. Penggalan hadits Abu Bakar yang telah berlalu takhrijnya.
[19]. Telah berlalu takhrijnya.
[20]. Muttafaq 'alaihi: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/357, no.
1496), Sha-hiih Muslim (I/50, no. 19), Sunan at-Tirmidzi (II/69, no.
621), Sunan Abi Dawud (IV/467, no. 1569), Sunan an-Nasa-i (V/55).
[21]. Telah berlalu takhrijnya
[22]. Telah berlalu takhrijnya.
[23]. Muttafaq 'alaihi: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari (III/364, no.
1499)), Sha-hiih Muslim (III/1334, no. 1710), Sunan at-Tirmidzi (II/77,
no. 637), Sunan an-Nasa-i (V/45), Sunan Ibni Majah (II/839, no. 2509),
Sunan Abi Dawud (VIII/341, no. 3069), hadits ini dalam riwayat dua
kitab, yang pertama diriwayatkan secara panjang, adapun dalam kitab yang
lainnya tidaklah disebutkan kecuali seperti lafazh di atas.
http://almanhaj.or.id/content/953/slash/0/harta-yang-wajib-dikeluarkan-zakatnya/