Tampilkan postingan dengan label Al-Qur'an. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Al-Qur'an. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Mei 2014

Faedah dari Ayat Kursi

Ayat kursi merupakan salah satu ayat yang agung dalam al Quran. Ayat ini telah sering kita dengar, bahkan sebagian besar di antara kita telah menghafal ayat ini. Marilah sejenak kita mempelajari ayat ini untuk mengambil beberapa pelajaran berharga dari ayat yang mulia ini.

Allah Ta’ala berfirman :

اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَنَوْمُُ لَّهُ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَمَافِي اْلأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَابَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ {255}

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al Baqarah:255)

[Keutamaan Ayat Ini]
Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan : “Ayat yang mulia ini merupakan ayat al Quran yang paling agung, paling utama, dan paling mulia. Hal ini karena ayat ini mengandung penjelasan perkara-perkara yang agung dan sifat-sifat Allah yang mulia. Oleh karena itu banyak hadist yang memotivasi manusia untuk membaca ayat ini dan menjadikannya sebagai wirid yang dibaca saat pagi dan sore, ketika hendak tidur, dan dzikir setelah sholat fardhu”[1]


Di antara hadist yang menunjukkan keutamaan ayat kursi adalah hadist berikut :
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ { اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ } قَالَ فَضَرَبَ فِي صَدْرِي وَقَالَ وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ

Dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hai Abu Mundzir! tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat al Quran yang ada padamu yang paling utama?” Abu Mundzir berkata: saya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bertanya lagi: “Hai Abu Mundzir, tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat al Quran yang ada padamu yang paling utama?” Abu Mundzir berkata: Saya menjawab, “Allahu laa ilaaha illaa huwal Hayyul Qayyum” Abu Mundzir berkata: lalu beliau menepuk dadaku seraya bersabda: “Demi Allah, semoga dadamu dipenuhi dengan ilmu, wahai Abu Mundzir”[2]. Dan masih banyak hadist lain yang menunjukkan keutamaan ayat ini.

[Penetapan Tiga Macam Tauhid]
Dalam ayat kursi terdapat penetapan tiga macam tauhid yaitu tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma’ wa sifat. Pada awal ayat merupakan penetapan tauhid uluhiyah, yakni firman Allah { اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ } (Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia), maksudnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Kemudian Allah menyebutkan tauhid asma’ wa sifat dalam firman-Nya { الْحَيُّ الْقَيُّومُ} (Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri). Ini merupakan penetapan sifat hidup dan berdiri sendiri (tidak butuh kepada makhluk)i bagi Allah Ta’ala. Dan firman Allah { لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَنَوْمُُ } merupakan penafian. Allah menafikan dari diri-Nya sifat kekurangan dan cela yaitu sifat ngantuk dan tidur. Dalam firman-Nya  { لَّهُ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَمَافِي اْلأَرْضِ } (kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi) merupakan penetapan rububiyah Allah, Dialah pemilik langit dan bumi dan yang ada di dalamnya.[3]


[Nama Allah Al Hayyu dan Al Qayyum]
Dua nama di atas adalah nama bagi Allah Ta’ala yang terdapat dalam 3 tempat di dalam Al Quran, yaitu ayat kursi, awal surat Ali ‘Imran (ayat2), dan dalam surat Thaaha (ayat111).
Dalam nama Al Hayyu terdapat penetapan sifat hidup bagi Allah. Yaitu sifat hidup yang sempurna, tidak didahului ketiadaan dan tidak disertai kehancuran dan fana, serta tidak ada kekurangan dan cela. Kehidupan yang berkonsekuensi sempurananya sifat-sifat Allah, baik ilmu-Nya, pendengaran-Nya, penglihatan-Nya, kemampuan-Nya, kemauan-Nya, kasih sayang-Nya, dan perbuatan yang Allah kehendaki. Dengan demikian, hanya Allah semata yang berhak untuk diibadahi, sebgaimana firman-Nya :

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لاَيَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا {58}

Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.”(Al Furqan:58)

Adapun dalam nama Allah Al Qayyum terdapat penetapan qayyumiyah sebagai sifat bagi Allah, yakni keadaan Allah yang berdiri sendiri. Nama Allah Al Qayyum mengandung dua hal :

Pertama. Sempurnanya ketidakbutuhan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia berdiri sendiri, tidak membutuhkan makhluknya, sebagaimana firman-Nya :

يَآأَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَآءُ إِلَى اللهِ وَاللهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ {15}

Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (Faathir:15)

Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي

Sesungguhnya kalian tidak akan dapat menimpakan mudharat sedikitpun kepada-Ku dan tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kepada-Ku “[4]

Kedua. Sempurnanya kemampuan dan pengaturan Allah terhadap makhluk-Nya. Allah menopang para makhluknya dengan kekuatan-Nya, dan seluruh makhlukk fakir (butuh) terhadap Allah. Allah tidak sedikitpun butuh terhadap makhluk. ‘Arsy, Kursi, langit dan bumi, gunung dan pohon, manusia dan hewan, semuanya fakir  kepada Allah. Allah berfirman :

أَفَمَنْ هُوَ قَآئِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَآءَ قُلْ سَمُّوهُمْ

Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah: “Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu“. …” (Ar Ra’du :33).[5]

[Meminta Syafaat Hanya kepada Allah]
Ayat yang agung ini juga mengandung pelajaran penting tentang syafaat. Bahwa syafaat adalah milik Allah dan hanya boleh meminta syafaat kepada Allah semata. Allah berfirman :

مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?”

Allah Ta’ala tidak melarang meminta syafaat secara mutlak, bahkan terdapat syafaat  yang diterima di sisi Allah, yaitu syafaat yang mendapat izin dari Allah terhadap orang yang mentauhidkan-Nya. Syafaat yang diterima oleh Allah harus memenuhi dua syarat :

Pertama. Izin syafaat dari Allah Ta’ala. Semua syafaat adalah milik-Nya semata, sebagaimana Allah berfirman :

قُلِ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا … {44}

Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya” (Az Zumar:44)

Tidak ada sesuatupun yang memberi syafaat, baik itu malaikat maupun Nabi tanpa izin Allah ‘Azza wa Jalla.

Kedua. Ridho Allah terhadap orang yang diberi syafaat. Orang yang meminta syafaat adalah ahli tauhid yang tidak menjadikan selain Alah sebagai pemberi syafaat, sebagaimana firman-Nya :

وَلاَيَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضَى …{28}

dan mereka  (para malaikat) tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah” (Al Anbiya’:28)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ
Manusia yang beruntung dengan syafaatku pada hari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah, dengan tulus dari lubuk hatinya.” [6]

Syafaat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam –tentunya setelah mendapat izin dari Allah- tidak akan didapatkan kecuali oleh ahli tauhid murni. Ini bertentangan dengan keyakinan kaum musyrikin yang menyangka bahwa syafaat akan diberikan dengan menjadikan wali-wali mereka sebagai pemberi syafaat, serta beribadah dan mencintai sesembahan selain Allah. [7]

[Luasnya Ilmu Allah Ta’ala]

يَعْلَمُ مَابَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ

Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya

Pada firman Allah Ta’ala (yang artinya) “Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka” di dalamnya terdapat penetapan sempurnanya ilmu Allah ‘Azza wa Jalla. Allah mengetahui segala sesuatu, yang telah lalu, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Tidak ada sesuataupun yang tersembunyi, ilmu Allah mencakup semuanya. Dalam firman Allah (yang artinya) “mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya” merupakan penafian (peniadaan). Allah menafikan pada makhluk mengetahui ilmu Allah, kecuali yang telah Allah berikan kepadanya. Mereka tidak mengetahui perkara ghaib, tidak ada yang mengetahu perkara ghaib kecuali Allah semata.[8]

[Kursi, Makhluk Allah yang Agung]

Allah Ta’ala berfirman :
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ

“Kursi Allah meliputi langit dan bumi”

Kursi adalah salah satu makhluk Allah. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata :

إنه موضع قدمي الله عز وجل
Kursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah”[9]

Kursi bukanlah ‘Arsy. ‘Arsy lebih besar dari Kursi, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah shalaallhu ‘alaihi wa sallam :

أن السماوات والسبع والأرضين السبع بالنسبة للكرسي كحلقة ألقيت في فلاة من الأرض، وأن فضل العرش على الكرسي كفضل الفلاة على هذه الحلقة

Sesungguhnya langit dan bumi yang tujuh dibandingakn dengan Kursi Allah bagaikan gelang yang dilempar di tanah lapang, dan keagungan ‘Arsy disbanding Kursi bagaikan tanah lapang dbianding gelang” [10]

Ini menunjukkan atas agungnya makhluk-makhluk Allah. Keagungan makhluk menunjukkan atas keagungan Penciptanya.[11]

[Allah Ta’ala Yang Maha Tinggi]

وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa Allah adalah Yang Maha Tinggi. Nama Allah Al ‘Aliy (Yang Maha Tinggi) menunjukkan tingginya Allah secara mutlak ditinjau dari berbagai sisi.

Pertama. Allah Maha Tinggi dalam dzat-Nya (‘uluw dzat). Allah istiwa’ (tinggi dan menetap) di atas ‘Arsy, Allah berada di atas segala sesuatu. Allah berfirman :

الرَّحْمَنُ عَلَى اْلعَرْشِ اسْتَوَى {5}

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang istiwa’ di atas ‘Arsy .” (Thaaha:55)

Kedua. Allah Maha Tinggi dalam kekuasaan-Nya (‘uluw qodar). Sifat-sifat Allah tinggi dan agung. Sifat Allah agung, tidak menyamai dan menyerupai dengan sifat sesuatu papun, bahkan hamba tidak layak disifati  dengan salah satu sifat-Nya.

Ketiga. Allah Maha Tinggi, mengalahkan yang lainnya (‘uluw qohar)[12]

[Kesimpulan]
Di akhir ketika menyimpulkan kandungan ayat ini, Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan : “ Ayat ini mencakup penjelasan tentang tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma’ wa shifat. Dan juga penjelasan cakupan kepemilikan, peliputan ilmu Allah, luasnya kekuasan-Nya, keagungan dan kemuliaan Allah Ta’ala, serta keagungan kebesaran-Nya, dan ketinggian Allah di atas seluruh makhluk-Nya. Ayat ini secra khusus mengandung penjelasan tentang akidah tentang asma’ dan sifat Allah”[13]

Demikian penjelasan beberapa faedah yang dapat diambil dari ayat kursi. Semoga paparan ringkas ini bermanfaat dan menambah keimanan kita. Wa shalallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
Penulis: Abu ‘Athifah Adika Mianoki
Artikel www.muslim.or.id

Catatan kaki
[1]. Taisir Karimir Rahman, Syaikh As Sa’di, Tafsir Al Baqoroh 255. [2]. H.R Muslim 810. [3]. Duruus min Al Quran hal 27, Syaikh Shalih Fauzan, Daarul ‘Aashimah. [4]. H.R Muslim 2577. [5]. Lihat Fiqhul Asmaail Husna hal 103-107, Syaikh ‘Abdurrozzaq. [6]. H.R Bukhari 99. [7]. Al Mufiid fii Muhammaati at Tauhiid 168, Dr. ‘Abdul Qodir Shufiy, Adwaus Salaf. [8] Duruus min Al Quran 28. [9]. Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Mukhtasar ‘Uluw 40 [10]. Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalm Ash Shahihah 109 [11]. Syarh ‘Aqidah al Washitiyah 127, Syaikh ‘Utsaimin. [12]. Fiqhul Asmaail Husna 174-175 [13]. Taisir Karimir Rahman, Tafsir

 http://muslim.or.id/tafsir/faedah-dari-ayat-kursi.html

Kamis, 10 April 2014

Resep Soto Ada di Al-Qur’an?


Pada sebuah warung Soto, dua orang sedang bercakap-cakap. Salah seorang diantara keduanya adalah seorang muslim, sedangkan yang lainnya non muslim. Si non muslim mengajukan pertanyaan kepada temannya yang muslim, entah bermaksud menguji, atau mengejek. “Eh, katanya di kitabmu itu (Al Qur’an) menjelaskan segala sesuatu?” katanya membuka percakapan, “coba ada nggak di kitabmu itu resep membuat Soto Ayam?”

Mungkin yang dimaksud adalah penggalan surat An Nahl ayat 89, yang artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.

atau bisa juga yang ada di surat Yusuf ayat 111, yang artinya “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.

Saudara muslim ini pun tak kalah cerdas,  ”Tentu saja ada! Jangankan Soto Ayam…Gulai Ayam, Sate Kambing, Sop Buntut, Nasi Kebuli, apa saja deh yang kamu mau, semua ada”
Tambah heranlah temannya yang non muslim itu, namun belum terima begitu saja “Coba, tunjukkan di surat mana!”

“Sabar dulu”, kata si Muslim, kemudian dia memanggil tukang masak warung itu “Mas, tolong tunjukkan pada saya bagaimana cara membuat Soto Ayam seperti di warung ini”
Kemudian si tukang masak pun menjelaskan dengan rinci, mulai dari bahan-bahan yang dibutuhkan, cara memasak, hingga cara menyajikan.

“Nah, di Al-Qur’an itu menjelaskan yang seperti itu”, kata si Muslim kepada temannya yang non muslim.

“Ah masa? Coba tunjukkan di surat mana?”, kata si non muslim yang sekarang giliran merasa diledekin temannya itu.

“Tentu saja ada”, lalu si muslim membacakan surat An Nahl ayat 43 “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”

“tuh kan, ada…Al-Qur’an itu menyuruh kita bertanya kepada ahlinya kalau kita memang tidak tahu. Jadi, bukannya menjadi sok tahu lalu urusan jadi berantakan” kata si Muslim. [*] 

Hikmah dan Faedah:
  1. Al-Qur’an memuat kaidah-kaidah (rumus) umum, sedangkan rinciannya bisa ditemukan lagi di kitab-kitab Hadits, atau dari ijtihad ulama berdasarkan kaidah umum yang ada. Itulah mengapa Al-Qur’an itu akan cocok sepanjang masa. Jika Al-Qur’an merinci seluruh permasalahan, akan menjadi kitab yang sangat tebal.
  2. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berilmu, maka diperintahkan untuk mencari ilmu, baik dengan membaca maupun bertanya. Dalam bertanya pun diperintahkan untuk bertanya kepada yang mempunyai pengetahuan tentang yang ditanyakan, bukan bertanya kepada sembarang orang.
  3. Menunjukkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, hingga orang-orang pun diperintahkan untuk bertanya kepada mereka.
  4. Ilmu yang dimaksud adalah apa yang ada di dalam Al-Qur’an, lalu Hadits Nabi Shallallahu’alaihi wasalam, kemudian perkataan para Sahabat, dan ulama-ulama yang mengikuti mereka dengan baik.
  5. Merupakan anjuran untuk bertanya kepada Ahlinya, termasuk dalam urusan/ilmu dunia sehingga urusan menjadi benar. Karena jika suatu urusan diserahkan atau ditanyakan kepada yang bukan ahlinya, maka menjadi rusaklah urusan itu.
  6. Dahulu, ketika wahyu masih turun dan syariat belum sempurna, para sahabat dilarang banyak bertanya, sebagaimana hadits yang shahih “Apa-apa yang aku larang bagi kalian, maka tinggalkanlah; dan apa-apa yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian. Hanyalah yang membinasakan orang-orang sebelum kalian, karena banyaknya pertanyaan mereka dan menyelisihi nabi-nabi mereka” [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (6858) & Muslim dalam Shohih-nya (1336)], karena dikhawatirkan syariat akan menjadi berat, sehingga orang yang bertanya akan mendapat hukuman yang berat.
  7. Namun sekarang syariat telah sempurna, maka setiap muslim bisa bertanya apa saja karena semua jawaban telah ada dengan sempurnanya syariat. Pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan untuk mencari-cari celah dalam agama atau untuk menimbulkan syubhat dalam agama, niscaya akan terjawab oleh ahli ilmu.
  8. Meskipun demikian, ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak selayaknya dilontarkan, bahkan bisa mengarah kepada perbuatan atau keyakinan yang bid’ah, seperti mempertanyakan Dzat Allah, kaifiyat Allah, ayat-ayat yang mutasyabihaat, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang berkaitan dengan aqidah yang tidak pernah ditanyakan oleh generasi terbaik (Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut tabi’in), sementara mereka adalah kaum yang paling bersemangat dalam kebaikan. Sebagaimana kisah masyhur yang terjadi pada Imam Malik (wafat th. 179 H) rahimahullah ditanya tentang istiwa’ Allah, maka beliau menjawab: ”Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah, dan aku tidak melihatmu kecuali dalam kesesatan.” Kemudian Imam Malik rahimahullah menyuruh orang tersebut pergi dari majelisnya. [Syarhus Sunnah lil Imaam al-Baghawi (I/171), Mukhtasharul ‘Uluw lil Imaam adz-Dzahabi (hal. 141), cet. Al-Maktab al-Islami, tahqiq Syaikh al-Albani.]
Tentu masih banyak hikmah dan faedah yang bisa diambil dari setiap ayat Al-Qur’an, yang tidak akan pernah cukup sekalipun air laut menjadi tinta. Hanya kepada Allah kembalinya segala kebenaran, dan Allah Maha Pemaaf atas segala kekurangan.
——————————————————————————————————————————————-
* Kisah di warung Soto didengar dari kajian Ustadz Abdullah Hadhrami hafidhahullah,
dengan beberapa perubahan dalam penyusunan kalimat.
Sumber: http://pustakaalatsar.wordpress.com/tag/bertanyalah/
http://faisalchoir.blogspot.com/2012/10/resep-soto-ada-di-al-quran.html 

Tafsir Al Jalalain


Syaikh Shalih Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah ditanya :

ما رأيكم في ‏”‏تفسير الجلالين‏”‏‏؟‏

Apa pendapatmu tentang tafsir Al Jalalain ?

 Syaikh hafidzahullah menjawab :

جواب السؤال ‏”‏تفسير الجلالين‏”‏ تفسير مختصر ألفه الحافظان‏:‏ الحافظ المحلي والمحافظ السيوطي، وكل منهما يلقب بجلال الدين، لذلك سمي بالجلالين، أي‏:‏ تفسير جلال الدين المحلي وتفسير جلال الدين السيوطي؛ لأن جلال الدين المحلي توفي قبل إكماله فأكمله السيوطي‏.‏

Tafsir Al Jalalain adalah tafsir ringkas yang ditulis oleh dua orang Al hafidz/Al hafidzaan, yaitu Al Hafidz Al Mahali dan Al Hafidz As Suyuthi. Mereka berdua digelari dengan Jalaluddin, oleh karena itu dinamakan Al Jalalain, yaitu tafsir dari Jalaluddin Al Mahali dan Jalaluddin As Suyuthi. Kemudian karena Jalaluddin Al Mahali meninggal dunia sebelum menyelesaikan tafsirnya tersebut maka diselesaikan oleh As Suyuthi.

وهو تفسير مختصر جدًا يسهل على طالب العلم أو المبتدئ قراءته أو حفظه، لكن من المعلوم أن كلا المُفسّرين على عقيدة الأشاعرة وهما يؤولان آيات الصفات كما هو مذهب الأشاعرة، ومن هذه الناحية يجب الحذر في الاعتماد على تفسيرهما في آيات الصفات‏.‏

Kitab tersebut adalah kitab tafsir yang sangat ringkas sehingga mudah bagi para penuntut ilmu atau pemula untuk membaca atau menghafalnya. Namun sudah diketahui bahwa kedua penulis kitab tafsir tersebut berada diatas aqidah Al Asya’irah, mereka berdua mentakwil ayat-ayat yang menjelaskan tentang sifat Allah sebagaimana madhzab Al Asya’irah. Berdasarkan hal ini maka wajib berhati-hati menjadikan tafsir mereka sebagai sandaran dalam menafsirkan ayat-ayat sifat.

Sumber : http://islamancient.com/play.php?catsmktba=15594
__________
http://abukarimah.wordpress.com/2012/02/17/tafsir-al-jalalain/

Download TAFSIR JALALAIN. (CHM Bahasa Indonesia) Download Disini.
http://faisalchoir.blogspot.com/2012/09/tafsir-al-jalalain.html

9 Faedah Tentang Tafsir


Oleh : Ustadz Aris Munandar hafizhahullah

1. KONDISI KAUM MUSLIMIN

Tim tafsir DEPAG RI (Prof. TM Hasbi Ash Shidiqi rahimahullah dkk) mengatakan, “Masih banyak di antara kaum muslimin yang masih memuja kuburan, mempercayai adanya kekuatan ghaib pada batu-batu, pohon-pohon, gua-gua, dan sebagainya. Karena itu mereka memuja dan menyembahnya dengan ketundukan dan kekhusyukan, yang kadang-kadang melebihi ketundukan dan kekhusyukan menyembah Allah sendiri. Banyak juga di antara kaum muslimin yang menggunakan perantara (wasilah) dalam beribadah, seakan-akan mereka tidak percaya bahwa Allah Maha Dekat kepada hamba-Nya dan bahwa ibadah yang ditujukan kepada-Nya itu akan sampai tanpa perantara. Kepercayaan seperti ini tidak berbeda dengan kepercayaan syirik yang dianut oleh orang-orang Arab Jahiliyyah dahulu, kemungkinan yang berbeda hanyalah namanya saja.” (Al-Qur’an dan Tafsirnya, Departemen Agama RI, jilid 3, hlm. 574 ketika menafsirkan QS. al-A’rof [71]:138, edisi cetak ulang oleh UII, 1995)

2. PENGERTIAN JILBAB MENURUT KEMENAG RI

“Jilbab ialah Sejenis Baju Kurung yang Lapang Yang Dapat Menutup Kepala, Muka, dan Dada.”
Definisi ini menunjukkan bahwa muslimah yang berjilbab menurut Kementerian Agama RI adalah dengan bercadar. Jika tidak bercadar maka belumlah dikatakan berjilbab karena belum memenuhi kriteria “menutupi muka”.

Definisi jilbab di atas bisa dijumpai di Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 8 hlm. 43 ketika menafsirkan QS. al-Ahzab (33): 59. Sebagaimana juga bisa dijumpai dalam catatan kaki no. 1233 dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI.

3. CONTOH IJMA’ DALAM TAFSIR

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاء وَاللّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Setan menjanjikan (baca: menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan dan menyuruh kalian untuk melakukan perbuatan keji. Sedangkan Alloh menjanjikan untuk kalian ampunan dari-Nya dan karunia. Dan Alloh maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui.” (QS. al-Baqoroh [2]: 268)

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Perbuatan keji yang dimaksudkan oleh ayat di atas adalah bakhil alias kikir berdasarkan ijma.” (Thoriq al-Hijrotain wa Bab as-Sa’adatain hlm. 456, terbitan al-Maktabah al-’Ashriyyah, Beirut, cet. pertama, 1424 H)

4. KEINGINAN NABI YUSUF 'ALAIHISSALAM

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَن رَّأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Robbnya.” (QS. Yusuf [12]: 24)

Syaikh Shofiyurrohman al-Mubarokfuri rahimahullah mengatakan, “Makna ayat di atas adalah Yusuf 'Alahissalam tidaklah berkeinginan untuk berzina dengan wanita tersebut karena dia melihat tanda dari Robbnya. Adapun apa yang dimaksud dengan tanda yang dilihat oleh Yusuf maka tidak terdapat riwayat shohih yang menjelaskannya.” (Catatan kaki Tafsir al-Jalalain hlm. 238, terbitan Dar al-Salam, Riyadh, cet. kedua, 1422 H)

5. HILANG AKAL KARENA WANITA

وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفاً

“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. an-Nisa’ [4]: 28)

Waki’ mengatakan, “Akal sehat seorang laki-laki itu tiba-tiba hilang ketika dia tergoda wanita.” (Tafsir Ibnu Katsir jilid 1 hlm. 636 ketika menjelaskan ayat di atas, cet. kedua 1418H, terbitan Maktabah Dar al-Salam Riyadh)

Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata, “Alloh menyebutkan adanya keringanan dalam masalah ini (yaitu pernikahan) lalu Alloh menceritakan kelemahan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia itu lemah untuk bisa bersabar menghadapi syahwat biologis.” (Zad al-Ma’ad juz 4 hlm. 250, terbitan Mu’assasah al-Risalah, Beirut, cet. keempat, 1425 H).

6. ISBAL DAN DELAPAN PENAFSIRAN

Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah mengatakan, “Larangan isbal bagi laki-laki adalah salah satu dari delapan pendapat mengenai makna firman Alloh Subhanahu wa ta'ala:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. al-Muddatsir [74]: 4)

Maksudnya ‘tinggikanlah ujung pakaianmu‘ (baca: Jangan isbal!). Hal ini dikarenakan tidak isbal itu menyebabkan kain lebih terjaga dari najis. Lain halnya jika kain yang diseret di permukaan tanah sangat besar kemungkinannya untuk terkena najis.” (Hadd al-Tsaub wa al-Uzroh hlm. 18, Maktabah al-Sunnah, Kairo, cet. pertama, 1421 H; Zadul Masir karya Ibnul Jauzi jilid 8 hlm. 400-401, terbitan al-Maktab al-Islami, cet. ketiga, 1404 H).

7. ALEXANDER THE GREAT

Sebagian orang beranggapan bahwa Dzulqornain yang Alloh sebutkan namanya dalam al-Qur’an adalah Alexander The Great. Ini adalah anggapan yang keliru. Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan:

“Demikian pula para ahli filsafat Yunani semisal Aristoteles dan kawan-kawannya. Mereka adalah orang-orang musyrik yang menyembah patung berhala dan benda-benda langit. Aristoteles itu hidup tiga ratus tahun sebelum Nabi Isa. Aristoteles adalah menterinya Iskandar Philips al-Maqduni (dari Macedonia, Red.). Iskandar Philips inilah yang kisah hidupnya terekam dalam sejarah Romawi dan Yunani serta dicatat oleh Yahudi dan Nasrani.

Iskandar Philips itu bukan Dzulqornain yang Alloh sebutkan dalam al-Qur’an sebagaimana anggapan sebagian orang bahwa Aristoteles adalah menteri dari Dzulqornain. Anggapan salah ini muncul karena mereka melihat Iskandar Philips itu bernama Iskandar dan Dzulqornain itu bisa juga disebut Iskandar. Akhirnya mereka beranggapan bahwa Dzulqornain adalah Iskandar Philips. Inilah anggapan keliru yang dimiliki oleh Ibnu Sina dan lainnya.

Padahal, yang benar tidaklah demikian. Iskandar Philips yang musyrik dan Aristoteles menjadi menterinya itu hidupnya lebih belakangan dibandingkan Dzulqornain. Iskandar Philips ini bukanlah yang membangun tembok penghalang Ya’juj dan Ma’juj bahkan perjalanannya tidaklah sampai ke negeri Ya’juj dan Ma’juj. Iskandar yang Aristoteles menjadi salah satu menterinya adalah Iskandar yang perjalanan hidupnya dicatat oleh sejarah Romawi yang terkenal.” (al-Furqon Baina Auliya’ ar-Rahman wa Auliya’ asy-Syaithon karya Ibnu Taimiyyah tahqiq Salim al Hilali him. 41-42, terbitan Maktabah al-Rusyd, Riyadh, cet. kedua 1424 H).

8. BISMILLAH TERMASUK AL-FATIHAH ?[1]

Ad-Daruquthni meriwayatkan dengan sanadnya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا قَرَأْتُـمْ الْـحَمْدُ لله فَاقْرَءُوْا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَسَّبْعُ الْـمَثَانِي وَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ إِحْدَاهَا

Dari Abu Huroiroh radhiyallahu'anhu Rosululloh Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian membaca Surah Alhamdulillah (yaitu Surah al-Fatihah) maka bacalah Bismillahirrohman-irrohim. Sesungguhnya Surah Alhamdulillah adalah Ummul Qur’an (induknya al-Qur’an), Ummul Kitab, dan tujuh ayat yang berulang-ulang. Bismillahir-rohmanirrohim adalah salah satu ayatnya.” (Sunan ad-Daruquthni tahqiq Syu’aib al-Arnauth dkk. jilid 2 hlm. 86 hadits no. 1190, terbitan Mu’assasah al-Risalah, Beirut, cet. pertama, 1424 H)

Mengenai hadits di atas Syaikh al-Albani rahimahullaj berkata: “Ini adalah sanad yang shohih baik dengan status marfu’ (sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam) ataupun mauquf (ucapan Abu Huroiroh radhiyallahu'anhu) karena Nuh adalah perawi yang tsiqoh demikian pula para perawi setelahnya. Riwayat yang mauquf tidak bisa kita jadikan alasan untuk menilai cacat riwayat yang marfu’ karena memang perawi itu terkadang meriwayatkan sebuah hadits secara mauquf. Ketika dalam kesempatan yang lain perawi yang tsiqoh tersebut meriwayatkannya secara marfu maka ini adalah tambahan informasi yang wajib diterima.” (Silsilah Shohihah jilid 3 hlm. 179-180 hadits no. 1183, terbitan Maktabah al-Ma’arif, 1415 H).

9. PERBEDAAN “ITSM” DAN “UDWAN”

وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. al-Ma’idah [5]: 2)

Al-itsm dalam ayat di atas diterjemahkan dengan “dosa” sedangkan ‘udwan diterjemahkan dengan “pelanggaran”. Apa beda dua istilah tersebut dalam ayat ini? Itsm adalah semua perbuatan yang haram baik sedikit maupun banyak. Sedangkan ‘udwan adalah perbuatan yang sebenarnya diperbolehkan jika tidak kelebihan dosis, namun berubah menjadi haram karena melewati batas dan kadar yang diperbolehkan. (Lihat Risalah Tabukiyyah atau Zadul Muhajir karya Ibnul Qoyyim tahqiq Salim bin ‘Id al-Hilali hlm. 53-56, Maktabah al-Khorroz, Jedah, KSA, 1429 H).

[Majalah Al-Furqon Gresik, No.112 Edisi 9 Tahun Ke-10_1432 H/ 2011 M, hal. 28-29, dan 32]

________________
Footnote:
[1]. Masalah ini adalah Perbedaan yang Maklum, lihat juga Tafsir Bismillah oleh Syaikh Ibnu Utsiamin rahimahullah –Ibnu Majjah

Sumber: www.ibnumajjah.wordpress.com
Download: 9 Faedah Tentang Tafsir atau ZIP file
http://faisalchoir.blogspot.com/2012/08/9-faedah-tentang-tafsir.html

9 Mutiara Tentang al-Quran


Mutiara Pertama :
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :


إنّ هذا القرءان يهدى للّتى هى أقوم ويبشّر المؤمنين الّذين يعملون الصّلحت أنّ لهم أجرا كبيرا

"Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang - orang Mu'min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (surga)." [al-Quran surat al-Isra' ayat 9]

Mutiara Kedua :
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :
"Tidak ada seorang Nabi pun, melainkan ia diberikan mukjizat. Mukjizat yang dengannya manusia menjadi beriman. Adapun mukjizat yang (terbesar) diberikan kepadaku, maka sesungguhnya ia adalah berupa wahyu yang diturunkan Allah kepada ku (al-Quran), aku berharap agar nantinya aku menjadi Nabi yang memiliki pengikut paling banyak pada hari kiamat." [Shahih : Muttafaq 'Alaihi]

Mutiara Ketiga :
Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu berkata :
"Apabila engkau mendengar Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : يا أيها الّذين آمنوا maka pasanglah telingamu dengan baik untuk mendengarnya, karena sesungguhnya akan datang setelahnya perintah untuk mengerjakan kebaikan atau larangan untuk menjauhi keburukan."

Mutiara Keempat :
Muadz bin Jabal Radhiyallahu'anhu berkata :
"Apabila kalian ingin hidup seperti orang - orang yang bahagia, mati seperti para syuhada, dan mendapatkan kemenangan berupa surga, serta selamat dari neraka, maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan al-Quran, karena sesungguhnya ia adalah perkataan Ar-Rahman dan benteng pertahanan dari setan, serta pemberat timbangan amal kebaikan."

Mutiara Kelima :
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :
"Sesungguhnya orang - orang sebelum kalian melihat al-Quran adalah sebagai surat yang datang dari Tuhan mereka, maka mereka pun mentadabburinya pada malam hari dan melaksanakan (perintah) nya pada siang hari."

Mutiara Keenam :
Al-Laits bin Sa'id rahimahullah berkata :
"Tidaklah ada rahmat yang paling cepat turun nya kepada seseorang, melainkan kepada orang yang mendengarkan al-Quran, karena Allah telah berfirman : "Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik - baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat Rahmat " [al-Quran surat Al-A'raaf ayat 204]

Mutiara Ketujuh :
Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
"Al-Quran adalah jamuan Allah bagi siapa saja yang ingin melahapnya dan al-Quran adalah hidangan-Nya bagi siapa saja yang ingin menyantapnya serta menikmatinya, ayat - ayat nya (al-Quran) adalah petunjuk bagi siapa saja yang menginginkan nya, permisalan - permisalan didalamnya adalah sebagai pelajaran bagi siapa saja yang mentadabburinya, dan hukum - hukumnya adalah sebagai pembatas antara yang halal dan yang haram, kisah - kisahnya adalah sebagai nasehat bagi orang yang memiliki impian, dan kabar - kabarnya menceritakan tentang perjalanan orang - orang terdahulu, serta meriwayatkan kehidupan para Nabi dan Rasul, dan hal - hal lain nya yang dapat menanamkan ke dalam jiwa rasa takut kepada Allah, menumbuhkan rasa wibawa didalam hati, membinasakan perusak - perusak hati beserta penyakit - penyakit, dan dapat pula membantu dalam memenuhi kebutuhan - kebutuhan hidup serta membantu agar terlepas dari rintangan - rintangan hidup, dapat meninggikan iman yang ada didalam hati, menghilangkan penyebab - penyebab kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan, serta menjadikan masyarakat seluruhnya berada dishaf (barisan) yang satu."

Mutiara Kedelapan :
An-Naisaburi rahimahullah berkata :
"Allah Ta'ala menurunkan (al-Quran) tidak sekaligus tetapi menjadikan antara awal dan akhirnya berkisah sekitar dua puluh tahunan, Allah menurunkan nya sebagai bacaan yang agung, pengingat yang penuh hikmah, tali yang menjulur, perjanjian yang kuat, naungan yang merata, jalan yang lurus, didalamnya terdapat mukjizat-mukjizat yang menaklukan, ayat - ayat yang terang, hujjah - hujjah yang benar, petunjuk - petunjuk yang jelas, yang dengan nya Allah mengalahkan segala hujjah ahli kebathilan, membantah segala tipu daya pemerdaya, menolong Islam dan agama-Nya, dan menerangi jalan-Nya, keberkahan nya meluas, hikmahnya berkilau pada sang penutup risalah, penerang jalan, pembimbing umat, penyingkap kegelisahan, penjelas yang penuh hikmah, utusan yang penuh rahmat, pemegang benda kebenaran, penghidup simbol - simbol kejujuran, pelenyap kedustaan, penghapus simbol - simbolnya, menghinakan kesyirikan dan menghancurkan menara - menaranya."

Mutiara Kesembilan :
As-Suyuthi rahimahullah berkata :
"Sesungguhnya kitab suci kita (al-Quran adalah benar - benar suatu mukjizat bagi semua ilmu dan sekaligus sebagai sumbernya. Al-Quran adalah sebagai lingkaran mataharinya, dan tempat terbitnya yang Allah telah titipkan padanya segala sesuatu. al-Quran adalah sebagai penerang bagi orang - orang yang berada diatas petunjuk dan orang - orang yang berada didalam kesesatan, maka engkau lihat semua orang yang memiliki keahlian dalam bidangnya bersandar kepadanya, dan berpegang teguh dengan nya, para ahli fikih mengambil hukum darinya, dan mengeluarkan darinya hukum halal dan haram, para ahli nahwu mengambil darinya kaidah - kaidah bahasa Arab, dan menjadikan nya sebagai tolak ukur kebenaran atau kesalahan bagi suatu perkataan, para ahli ilmu Bayan menjadikan nya sebagai petunjuk untuk memperoleh nozham yang bagus, dan bentuk perkataan nya merupakan sebagai jalan dari ilmu balaghah, didalamnya terdapat kisah - kisah serta kabar - kabar yang dapat mengingatkan para pemilik bashirah, dan pula terdiri dari nasehat - nasehat serta permisalan - permisalan yang dapat menaklukan para pemikir, dan lain sebagainya dari ilmu - ilmu yang tidak terhitung banyaknya, hal ini belum lagi dtambah dengan kefasihan lafadz nya, keindahan metode penyajian nya yang dapat menaklukan akal serta mengusai hati, dan keajaiban dari isi kandungan nya yang tidak ada satupun orang yang sanggup membuatnya kecuali 'Allaamul Ghuyuub -Allah Subhanahu wa ta'ala- saja."

[Dengan al-Quran Masuk Islamlah Mereka hal vi-xi, Abdul Aziz Sayyid Hasyim Al-Ghazzauli. cet Darus Sunnah]

Oleh: Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny Diarsipkan: www.faisalchoir.blogspot.com
http://faisalchoir.blogspot.com/2012/08/9-mutiara-tentang-al-quran.html

35 Akhlak Ahlul Quran

Al-Imam Muhammad Al-Ajurri Al-Baghdadi rahimahullah menjelaskan Akhlak Ahlul Quran didalam kitab beliau Akhlaq Hamalah Al-Quran, kata beliau rahimahullah : 

Pertama-tama yang harus dicamkan oleh Ahlul Quran :

1. Hendaklah ia bertakwa kepada Allah, baik itu sendirian maupun bersama orang banyak, dengan bersikap wara' dalam makanan, minuman dan pekerjaan nya.

2. Dia senantiasa mencermati zaman dan orang-orang yang rusak ditengah menjalaninya, lalu menjaga diri dari mereka dengan tetap memegang teguh agamanya.

3. Dia siap menghadapi segala masalah yang menghadang-hadanginya dan bercita-cita untuk melakukan perbaikan terhadap kekurangan yang ada pada urusan nya.

4. Dia menjaga lisan nya dan berhati-hati dalam berbicara. Jika dia harus angkat suara, dia berbicara dengan ilmu. Dan jika dia mesti diam, maka diamnya pun diatas ilmu, tentu dengan meyakini bahwa diam adalah tindakan yang benar. Dia menghindari obrolan yang tidak berguna. Dia lebih takut terhadap lisan nya ketimbang takut kepada musuhnya. Dia mengekang lisan nya seperti mengekang musuhnya, agar terhindar dari kejahatan dan akibat buruk yang ditimbulkan nya.

5. Dia sedikit tertawa terhadap sesuatu yang biasanya menjadi bahan tertawaan manusia, karena buruknya akibat yang ditimbulkan nya (dari tertawa yang berlebihan). Jika dia merasa senang akan sesuatu yang selaras dengan hatinya, dia cukup tersenyum. Dia tidak suka bercanda, karena bisa terjerumus dalam main-main. sehingga jika dia bercanda, candanya bukanlah kedustaan.

6. Wajahnya cerah dan ucapan nya sopan (dan santun).

7. Tidak pernah dia memuji kelebihan yang ada pada dirinya, apalagi terhadap sesuatu yang tidak dia miliki.

8. Dia sangat berhati-hati agar tidak terjerumus oleh hawa nafsu yang dapat mendatangkan murka Rabb nya.

9. Tidak pernah dia menggunjing seorangpun, tidak pula hasad, bahkan tidak pernah meremehkan orang lain.

10. Dia tidak bergembira dengan musibah -yang menimpa ornag lain- dan tidak menzalimi siapapun.

11. Dia tidak berburuk sangka kepada siapapun kecuali kepada yang berhak.

12. Irinya berlandaskan ilmu dan tidak berhenti mencari hakikat (kebenaran) dengan dasar ilmu.

13. Dia menjadikan al-Quran, as-Sunnah dan Fiqih sebagai petunjuk jalan nya menuju akhlak yang baik lagi menarik.

14. Ahlul Quran juga menjaga anggota tubuh nya dari hal-hal yang dilarang. Jika berjalan, dia berjalan dengan ilmu. Jika duduk, dia duduk dengan ilmu. Dia berusaha semaksimal mungkin agar manusia aman dari gangguan lisan dan tangan nya.

15. Dia tidak bodoh, tetapi jika dianggap bodoh oleh orang lain, dia tetap santun.

16. Dia tidak zalim, tetapi jika dizalimi, dia memaafkan.

17. Dia tidak menganiaya siapapun, tetapi jika dia dianiaya orang lain, dia bersabar.

18. Dia menahan amarahnya demi mengharapkan ridha Tuhan nya dan membuat marah musuhnya.

19. Dia bersikap tawadhu'. Jika disampaikan kebenaran kepadanya, dia menerimanya, baik dari anak kecil maupun orangtua.

20. Dia hanya memburu kedudukan tinggi dihadapan Allah Subhanahu wa ta'ala, bukan dihadapan makhluk.

21. Dia benci kesombongan karena takut jangan-jangan mencelakai dirinya.

22. Dia tidak mencari makan dengan al-Quran, tidak senang jika seluruh keperluan dirinya dipenuhi dari ucapah mengajar al-Quran. Dia tidak menggunakan al-Quran untuk merayu hati para penguasa, dan tidak bermajelis al-Quran bersama orang-orang kaya saja, agar mereka menghormatinya. (Tetapi dia bermajelis bersama semua orang).

23. Dia Qanaah dengan sedikit rezeki dan merasa cukup.

24. Dia waspada terhadap dunia yang akan melalaikan nya.

25. Dia senantiasa mengikuti kewajiban dalam al-Quran dan Sunnah.

26. Dia mewajibkan dirinya berbakti kepada kedua orangtua. Maka, dia menunjukkan rasa hormat kepada mereka berdua, merendahkan suaranya dihadapan mereka, mempersembahkan hartanya kepada mereka, memandang keduanya dengan penuh pemuliaan dan kasih sayang, mendoakan keduanya agar tetap baik-baik saja, membalas kebaikan keduanya ketika mereka sudah tua, tidak merasa bosan terhadap mereka dan tidak menghindari mereka. Jika kedua (orangtua) nya, meminta tolong untuk melakukan suatu ketaatan, dia membantu mereka. Namun jika keduanya meminta tolong untuk melakukan suatu kemaksiatan, dia tidak membantu tetapi tetap bersikap lemah lembut terhadap mereka dalam penolakan nya tersebut. Dia menjaga adab terhadap keduanya, agar mereka mengurungkan niat melakukan hal- hal buruk yang tidak berfaedah bagi mereka.

27. Dia senantiasa menyambung tali persaudaraan dan tidak suka memutuskan nya. Jika ada yang memutuskan hubungan dengan nya, maka dia tidak berbuat hal yang sama.

28. Dan jika ada yang berbuat maksiat kepada Allah dalam bergaul dengan nya, dia tetap mentaati Allah dalam pergaulan nya.

29. Dia bergaul dengan orang-orang beriman atas landasan ilmu, dan majelis bersama mereka dengan landasan ilmu. Orang yang berteman dengan nya mendapatkan manfaat.

30. Dia bersikap sopan terhadap teman duduknya (sepergaulan nya).

31. Dia tidak menghina orang yang berbuat salah dan tidak mempermalukan nya.

32. Dia bersikap lembut (dan tetap tegas) dalam segala urusan, sabar dalam mengajarkan kebaikan, menyayangi para pelajar, membuat majelis jadi ceria. Bermajelis dengan nya mendatangkan kebaikan.

33. Dia memperlakukan orang yang duduk bersamanya dengan adab al-Quran dan Sunnah.

34. Keinginan nya bukanlah kapan dia mengkhatamkan satu surah. Tetapi keinginan nya adalah kapan dia merasa cukup dengan Allah dan tidak membutuhkan yang lain nya.

35. Dia selalu bertanya, "Kapan saya menjadi orang yang bertakwa? Dan kapan saya menjadi orang baik?"

[Dinukil dari kitab Wasiat Rasul kepada Pembaca dan Penghafal al-Quran hal 9 - 12, karya Syaikh DR.Muhammad Musa Nasr. Judul asli nya adalah Fadha'ilul Qur'an wa Hamalatihi fis Sunnah Al-Muthaharah -yang merupakan Skripsi beliau di Universitas Islam Madinah Fakultas al-Quran. dengan penambahan nomer] 

Oleh Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny Diarsipkan: www.faisalchoir.blogspot.com
http://faisalchoir.blogspot.com/2012/08/35-akhlak-ahlul-quran.html

10 Kisah Seputar al-Quran



Kisah pertama: Ingin memalsukan al-Quran, tetapi malah masuk Islam

Allah Subhanahu wa ta'ala berjanji didalam al-Quran, bahwa Dia akan menjaga al-Quran. firman-Nya:
إنّانحن نزّلنا الذّكر وإنّا له لحفظون

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar - benar memeliharanya." [al-Quran surat Al-Hijr ayat 9]
Imam al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan kisah menarik yang berhubungan dengan pemeliharaan al-Quran didalam kitab Tafsir nya (10/5,6)

Berikut kisah nya :

Khalifah Al-Ma'mun (adalah) seorang kepala negara yang memiliki sebuah majelis diskusi. Kemudian sejumlah orang yang berpakaian bagus, berwajah tampan, dan bertubuh wangi masuk kedalam majelis tersebut, ia ikut berbicara. Pembicaraan nya sangat bagus dan gaya bicaranya indah.
Ketika majelis tersebut selesai, Khalifah Al-Ma'mun memanggilnya dan bertanya kepadanya : "Apakah kamu orang Israil?"
Ia menjawab : "Ya"
Al-Ma'mun kemudian berkata kepadanya : "Masuklah kedalam agama Islam, agar aku bisa berbuat sesuatu kepadamu.!"
Ia lalu memanjanjikan sesuatu kepadanya. Tetapi orang itu menjawab : "Agamaku adalah agama nenek moyangku." Ia kemudian pergi

Setelah setahun kemudian, ia datang lagi dalam keadaan telah memeluk agama Islam. Ia mahir dan sangat pintar dalam masalah fikih, terlihat dari tema pembicaraan nya.
Ketika majelis telah selesai, Ma'mun memanggilnya dan berkata : "Bukankah kamu dulu pernah datang?"
Ia menjawab : "Ya, benar"
Khalifah Al-Ma'mun bertanya lagi : "Apa yang menyebabkan mu memeluk agama Islam?" Ia pun bercerita :

Katanya : "Ketika aku pergi dari hadapan yang mulia, aku bermaksud menguji kebenaran agama - agama ini. Padahal baginda saat itu memandangku orang baik. Aku kemudian mencari Taurat dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku menambahkan dan mengurangi isinya. Aku kemudian menawarkan nya ke biara (rumah ibadah yahudi) dan mereka membeli ketiga naskah tersebut dariku.

Setelah itu aku mengambil Injil dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku menambah dan mengurangi isinya. Lalu aku masuk kedalam gereja (rumah ibadah nasrani) dan mereka pun membeli ketiga naskah itu dariku.

Aku kemudian mengambil al-Quran dan membuat tiga naskah salinan nya. Aku menambah dan mengurangi isinya. Kemudian aku masukkan ke tempat penjual kertas, mereka (penjual kertas yang muslim itu) membolak balik lembaran nya. Ketika mereka mendapatkan ada tambahan dan kekurangan padanya, mereka membuangnya dan tidak mau membelinya. Dari situ aku tahu bahwa al-Qur'an ini terjaga. Dan itulah yang menyebabkan aku masuk Islam."

[At-Tafsir An-Nabawi li Al-Quran, Salman Fahd Audah. Terjemahan nya Bagaimana Nabi dan Sahabat Menafsirkan al-Quran hal 19-20. cet Pustaka Azzam]

Demikianlah, salah satu kisah bagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala menjaga al-Quran melalui para penghafal al-Quran. 

Kisah Kedua: Wafat Karena al-Quran

Muhammad bin Basyar Al-Makki rahimahullah bercerita :

"Pada suatu hari kami pernah bersama Ali bin Al-Fudhail, kami melewati sebuah halaqah al-Quran yang gurunya sedang membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :


ليجزى الّذين أسئوا بما عملوا ويجزى الّذين أحسنوا بالحسنى
"(Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang - orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang - orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." [al-Quran surat An-Najm ayat 31]

Maka Ali bin Al-Fudhail pada saat itu tersentak lalu pingsan. Kemudian datanglah Al-Fudhail -ayahnya- dan berkata : "Sungguh dia adalah orang yang meninggal karena al-Quran." Kemudian dia (al-Fudhail) membawanya.

Beberapa orang yang membawanya bercerita kepada ku (Muhammad bin Basyar) bahwasanya Al-Fudhail berkata tentang anaknya yakni Ali, bahwa pada hari itu tidak dapat melaksanakan shalat zhuhur, ashar, maghrib, dan shalat isya', karena ia belum sadar dari pingsan nya, dan ketika malam hari barulah beliau sadar lalu beliau mengerjakan shalat - shalat yang tertinggal oleh nya.

Al-Khatib berkata : "Beliau (Ali) meninggal sebelum ayahnya (Al-Fudhail) yaitu beberapa saat setelah mendengar ayat yang dibaca, maka dia pun pingsan lalu meninggal seketika itu juga. Ibrahim Basysyar berkata : "Ayat yang menyebabkan Ali bin Al-Fudhail meninggal dunia adalah ayat dalam surat al-An'aam :

ولو ترى إذ وقفوا على النّار . فقالو يليتنا نردّ
"Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata : "Seandainya kami dikembalikan (ke dunia...)" [al-Quran surat al-An'aam ayat 27]

Aku termasuk orang yang menshalatkan nya. Semoga Allah merahmatinya."

[100 Qishshah min Qashash Ash-Shalihin. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran, hal 154 - 155. karya Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

ٍSubhanallah... Alangkah Dahsyat al-Quran.
Bagaimana dengan kita..! Sudah kita memahami al-Quran dengan baik..?
Semoga Allah memudahkan kita didalam memahami ayat-ayatNya dan mengambil pelajaran dari kitab-Nya.

Kisah Ketiga: Ibu Berusia 65 tahun, Buta huruf Mampu Menghapal al-Quran selama 16 tahun.

 
Seorang ibu bernama Ummu Muhammad (Wadhha Ath-Tahyyar) berusia 65 tahun.

Ia bercerita : "Proses penyimakan yang terus menerus dan alat perekam merupakan dua karunia Allah yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan keinginan ku untuk menghafal al-Quran al-Karim.

Perjalanan hidup ku bersama hafalan al-Quran telah berjalan 16 tahun lamanya, tetapi sungguh aku sangat merasa kebahagiaan yang hakiki khususnya ketika aku baru mulai menghafal al-Quran.

Diantara unsur penting yang dapat membantu dalam menghafal  adalah adanya niat yang jujur, ikhlas karena Allah semata, dan bersabar terhadap segala kesulitan. Sesungguhnya aku adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga aku banyak mendapatkan kesulitan yang luar biasa diawalnya. Namun segala puji hanya milik Allah, aku menggunakan alat perekam dan meminta pertolongan seorang guru wanita untuk datang kerumahku membaca al-Quran kepada ku dan menyimak hafalanku setiap harinya. Tidak lupa pula bahwa motivasi anak-anak ku yang tiada hentinya merupakan dorongan bagi ku untuk meneruskan kegiatanku dalam menghafal.

Karena buta huruf, maka ketergantungan ku pada indra pendengaran merupakan hal yang paling utama bagi ku. Ini merupakan salah satu karunia Allah sebagai ganti dari sifat buta hurufku sehingga bisa mewujudkan impianku mengkhatamkan al-Quran selama 16 tahun di lingkungan ahli al-Quran. Aku memohon kepada Allah agar menjadikan ku termasuk hamba - hamba-Nya ahli Quran, karena al-Quran adalah cahaya bagi manusia sewaktu didalam kuburnya.

Akhir kata aku mengajak saudari - saudari ku untuk menghafal al-Quran karena sesungguhnya hal tersebut mudah dan ringan sekali bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala."

[Majalah Al-Usrah hal 15. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 132-133. Hamdan Hamud al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah, bagaimana dengan kita yang masih muda, apalagi -alhamdulillah- sebagian kita tidak buta huruf? Kemana waktu kita pergi dan habiskan?

Mulailah...bacalah, hafallah, dan ulangilah 

Kisah Keempat: Singa pun Mendengarkan al-Quran dengan Khusyu'

Ahmad bin Thulun adalah salah seorang pemimpin Mesir Zaman dahulu dan juga merupakan seorang Ulama yang memiliki kedudukan yang mulia. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan bin Ahmad bin Banan. Beliau rahimahullah pernah mendekam di penjara.

Penyabab dia dijebloskan ke penjara adalah karena dia dahulu pernah menemui salah seorang pejabat, lalu beliau mendakwahinya. Pejabat tersebut pun marah kepada beliau seperti orang yang pura - pura tidak mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam : "Ada dua orang yang apabila dua orang ini baik, maka menjadi baiklah umat dan apabila buruk, maka akan menjadi buruklah umat tersebut yakni para ulama dan umara."

Pejabat itu marah dan hilanglah kesabaran nya lalu dia memerintahkan kepada para tentaranya : "Seretlah orang ini dan sodorkanlah dia kepada singa yang lapar. Kemudian kuncilah dia bersama singa tersebut dan biarkanlah dia hingga tubuhnya habis dimakan singa."

Ulama tersebut yakni Ahmad Thulun dimasukkan ke dalam penjara dengan Singa yang sedang kelaparan. Keesokan harinya, para penjaga penjara menemukan ulama tersebut sedang duduk dengan tenang dan nyaman sambil berdzikir mengingat Allah Ta'ala dan membaca ayat - ayat Al-Quran yang penuh berkah.

Mereka mendapati singa yang kemarin kelaparan tersebut sedang menundukkan kepalanya dengan tenang dan penuh kekhusyukan, menyimak ayat - ayat al-Quran (yang dibacakan).

Bagaimana bisa demikian? Ketahuilah karena sesungguhnya al-Quran itu adalah firman Allah Subhanahu wa ta'ala : Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun." [al-Quran surat az-Zumar ayat 23]

Kemudian bagaimana tidak? Yang telah menurunkan al-Quran itu adalah Allah Ta'ala yang telah berfirman : "Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir." [al-Quran surat al-Hasyr ayat 21]

['Ajaib al-Qishash hal 82. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 156-158. Hamdan Hamud Al-Hajiri]

Subhanallah... Jika Singa yang buas yang sedang kelaparan saja khusyu' mendengarkan al-Quran, lalu bagaimana dengan kita? Kita bisa membaca al-Quran, alhamdulillah. Tapi sudah kah kita khusyu' dan mengambil pelajaran dari al-Quran?

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? [al-Qamar ayat 17, 22, 32, 40]

Kisah Kelima: Menghafal al-Quran ketika menunggu Sidang
 
Syaikh DR.Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani bercerita :

"Kisah unik lain yang saya dengar juga adalah para tahanan di salah satu penjara tidak ada yang memiliki mushaf al-Quran. Oleh karena itu, masing masing dari mereka (para narapidana) mendiktekan hafalan al-Quran yang dia miliki kepada narapidana lain nya, sehingga semua narapidana dapat menghafal seluruh al-Quran (tanpa mushaf). Kecuali halaman terakhir dari surat Al-Anfaal. Sebab tidak ada seorang pun dari mereka yang menghafalnya. Hal ini sangat merisaukan mereka. Hingga akhirnya, ketika tiba giliran persidangan salah seorang dari mereka, dan ia keluar menuju lorong pengadilan untuk menunggu giliran, maka hal yang pertama yang ia (salah seorang narapidana) lakukan adalah mencari orang yang menghafal penghujung surat al-Anfaal.

Secara kebetulan ia mendapatkan nya diantara orang - orang yang hadir disitu. Lalu orang itupun mendiktekan hafalan nya kepada nya (yakni nara pidana tadi) dengan cara berbisik. Kemudian ia pun kembali kepada teman - teman nya dengan membawa hadiah yang paling berharga.

Sekembalinya ke penjara, mereka (nara pidana) lain nya langsung berkerumun disekelilingnya, lalu ia mendiktekan (halaman terakhir dari surat al-Anfaal) kepada yang lain nya. Ternyata mereka langsung dapat menghafalnya sejak pertama kali mendengarnya, seperti layaknya surat al-Fatihah."

[Cara Mudah dan Cepat Menghafal al-Quran hal 202-203, DR.Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani. cet Pustaka Imam Syafi'i. judul asli nya Kaifa Tahfazhul Quran al-Karim]

Subhanallah, begitu semangatnya para narapidana ini dalam menghafal al-Quran.
Bagaimana dengan kita?

Kisah Keenam: Seorang Penyanyi Menjadi Seorang Qari' al-Quran

Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu : "Bahwa pada suatu hari, beliau melewati suatu tempat pada arah Kufah, tiba - tiba beliau mendapati sekumpulan orang - orang fasik yang sedang meminum khamr. Diantara mereka, ada seorang penyanyi yang bernama Radzan yang bernyanyi sambil memainkan alat musik, dan memiliki suara yang indah. Kemudian ketika Abdullah bin Mas'ud mendengar suaranya ia berkata : "Aduhai alangkah indahnya suara ini seandainya digunakan untuk membaca al-Quran." Kemudian Abdullah bin Mas'ud menutupi kepalanya dengan kain nya dan berlalu.

Ketika Radzan mendengar ucapan Ibnu Mas'ud (secara sayup-sayup), ia pun bertanya kepada teman - teman nya : "Siapakah orang ini?" Maka teman - teman nya menjawab : "Dia adalah Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu, dia adalah sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam."

Kemudian ia (Radzan) bertanya lagi : "Apa yang ia katakan tadi?"

Lantas mereka menjawab : "Sesungguhnya ia tadi berkata : "Aduhai alangkah indahnya suara ini seandainya digunakan untuk membaca al-Quran."

Kemudian tersentuhlah hati Radzan dengan ucapan tersebut, lalu ia pun melempar Al-'Ud (semacam alat musik jenis kecapi) ketanah dan menghancurkan nya.

Kemudian ia bergegas mencari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu hingga ia menemuinya, lalu ia meletakkan sapu tangan dilehernya. Lantas ia menangis dihadapan Abduillah bin Mas'ud, maka Abdullah bin Mas'ud memeluknya dan menangislah mereka berdua.

Kemudian Abdullah berkata : "Bagaimana aku tidak mencintai orang yang Allah Ta'ala telah mencintainya (karena bertaubat)." Ia pun bertaubat dari dosanya dan senantiasa mengikuti pelajaran Abdullah bin Mas'ud. Sehingga ia pun mendapatkan banyak manfaat dari al-Quran serta ilmu darinya, yang pada akhirnya hal tersebut menjadikan nya seorang Imam dalam bidang ilmu." 

[Qaidul Awabid hal 20. Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran, hal 168-169. Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah...

Sangat jarang sekali yang ada seperti ini pada zaman ini. Bahkan yang banyak terjadi adalah orang yang dianggap ustadz, menjadi seorang Penyanyi. La Haula wa La Quwata Ilaa Billah -semoga Allah memberi hidayah kepada mereka-.

Kisah Ketujuh: "Aku membenci al-Quran, dan Al-Quran pun meninggalkan diri ku."

Syaikh Muhammad Ya'qub berkata :

"Aku pernah duduk bersama seseorang yang termasuk dari kalangan konglomerat yang ternama. Kemudian ia bercerita kepada ku : "Wahai Syaikh, apakah engkau mengetahui bahwa dahulu aku pernah menghafal al-Quran Al-Karim seluruhnya. Hal itu karena dahulu orangtuaku selalu memaksaku untuk menghafalnya hingga akhirnya aku pun dapat menghafalkan nya. Namun, aku sebenarnya tidak mencintai al-Quran sedikitpun. La Haula wa La Quwata Ila Billah, justru yang aku rasakan al-Quran adalah kesedihan bagi hatiku.

Aku seringkali berangan - angan agar aku bisa mengendarai mobil, kemudian aku dapat tinggal di villa dan memiliki sebuah pabrik. Aku tidak menginginkan al-Quran, aku ingin menjadi kaya, aku ingin menjadi raja dan aku ingin.... aku ingin... aku ingin..."

Kemudian laki - laki itu melanjutkan ceritanya : "Pada suatu malam, aku bermimpi dan ku lihat dalam mimpiku sebuah hal yang aneh. Aku memegang mushaf dan mendekapnya ke dadaku dengan erat dan penuh rasa cinta, kemudian datanglah seorang laki laki dan beliau mengambil al-Quran dariku dengan kasar dan kuat.

Pada pagi harinya, aku tidak dapat mengingat al-Quran walaupun satu huruf sekalipun. Kemudian aku meneruskan pendidikan ku ke jenjang perguruan tinggi jurusan bisnis. Setelah itu semua, Allah membukakan bagiku dunia berupa harta dan benda yang berlimpah.

Demi Allah, Demi Allah, aku tidak perlu berdusta. Sungguh telah berlalu 10 tahun lamanya, sementara aku kini berusia 68 tahun, aku tidak dapat merasakan nikmatnya tidur, kecuali setelah badanku terasa lelah karena menangis dan meratap, menyesali diriku dengan apa yang telah aku lakukan terhadap al-Quran. Sekarang wahai Syaikh, aku tidak mampu menghafal al-Quran walaupun hanya satu ayat saja dan yang lebih parahnya lagi aku tidak mampu membaca walaupun hanya satu ayat. La Haula wa La Quwata Ilaa Billah." 

[Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 166-167, Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Siapa yang membenci al-Quran, maka Allah Subhanahu wa ta'ala tidak membutuhkan nya?
“Ambilah ibarat (pelajaran dari kejadian itu) hai orang-orang yang mempunyai pandangan”. (Al-Hasyr : 2)

Kisah Kedelapan: "Ku Robek Al-Quran, Al-Quran pun Merobek Hidup ku."

Imam Al-Mawardi rahimahullah menceritakan didalam kitab nya Adab Ad-Din wa Ad-Dunya bahwasanya Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik pada suatu hari bermain - main dengan mushaf al-Quran sebelum ia keluar dari rumahnya, maka dia membuka mushaf, terbukalah firman Allah Subahanhu wa ta'ala  :
واستفتحوا وخاب كلّ جبّار عنيد
"Dan mereka memohon diberi kemenangan dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang - wenang lagi keras kepala." [al-Quran surat Ibrahim ayat 15]

Kemudian ia merobek - robek mushaf al-Quran tersebut dan berkata : "Apakah engkau mengancam setiap orang yang keras kepala lagi pembangkang?

Inilah aku orang yang keras kepala lagi pembangkang. Apabila engkau mendatangi Rabbmu pada hari kiamat nanti, Katakanlah : "Wahai Rabbku, sesungguhnya Walid telah merobek - robek ku."

Beberapa hari kemudian, Allah memberikan nya kematian dengan seburuk - buruk kematian. Kepalanya disalib di istana nya sendiri diatas pagar tertinggi di negerinya."

[Adab Ad-Din wa Ad-Dunya hal 307, Al-Marwadi. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran 172-173, Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah] 
Kisah Kesembilan: Menangis karena Satu Ayat al-Quran

Pada suatu malam, Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah melaksanakan shalat malam, kemudian beliau terus menerus menangis hingga membuat keluarganya merasa khawatir terhadap nya.

Mereka pun bertanya kepadanya. "Apa yang menyebabkan mu menangis?" Namun beliau terdiam dan terus menerus menangis. Kemudian keluarganya mengirim utusan kepada Abu Hazim untuk memberi tahu keadaan nya. Oleh karena itu, datanglah Abu Hazim dan mendapati beliau sedang menangis, lantas dia (Abu Hazim) bertanya kepada nya (Muhammad bin Al-Munkadir) : "Wahai saudaraku, apa yang menyebabkan mu menagis? Sungguh engkau telah membuat keluarga mu khawatir?"

Maka dia (Muhamamd bin Al-Munkadir) menjawab : "Sesungguhnya aku telah melewati sebuah ayat dari al-Qur'an."

Lalu Abu Hazim rahimahullah meneruskan pertanyaan nya "Ayat apakah itu?" Muhammad bin Al-Munkadir menjawab : "Firman Allah Azza wa Jalla :
ولو أنّ للّذين ظلموا مافي الأرض جميعا ومثله معه , لافتدوابه من سوء العذاب يوم القيمة , وبدالم مّن الله مالم يكونوا يحتسبون
"Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan." [al-Quran surat az-Zumar ayat 47]

Maka Abu Hazim menangis juga dan tangisan mereka berdua semakin menjadi - jadi. Sebagian keluarga Ibnu Al-Munkadir berkata kepada Abu Hazim : "Kami membawa mu agar dapat menyelesaikan masalahnya, tetapi engkau justru malah menambahnya (menanggis)." Kemudian dia menceritakan kepada mereka apa yang sebenarnya menyebabkan mereka berdua menangis." 

[100 Qishshah Min Qashsh Ash-Shalihin. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 155-156, Hamdan Hamud AL-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah...
Kapan air mata kita mengalir karena al-Quran? Karena makna didalamnya?


Kisah Kesepuluh: Pencinta Nyanyian dan Pencinta al-Quran Ketika Wafat

Simak kisah berikut, dan ambillah pelajaran dari nya.

Salah seorang pekerja pemantau lalu lintas bercerita :
"Tiba - tiba kami mendengar suara tabrakan yang kuat, ternyata sebuah mobil yang menabrak mobil yang lain nya. Ini merupakan sebuah kecelakaan yang sulit untuk digambarkan, karena ada dua orang dalam keadaan sangat parah. Kemudian kami mengeluarkan dan membaringkan mereka ditepi jalan. Lalu kami berusaha mengeluarkan pemilik mobil yang satunya, tetapi kami menemukan nya telah meninggal dunia.

Kemudian kami kembali kepada kedua orang tadi, dan ternyata kami menemukan mereka dalam keadaan sekarat, maka dengan segera teman ku men-talqin-kan kepadanya kalimat Syahadat. Tetapi lidah kedua orang tersebut justru malah melantunkan nyanyian. Keadaan ini semakin membuat ku merinding, tetapi temanku berlaku sebaliknya, ia terus men-talqin-kan kalimat syahadat kepada mereka berdua karena ia mengetahui bagaimana seharusnya bersikap terhadap keadaan yang demikian. Namun demikian, usaha teman ku itu sia-sia, mereka berdua terus melantunkan nyanyian-nyanyian, dan semakin lama suara lantunan mereka semakin melemah. Kemudian orang yang pertama diam lalu di ikuti dengan orang yang kedua hingga akhirnya mereka pun menghembuskan nafas nya yang terakhir.

Lantas ia (taman ku) berkata : "Aku belum pernah menyaksikan kejadian yang seperti ini dalam hidupku."

"Kemudian kami membawa mereka berdua dengan mobil. Teman ku berkata : "Sesungguhnya manusia itu mengakhiri hidupnya dengan kebaikan atau keburukan tergantung dengan keadaan lahir dan batin nya."

Maka aku pun takut dengan kematian, aku banyak mengambil pelajaran dari kejadian tersebut dan melakukan shalat pada hari itu dengan khusyu'.

Berselang beberapa waktu, terjadi lagi sebuah kecelakaan yang sangat mengherankan pula yang menimpa seseorang yang mengendarai mobil dengan kecepatan yang biasa.

Pada waktu itu, mobilnya sedang dalam keadaan rusak karena terperosok pada sebuah terowongan yang menuju kearah kota. Ia pun turun dari mobilnya untuk memperbaiki kerusakan pada salah satu ban, kemudian secara tiba-tiba datang sebuah mobil yang melaju dengan kencang, dan menabraknya dari belakang lalu ia terjatuh dengan luka yang cukup parah. Kemudian kami membawanya dengan mobil lalu menghubungi rumah sakit.

Ia adalah seorang pemuda yang masih berusia beliau. Seorang yang berpegang teguh dengan agamanya yang dapat terlihat jelas dari penampilan nya dan ketika kami membawanya kami mendengar bergumam, tetapi kami tidak bisa mengerti apa yang sedang ia katakan. Namun ketika kami meletakkan nya didalam mobil dan berjalan (menuju rumah sakit), maka barulah kami dapat mendengar nya dengan jelas. Ternyata ia sedang melantunkan Al-Qur'an dengan suara lemah. Subhanallah.

Dia terlihat melakukan hal tersebut ketika dalam keadaan kritis. Ia terus melantunkan al-Quran dengan suara yang indah dan tiba-tiba ia terdiam. Kemudian aku menoleh ke belakang dan ternyata dia sedang mengangkat jari telunjuknya sambil bersyahadat kemudian kepalanya tertunduk. Aku pun meloncat ke belakang, aku sentuh tangan nya, dadanya, nafasnya, tidak ada reaksi apa-apa, ternyata ia telah meninggal dunia.

Aku pun menatapnya dan meneteskan air mataku. Lalu aku memberitahukan teman ku bahwa ia telah meninggal dunia, maka teman ku pun menangis. Aku pun masih menangis terisak dan suasana didalam mobil menjadi sangat mengharukan sekali, hingga kami tiba dirumah sakit.

Kemudian kami memberitahukan kejadian nya kepada setiap orang yang kami temui. Banyak diantara mereka yang terharu dan ikut meneteskan air mata. Diantara mereka, ada yang setelah mendengar kisah pemuda tersebut, lalu pergi menghampirinya lalu mencium kening pemuda tersebut. Semua nya bersikeras untuk tetap duduk disana untuk menshalatkan nya. Salah seorang petugas menghubungi rumah pemuda ini dan pada saat itu, orang yang menerima telepon adalah saudara kandungnya.

Kemudian ia berkata tentang saudara nya itu : "Dia pergi setiap hari Senin untuk mengunjungi neneknya yang tinggal sendirian didesa dan dia selalu mencari para janda, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin (untuk bersedekah). Orang-orang didesa tersebut sangat mengenalnya dan ia juga selalu membaca buku-buku dan kaset-kaset, sedangkan mobilnya penuh dengan beras dan gula untuk dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan hingga permen untuk anak-anak pun tidak dia lupakan.

Dia selalu menjawab jika ditanya tentang jauhnya jarak perjalanan yang dia tempuh "Sesungguhnya aku selalu mengambil manfaat dari jauhnya perjalanan dengan menghafal al-Quran dan mengulangnya, dan juga dengan kaset-kaset yang bermanfaat, sesungguhnya aku selalu memohon ganjaran pahala atas setiap langkah yang aku ayunkan."

Salah seorang yang hadir disana berkata : "Dulu aku sering merasa bahwa diriku selalu terombang ambing tanpa arah di dalam kehidupan ini. Aku selalu dihempaskan oleh kebingungan dari segala arah karena waktu ku banyak yang kosong dan pengetahuan ku yang sedikit dan aku pada waktu itu sangat jauh sekali dari Allah.

Ketika kami menshalatkan pemuda tersebut, lalu kami menghadiri penguburan nya dan setelah pemuda itu memulai menjalani hari pertamanya diakhirat, maka aku seolah-olah mulai menjalani hari pertamaku didunia ini. Aku benar-benar telah bertaubat kepada Allah Yang Maha Esa."

[Hikayat Min Suu' Al-Khatimah hal 37-38. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 181-184. Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Alangkah indahnya akhir kehidupan para ahli Qur'an, para penghafal al-Quran.
Dan alangkah buruknya akhir kehidupan para ahli nyanyian.

Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan ahli al-Quran. Aamiin
____________

Sumber: Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny Diarsipkan: www.faisalchoir.blogspot.com

http://faisalchoir.blogspot.com/2012/08/10-kisah-seputar-al-quran.html

Keutamaan Belajar Tafsir Al-Qur’an


Ingin tahu tafsir Al-Qur’an? Sebarapa penting ilmu ini dan keutamaan-keutamaannya? Artikel berikut akan membahas pengantar dari macam-macam ilmu Tafsir Al-Qur’an.

Sesungguhnya hal yang paling berhak diperhatikan ilmunya dan dicapai puncak ma’rifatnya, adalah ilmu yang diridhoi Allah dan yang menunjukkan jalan yang benar kepada pemiliknya. Yang itu semua terdapat dalam Kitabullah, yang tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Turun dari-Nya tanpa kebimbangan di dalamnya.

Setiap pembacanya akan menemukan gudang yang berlimpah dan pahala yang agung. Tidak ada kebatilan di hadapan dan di belakangnya. Diturunkan oleh Yang Mahabijaksana dan Maha Terpuji.
Dialah Al-Qur’an yang merupakan tali Allah yang kokoh, peringatan yang penuh hikmah, jalan yang lurus, tidak diselewengkan oleh hawa nafsu, tidak tercampur lisan-lisan manusia, tak usang walau diulang-ulang, tidak habis keajaibannya, tidak puas-puasnya para ulama mengambil kandungannya.

Barangsiapa yang berucap dengannya akan benar, barangsiapa yang mengamalkannya dijanjikan dengan pahala, barangsiapa yang berhukum dengannya akan adil, barangsiapa yang menyeru kepadanya akan ditunjukkan oleh Allah ke jalan yang lurus, barangisapa yang meninggalkannya karena kesombongan akan dibinasakan oleh Allah dan barangsiapa yang mencari petunjuk selainnya akan disesatkan oleh Allah. Allah berfirman,

Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang amat sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. 

Berkatalah ia, “Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah orang yang melihat?”.

Allah berfirnan, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini, kamupun dilupakan.” (QS. Thoha: 123 – 126)1

Pentingnya Ilmu Tafsir 

Tidaklah Allah menurunkan Al-Qur’an Al-Karim kepada manusia melainkan agar mereka memahaminya, memikirkan dan mengamalkannya. Allah Ta’ala berfirman,

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shod: 29)

Ibnu Jarir Ath-Thobari berkata,
“Di dalam hasungan Allah kepada hamba-hamba-Nya agar mereka mengambil ibroh dari ayat-ayat Al-Qur’an terpadat perintah yang mewajibkan mereka mengetahui tafsir ayat-ayat yang mampu diketahui oleh manusia.”2

Ibnu Mas’ud berkata,
“Sungguh seseorang di antara kami (sahabat) jika mempelajari sepuluh ayat dari Al-Qur’an tidak akan melampauinya sampai dia mengetahui maknanya dan mengamalkannya.”

Dan merupakan hal yang dimaklumi bahwa yang dimaksud dengan setiap perkataan adalah pemahaman makna-maknanya, bukan sekedar lafadznya. Maka Al-Qur’an lebih berhak untuk dipahami daripada semua perkataan.4

Sa’id bin Jubair berkata,
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an kemudian tidak tahu tafsirnya, maka seakan-akan dia seperti orang buta atau orang badui (Arab gunung).”5

Dan Allah telah mencela ahli kitab karena mereka berpaling dari kitabullah yang diturunkan kepada mereka. Mereka sibuk mengurusi dunia dan mengumpulkannya. Maka wajib bagi kita kaum muslimin untuk berhenti dari apa yang dicela oleh Allah dan melaksanakan perintah-Nya untuk mempelajari kitabullah dan memahaminya. Allah berfirnan,

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)

Imam Suyuthi berkata, “Para ulama telah sepakat bahwa ilmu tafsir termasuk dari fardhu-fardhu kifayah.”6

Dengan ungkapan senada, Al-Anshori berkata, “Pekerjaan yang paling mulia untuk digeluti manusia adalah tafsir Al-Qur’an.”7


Catatan Kaki

1 Majmu’ Fatawa 13/330.
2 Tafsir Thobari: 1/161.
3 Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya 1/60 dengan sanad yang shahih.
4 Majmu’ Fatawa: 13/332.
5 Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya 1/60 dengan sanad hasan.
6 Al-Itqon fi Ulumil Qur’an: 2/385.
7 Dinukil oleh Suyuthi dalam Al-Itqon: 2/386.

Dikutip dari majalah Al Furqon 01/II/1424H hal 16 – 17
http://faisalchoir.blogspot.com/2012/08/keutamaan-belajar-tafsir-al-quran.html

Hikmah Diturunkannya Al-Quran Secara Berangsur-Angsur


Oleh: Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
 
Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam sekaligus satu kitab. Tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat, ayat-perayat menurut tuntutan peristiwa yang melatarinya. Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau tujuannya ialah:
1. Untuk menguatkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Firman Allah Subhanahu wa ta'ala: “Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya Kami kuatkan hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)

Kata Abu Syamah, ayat itu menerangkan bahwa Allah memang sengaja menurunkan Qur’an secara berangsur-angsur. Tidak sekali turun langsung berbentuk kitab seperti kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul sebelumnya, tidak. Lantas apa rahasia dan tujuannya? Tujuannya ialah untuk meneguhkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab dengan turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Muhammad. Dengan begitu turunnya melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering), yang tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik di bulan Ramadhan, ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril. 

2. Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur’an, karena menurut mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu Allah menantang mereka untuk membuat satu surat saja yang (tak perlu melebihi) sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat saja yang seperti Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab. 

3. Supaya mudah dihapal dan dipahami.
Memang, dengan turunnya Qur’an secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta huruf seperti orang-orang arab pada saat itu; Qur’an turun secara berangsur-angsur tentu sangat menolong mereka dalam menghafal serta memahami ayat-ayatnya. Memang, ayat-ayat Qur’an begitu turun oleh para sahabat langsung dihafalkan dengan baik, dipahami maknanya, lantas dipraktekkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya Umar bin Khattab pernah berkata:

“Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat. Karena Jibril biasa turun membawa Qur’an kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam lima ayat-lima ayat.” (HR. Baihaqi) 

4. Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya.  
Dengan begitu kaum muslimin waktu itu memang senantiasa menginginkan serta merindukan turunnya ayat-ayat Qur’an. Apalagi pada saat memerlukannya karena ada peristiwa yang sangat menuntut penyelesaian wahyu; seperti ayat-ayat mengenai kabar bohong yang disebarkan oleh kaum munafik untuk memfitnah bunda Aisyah, dan ayat-ayat tentang li’an. 

5. Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum. 
Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur; yakni dimulai dari maslaah-masalah yang sangat penting kemudian menyusul masalah-masalah yang penting. Nah, karena masalah yang sangat pokok dalam Islam adalah masalah Iman, maka pertama kali yang dipriorotaskan oleh Al-Qur’an ialah tentang keimanan kepada Allah, malaikat, iman kepada kitab-kitabnya, para rasulnya, iman kepada hari akhir, kebangkitan dari kubur, dan surga neraka. Hal itu didukung dengan dalil-dalil yang rasional yang tujuan untuk mencabut kepercayaan-kepercayaan jahiliyah yang berpuluh-puluh tahun telah menancap di hati orang-orang musyrik untuk ditanami/diganti dengan benih-benih akidah Islamiyah.

Setelah akidah Islamiya itu tumbuh dan mengakar di hati, baru Allah menurunkan ayat-ayat yang memerintah berakhlak yang baik dan mencegah perbuatan keji dan mungkar untuk membasmi kejahatan serta kerusakan sampai ke akarnya. Juga ayat-ayat yang menerangkan halal haram pada makanan, minuman, harta benda, kehormatan, darah/pembunuh dan sebagainya. Begitulah Qur’an diturunkan sesuai dengan kejadian-kejadian yang mengiringi perjalanan jihad panjang kaum muslimin dalam memperjuangkan agama Allah di muka bumi. Dan ayat-ayat itu tak henti-henti memotivasi mereka dalam perjuangan ini. Mari kita simak contoh-contoh di bawah ini:

A. Surat Al An’am adalah surat makiyah karena turun di Mekah. Isinya menjelaskan perkara iman, akidah tauhid, bahaya syirik, dan menerangkan apa yang halal dan haram, firman Allah Ta'ala:

“Katakanlah: “Marilah saya bacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami yang akan memberi rizki kamu dan mereka.” (Al An’am:152)

Kemudian, ayat-ayat yang menerangkan hukum-hukum secara rinci, baru menyusul turun di Madinah; seperti tentang utang piutang dan pengharaman riba. Juga tentang zina, itu diharamkan di Mekkah, yaitu ayat:

“Jangan kau mendekati zina. Karena sesungguhnya zina satu perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan.” (Al Isra:32)

Tapi, ayat-ayat yang merinci hukuman bagi orang yang melakukan zina turun di Madinah kemudian.
B. Tentang undang-undang pengharaman khamer, yang pertama kali turun ialah ayat:

“Dan dari buah kurma serta anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik …” (An-Nahl:67)

Kemudian yang turun berikutnya ialah ayat:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah bahwa pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya lebih besar dari pada manfaatnya.” (Al-Baqarah:219)

Di dalam ayat itu dikatakan bahwa khamer itu mengandung manfaat yang temporal sifatnya, dan bahayanya lebih besar bagi tubuh, bisa merusak akal, pemborosan harta benda, dan bisa menimbulkan berbagai macam masalah kejahatan serta kemaksiatan di masyarakat. Setelah itu turun ayat yang melarang mabuk ketika shalat.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian shalat ketika kalian dalam keadaan mabuk sampai kalian mengerti apa yang kalian ucapkan.” (An-Nisaa’:43)

Setelah mereka tahu dan menyadari bahwa mabuk saat shalat diharamkan, kemudian turun ayat yang lebih tegas lagi:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamer, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Oleh kraena itu, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al Maidah:90)

Untuk lebih menjelaskan lagi bahwa turunnya Qur’an secara berangsur-angsur, ialah apa yang dikatakan Bunda Aisyah berikut:

“Sesungguhnya yang pertama kali turun ialah surat dari surat-surat mufashal yang di dalamnya disebutkan perihal surga dan neraka, sehingga jika manusia telah kembali/masuk Islam, maka turunlah surat yang menyebutkan tentang halal haram. Nah, sekiranya yang mula-mula turun ialah ayat yang berbunyi: janganlah kamu minum khamer, pasti mereka berkata: kami tidak akan meninggalkan kebiasaan minum khamer selama-lamanya. Dan seandainya yang turun itu ayat yang berbunyi: jangan berzina, niscaya mereka menjawab: kami tidak akan meninggalkan kebiasaan berzina selama-lamanya.” (HR.Bukhari)

((Sumber: “Pemahaman Al Qur’an”, Syaikh Muhammad Ibnu Jamil Zainu. Penerbit: Gema Risalah Press, Bandung; Cet. Pertama: September 1997, hal.47-51))
Sumber: http://salafiyunpad.wordpress.com/
http://faisalchoir.blogspot.com/2012/08/hikmah-diturunkannya-al-quran-secara.html