Tampilkan postingan dengan label syair. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label syair. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 Maret 2015

Nasehat Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah

Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :
 
“Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian. Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku.  

Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya. Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat. Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak pula melarang dari memaksiati-Nya. Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan kekhilafan. Maka terus meneruslah berada pada majelis-majelis dzikir (majelis ilmu), semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kalian. Bisa jadi ada satu kata yang terdengar dan kata itu merendahkan diri kita namun sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.” 

(Mawai’zh lilImam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185-187)
http://faisalchoir.blogspot.com/2011/06/nasehat-al-imam-hasan-al-bashri.html

Butir-Butir Nasehat Indah



كم من مُذَكِّر بالله وهو ناس لله
وكم من مُخَوِّف من الله وهو جريء على الله
وكم من مُقَرِّب إلى الله وهو بعيد عن الله
وكم من داع إلى الله فار من الله
وكم من تالٍ لكتاب الله وهو منسلخ عن آيات الله
...اللهم اني أعوذ بك من علم لا ينفع 

"Betapa banyak orang yang mengingatkan manusia kepada Allah, 
 namun dia sendiri lupa kepada Allah..."

"Betapa banyak orang yang memperingatkan manusia agar takut kepada Allah,
 namun dia sendiri adalah orang yang berani menentang Allah..."

"Betapa banyak orang yang mengajak manusia agar dekat kepada Allah,
namun dia sendiri sangat jauh dari Allah..."

"Betapa banyak orang yang mengajak manusia kepada Allah,
namun dia sendiri adalah orang yang lari dari Allah.."


"Dan betapa banyak orang yang membaca kitabullah,
namun dia adalah orang lalai dari ayat-ayat Allah..."

“Ya Allah... Sungguh aku berlindung kepada Mu...
 dari ilmu yang tidak bermanfaat...

قاله ابن السماك رحمه الله

Bait-bait ini diucapkan oleh Ibnus Samak rahimahullah

Penulis: Abu Fauzan Hanif Nur Fauzi hafizhahullah
http://hanifnurfauzi.wordpress.com/
____________________
Disalin dari artikel facebook Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150096743026123
http://faisalchoir.blogspot.com/2011/05/butir-butir-nasehat-indah.html

Wasiat-Wasiat Generasi Salaf

Oleh Abu Ihsan al Atsari
Allah Ta`ala berfirman dalam kitab-Nya:
ayat130.jpg
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-taubah : 100)

Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta`ala memberi pujian kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya dalam mengemban risalah ilahi.
Pujian Allah tersebut, sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau kelebihan mereka. Merekalah generasi salaf yang disebut sebagai generasi Rabbani yang selalu mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam.
Dengan menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah, "Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik." Sungguh sebuah ucapan yang pantas ditulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil generasi terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan niscaya kebahagiaan akan menyongsong mereka.
Dalam kesempatan kali ini, kami akan mengupas bagaimana para salaf menyucikan jiwa mereka, yang kami nukil dari petikan kata-kata mutiara dan hikmah yang sangat berguna bagi kita.
Salaf dan Tazkiyatun Nufus
Salah satu sisi ajaran agama yang tidak boleh terlupakan adalah tazkiyatun nufus (penyucian jiwa). Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu menyebutan tazkiyatun nufus bersama dengan ilmu. Allah Ta'ala berfirman:
ayat223.jpg
Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 151)
Artinya, ilmu itu bisa jadi bumerang bila tidak disertai dengan tazkiyatun nufus. Oleh sebab itu dapat kita temui dalam biografi ulama salaf tentang kezuhudan, keikhlasan, ketawadhu`an dan kebersihan jiwa mereka. Begitulah, mereka selalu saling mengingatkan tentang urgensi tazkiyatun nufus ini. Dari situ kita dapati ucapan-ucapan ulama salaf sangat menghunjam ke dalam hati dan penuh dengan hikmah. 
Hamdun bin Ahmad pernah ditanya: “Mengapa ucapan-ucapan para salaf lebih bermanfaat daripada ucapan-ucapan kita?” Beliau menjawab: “Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan mencari ridha Ar-Rahman, sementara kita berbicara untuk kemuliaan diri, mengejar dunia dan mencari ridha manusia!”
Salaf dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu
Imam Adz-Dzahabi berkata: Ya`qub bin Ishaq Al-Harawi menceritakan dari Shalih bin Muhammad Al-Hafizh, bahwa ia mendengar Hisyam bin Ammar berkata: Saya datang menemui Imam Malik, lalu saya katakan kepadanya: “Sampaikanlah kepadaku beberapa hadits!” Beliau berkata: “Bacalah!” “Tidak, namun tuanlah yang membacakannya kepadaku!” jawabku.

Bacalah! kata Imam Malik lagi. Namun aku terus menyanggah beliau. Akhirnya ia berkata: “Hai pelayan, kemarilah! Bawalah orang ini dan pukul dia lima belas kali!” Lalu pelayan itu membawaku dan memukulku lima belas cambukan. Kemudian ia membawaku kembali kepada beliau. Pelayan itu berkata: “Saya telah mencambuknya!” Maka aku berkata kepada beliau: “Mengapa tuan menzhalimi diriku? tuan telah mencambukku lima belas kali tanpa ada kesalahan yang kuperbuat? Aku tidak sudi memaafkan tuan!”
”Apa tebusannya?” tanya beliau. “Tebusannya adalah tuan harus membacakan untukku sebanyak lima belas hadits!” jawabku. Maka beliaupun membacakan lima belas hadits untukku. Lalu kukatakan kepada beliau: “Tuan boleh memukul saya lagi, asalkan tuan menambah hadits untukku!” Imam Malik hanya tertawa dan berkata: “Pergilah! “
Salaf dan Keikhlasan
Generasi salaf adalah generasi yang sangat menjaga aktifitas hati. Seorang lelaki pernah bertanya kepada Tamim Ad-Daari tentang shalat malam beliau. Dengan marah ia berkata: “Demi Allah satu rakaat yang kukerjakan di tengah malam secara tersembunyi, lebih kusukai daripada shalat semalam suntuk kemudian pagi harinya kuceritakan kepada orang-orang!”
Ar-Rabi` bin Khaitsam berkata: “Seluruh perbuatan yang tidak diniatkan mencari ridha Allah, maka perbuatan itu akan rusak!”
Mereka tahu bahwa hanya dengan keikhlasan, manusia akan mengikuti, mendengarkan dan mencintai mereka.
Imam Mujahid pernah berkata: “Apabila seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan menghadapkan hati manusia kepadanya.”
Memang diakui, menjaga amalan hati sangat berat karena diri seakan-akan tidak mendapat bagian apapun darinya. Sahal bin Abdullah berkata: “Tidak ada satu perkara yang lebih berat atas jiwa daripada niat ikhlas, karena ia (seakan-akan -red.) tidak mendapat bagian apapun darinya.”
Sehingga Abu Sulaiman Ad-darani berkata:” Beruntunglah bagi orang yang mengayunkan kaki selangkah, dia tidak mengharapkan kecuali mengharap ridha Allah!"
Mereka juga sangat menjauhkan diri dari sifat-sifat yang dapat merusak keikhlasan, seperti gila popularitas, gila kedudukan, suka dipuji dan diangkat-angkat.
Ayyub As-Sikhtiyaani berkata: “Seorang hamba tidak dikatakan berlaku jujur jika ia masih suka popularitas.”
Yahya bin Muadz berkata: “Tidak akan beruntung orang yang memiliki sifat gila kedudukan.” 
Abu Utsman Sa`id bin Al-Haddad berkata: “Tidak ada perkara yang memalingkan seseorang dari Allah melebihi gila pujian dan gila sanjungan.”
Oleh karena itulah ulama salaf sangat mewasiatkan keikhlasan niat kepada murid-muridnya. Ar-Rabi` bin Shabih menuturkan: Suatu ketika, kami hadir dalam majelis Al-Hasan Al-Bashri, kala itu beliau tengah memberi wejangan. Tiba-tiba salah seorang hadirin menangis tersedu-sedu. Al-Hasan berkata kepadanya: “Demi Allah, pada Hari Kiamat Allah akan menanyakan apa tujuan anda menangis pada saat ini!”
Salaf dan Taubat
Setiap Bani Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat kepada Allah. Demikianlah yang disebutkan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits shahih. Generasi salaf adalah orang yang terdepan dalam masalah ini!
`Aisyah berkata: “Beruntunglah bagi orang yang buku catatan amalnya banyak diisi dengan istighfar.” 
Al-Hasan Al-Bashri pernah berpesan: “ Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di jalan, di pasar dan dalam majelis-majelis kalian dan dimana saja kalian berada! Karena kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan!”
Tangis Generasi Salaf
Generasi salaf adalah generasi yang memiliki hati yang amat lembut. Sehingga hati mereka mudah tergugah dan menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala. Terlebih tatkala membaca ayat-ayat suci Al-Qur`an.
Ketika membaca firman Allah: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu.” (QS. Al-Ahzab : 33) `Aisyah menangis tersedu-sedu hingga basahlah pakaiannya.
Demikian pula Ibnu Umar , ketika membaca ayat yang artinya: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (QS. Al-Hadid : 16) Beliau menangis hingga tiada kuasa menahan tangisnya.
Ketika beliau membaca surat Al-Muthaffifin setelah sampai pada ayat yang artinya: “Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam.” (QS. Al-Muthaffifiin : 5-6) Beliau menangis dan bertambah keras tangis beliau sehingga tidak mampu meneruskan bacaannya.
Salaf dan Tawadhu`
Pernah disebut-sebut tentang tawadhu` di hadapan Al-Hasan Al-Bashri, namun beliau diam saja. Ketika orang-orang mendesaknya berbicara ia berkata kepada mereka: “Saya lihat kalian banyak bercerita tentang tawadhu`!” Mereka berkata: “Apa itu tawadhu` wahai Abu Sa`id?” Beliau menjawab: “Yaitu setiap kali ia keluar rumah dan bertemu seorang muslim ia selalu menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.”
Ibnul Mubarak pernah ditanya tentang sebuah masalah di hadapan Sufyan bin Uyainah, ia berkata: “Kami dilarang berbicara di hadapan orang-orang yang lebih senior dari kami.”

Al-Fudhail bin Iyadh pernah ditanya: “Apa itu tawadhu`?” Ia menjawab: “Yaitu engkau tunduk kepada kebenaran!”
Mutharrif bin Abdillah berkata: “Tidak ada seorangpun yang memujiku kecuali diriku merasa semakin kecil.”
Salaf dan Sifat Santun
Pada suatu malam yang gelap Umar bin Abdul Aziz memasuki masjid. Ia melewati seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak. Lelaki itu terbangun dan berkata: “Apakah engkau gila!” Umar menjawab: “Tidak “ Namun para pengawal berusaha meringkus lelaki itu. Namun Umar bin Abdul Aziz mencegah mereka seraya berkata: “Dia hanya bertanya: Apakah engkau gila! dan saya jawab: Tidak.”
Seorang lelaki melapor kepada Wahab bin Munabbih: “Sesungguhnya Fulan telah mencaci engkau!” Ia menjawab: “Kelihatannya setan tidak menemukan kurir selain engkau!”
Salaf dan Sifat Zuhud
Yusuf bin Asbath pernah mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan terhadap kekuasaan. Kita banyak menemui orang-orang yang zuhud dalam masalah makanan, minuman, harta dan pakaian. Namun ketika diberikan kekuasaan kepadanya maka iapun akan mempertahankan dan berani bermusuhan demi membelanya.”
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki seribu dinar apakah termasuk zuhud? Beliau menjawab:” Bisa saja, asalkan ia tidak terlalu gembira bila bertambah dan tidak terlalu bersedih jika berkurang.”
Demikianlah beberapa petikan mutiara salaf yang insya Allah berguna bagi kita dalam menuju proses penyucian jiwa. Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan dalam meniti jejak generasi salaf dalam setiap aspek kehidupan.
Maraji’: salafyoon
http://abuzubair.wordpress.com/2007/08/29/wasiat-wasiat-generasi-salaf/
http://faisalchoir.blogspot.com/2011/06/wasiat-wasiat-generasi-salaf.html

Setetes Air Di Tengah Samudera



Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
Kelezatan mengikuti rasa cinta. Ia akan menguat mengikuti menguatnya cinta dan melemah pula seiring dengan melemahnya cinta. 
Setiap kali keinginan terhadap al-mahbub (sosok yang dicintai) serta kerinduan kepadanya menguat maka semakin sempurna pula kelezatan yang akan dirasakan tatkala sampai kepada tujuannya tersebut. 
Sementara rasa cinta dan kerinduan itu sangat tergantung kepada ma’rifah/pengenalan dan ilmu tentang sosok yang dicintai. 
Setiap kali ilmu yang dimiliki tentangnya bertambah sempurna maka niscaya kecintaan kepadanya pun semakin sempurna. 
Apabila kenikmatan yang sempurna di akherat serta kelezatan yang sempurna berporos kepada ilmu dan kecintaan, maka itu artinya barangsiapa yang lebih dalam pengenalannya dalam beriman kepada Allah, nama-nama, sifat-sifat-Nya serta -betul-betul meyakini- agama-Nya niscaya kelezatan yang akan dia rasakan tatkala berjumpa, bercengkerama, memandang wajah-Nya dan mendengar ucapan-ucapan-Nya juga semakin sempurna. 
Adapun segala kelezatan, kenikmatan, kegembiraan, dan kesenangan -duniawi yang dirasakan oleh manusia- apabila dibandingkan dengan itu semua laksana setetes air di tengah-tengah samudera. 
Oleh sebab itu, bagaimana mungkin orang yang berakal lebih mengutamakan kelezatan yang amat sedikit dan sebentar bahkan tercampur dengan berbagai rasa sakit di atas kelezatan yang maha agung, terus-menerus dan abadi. 
Kesempurnaan  seorang hamba sangat tergantung pada dua buah kekuatan ini; kekuatan ilmu dan rasa cinta. Ilmu yang paling utama adalah ilmu tentang Allah, sedangkan kecintaan yang paling tinggi adalah kecintaan kepada-Nya. 
Sementara itu kelezatan yang paling sempurna akan bisa digapai berbanding lurus dengan dua hal ini [ilmu dan cinta], Allahul musta’aan.
(al-Fawa’id, hal. 52)
http://abumushlih.com/laksana-setetes-air-di-tengah-samudera.html/
http://faisalchoir.blogspot.com/2011/06/setetes-air-di-tengah-samudera_04.html

Kata-Kata Mutiara


Dengan merendah, ku terangkat tinggi

Karena meninggi, ku jadi rendah diri


— —

Ketika merasa alim, aku dalam kejahilan

Karena rasa jahilkulah, tanda kealiman


— —

Besar hatiku… ketika ku anggap kecil masalahku…

Besarnya permasalahan… adlh tanda kecilnya pengharapan…


— —

saat ku rasa dlm kebebasan, ternyata ku dalam penghambaan

Adakah selain menghamba pada Ar-Rohman, atau menghamba pada setan?!


— —

Perasaan kaya, adalah biang kefakiran

Siapa merasa kaya thd amalan, pasti akan fakir pahala kebaikan


— —

Saat datang kesedihan, berarti ku nanti kebahagiaan

Adakah kesedihan, tanpa percikan kebahagiaan?!


— —

Ketika ku ahli dalam sesuatu, aku bodoh dalam hal lainnya

Tiada yang sempurna ilmunya, selain Alloh yg Maha Esa


— —

saat ku kejar dunia, ia seakan lari

saat ku harus meninggalkannya, ia malah datang menggoda hati


— —

Dan makin jauh perjalanan hidupku, adalah makin dekatnya ajalku

Ya Alloh… Jadikanlah akhir kematianku itu awal kehidupanku

__________________


SURGA…

Kata yang indah di pendengaran

Kata yang selalu jadi impian dan tujuan

Tapi sadarkah mereka akan tuntutan

Ataukah hanya ingin ambil hak, tanpa hiraukan kewajiban…?!


… …

Sungguh suatu impian yang mempesona

Sungguh suatu tujuan yang mulia

Hanya jalan mana yang harus ditelusuri

Ternyata banyak persimpangan yang menggoda hati


… …

Banyak yang mengaku aku di atas sunnah

Banyak yang mengaku akulah pahlawan ummah

Tapi tahukah mereka kandungan maknanya

Bahkan sadarkah mereka ketika mengucapknya


… …

Pengakuan hanya sekedar pengakuan

Tuduhan hanya sekedar tuduhan

Seakan pujian khusus untuk mereka

Sedangkan tuduhan akulah sampahnya..!!

________________________

PETUAH IMAM SYAFI’I dalam SALAH SATU SYA’IR-NYA

(Alih bahasa oleh: Abu Abdillah Addariny)

Biarkan hari-hari wujudkan kehendaknya

Tapi baguskan hati, ketika sang takdir jatuhkan keputusannya

Jangan panik dengan kelamnya bencana

Karena bencana dunia tidaklah akan selamanya

_ _

Jadilah pribadi yang tegar menghadapi goncangan hidup

Dengan sifat pemaaf dan tepat janji sebagai pegangan hidup

_ _

Tidaklah akan kekal suatu kesedihan,

Begitu pula halnya dengan indahnya kebahagiaan

Tak mungkin langgeng beratnya kefakiran,

Tidak pula halnya dengan sebongkah kekayaan

_ _

Jika hati yang qona’ah tak kau punya

Maka, apalah bedanya kau dengan pemuja dunia

Dan jika ajal bersua, Tidaklah bumi mampu melindungi

Tidak pula langit mampu mengayomi!

_ _

(sedalam apapun makna sebuah pesan, apalah artinya jika kering dari perenungan! Maka ulangi, renungi, dan dalami petuah di atas, bi-idznillah, jalan kesuksesan akan terhampar luas!)
________________________

IMAM SYAFI’I rohimahulloh:

نُعِيبُ زمانَنا والعيبُ فِيناَ وما لِزَماننا عيبٌ سواناَ

ونَهْجُو ذَا الزَّمانَ بغيرِ ذنبٍ ولو نطق الزَّمانُ لنا هجاناَ

وليس الذئبُ يأكل لحمَ ذئبٍ ويأكل بعضُنا بعضاً عياناَ

Kita selalu mencela zaman ini, pdhl (sebenarnya) pd diri kitalah aibnya

Dan tak ada aib pada zaman ini, kecuali kitalah orangnya


-

Kita selalu menghujat zaman ini, padahal tak ada dosa padanya

Andaikan ia mampu bicara, tentulah ia yang menghujat kita


-

Serigala saja tidak sampai hati, makan daging kawannya

Tapi di depan mata, kita malah saling memangsa satu dg lainnya

___________________

IMAM AHMAD rohimahulloh:

دينُ النبي محمد أخبار نِعْمَ المطيّة للفتى آثار

لا ترغبن عن الحديث وأهله فالرأي ليل والحديث نهار

ولربما جهل الفتى أثر الهدى والشمس بازغة لها أنوار

Syariat Nabi Muhammad, adalah (apa yg terkandung dalam) sabdanya

Dan sebaik-baik kendaraan (hidup) bagi seseorang adalah atsar-nya


-

Janganlah kau benci Hadits dan para ahlinya

Karena pendapat (orang) itu ibarat malam, sedang hadits itu siangnya


-

Bisa jadi seseorang tidak tahu jalan petunjuknya

Padahal matahari sedang terang benderang dengan sinarnya


——

SABIQ AL-BARBARIY rohimatulloh:


العلمُ فيه حياةٌ للقلوبِ كما تَحْيا البلادُ إذا ما مسَّها المطرُ

Di dalam ilmu, terdapat kehidupan untuk hati penuntutnya,

sebagaimana bumi menjadi hidup ketika hujan menyiraminya


—–

SHOLIH BIN HAYYAN AL-LAKHMIY rohimahulloh:


تَعَلَّمْ فإنَّ العلمَ أزْيَنُ للفتى من الحُلَّة الحسناءَ عند التَّكلُّم

Belajarlah, karena ilmu itu lebih menghias pemuda dalam berkata,

dari pada sekedar pakaian yang mempesona (orang yang melihatnya)

***
Sumber: http://addariny.wordpress.com/category/hikmah/
http://faisalchoir.blogspot.sg/2011/05/kata-kata-mutiara.html

Bait-Bait Sya'ir Indah..



SYAIR DARI ABUL ASWAD ADDU’ALI

يا أيها الرجل المعلم غيره *** هلا لنفسك كان ذا التعليم
أتراك تلقح بالرشاد عقولنا *** صفة وأنت من الرشاد عديم
لا تنه عن خلق وتأتي مثله *** عار عليك إذا فعلت عظيم
ابدأ بنفسك فانهها عن غيها *** فإذا انتهت عنه فأنت حكيم
فهناك ينفع إن وعظت ويقتدى *** بالقول منك وينفع التعليم

Wahai orang yang mengajari orang lain

Tidakkah kau mengajari dirimu dulu (sebelum orang lain)


Pantaskah kau tanamkan pada akal kami “sifat mulia”

Tapi ternyata, pada dirimu sendiri sifat itu tidak ada


Janganlah melarang akhlak (yang buruk), tapi kau sendiri melakukannya

Sungguh sangat tercela, jika kau tetap saja mengerjakannya


Mulailah dari dirimu, dan lepaskanlah kotorannya

Karena engkaulah sang bijaksana, jika kau telah lepas darinya


Saat itulah, nasehat dan didikanmu kan berguna

Begitu pula ucapanmu, kan banyak orang yg mengikutinya
===========================================
.
Cuplikan SYA’IR  IBNUL WIRDI
 
اعتزل ذكر الأغاني والغزل *** وقل الفصل وجانب مَنْ هزل
واهجر الخمرة إن كنت فتى *** كيف يسعى في جنونٍ من عقل
ليس من يقطعُ طرْقاً بطلاً *** إنَّما من يتقي اللهُ البطل
اطلب العلم ولا تكسل فما *** أبعد الخير على أهل الكسل
لا تقل قد ذهبت أربابه *** كل من سار على الدرب وصل
اطرح الدنيا فمن عاداتها *** تخفض العالي وتعلي من سفل
لا تقل أصلي وفصلي أبدا *** إنما أصل الفتى ما قد حصل
ليس يخلو المرء من ضدٍّ ولو *** حاول العزلة في رأس الجبل
غِبْ وزُرْ غِبًّا تزد حبًّا  فمن *** أكثر الترداد أقصاه الملل
حبك الأوطان عجز ظاهر*** فاغترب تلق عن الأهل بدل
فبمكث الماء يبقى آسناً *** وسرى البدر به البدر اكتمل
Menjauhlah dari nyanyian dan puisi cinta

Katakan selamat tinggal, dan hindarilah orang yang (sering) canda


Jauhilah semua yang memabukkan, jika memang kalian pemuda

Bagaimana orang yang berakal ingin membuat dirinya gila


Perampok jalanan bukanlah pemberani

Tapi yang bertakwa pada Alloh, dialah sang pemberani


Tuntutlah ilmu dan jangan malas-malasan

Karena begitu jauhnya pemalas dari kebaikan


Jangan katakan: Para imamnya ilmu telah pergi

Karena setiap orang yang berjalan di atas rel, pasti akan sampai


Campakkanlah dunia, karena kebiasaannya

Menghinakan orang yang mulia, dan memuliakan orang yang hina


Jangan sekali-kali kau katakan “inilah asalku dan leluhurku (yang mulia)”

Karena asal (kemuliaan) pemuda ditentukan oleh apa yang dicapainya


Siapapun takkan selamat dari permusuhan

Meski ia berusaha menyendiri di puncak pegunungan


Menjauh dan menjauhlah, niscaya engkau akan lebih mendapat kecintaan

Siapapun yang sering berjumpa, ujung-ujungnya adalah kebosanan


Kecintaanmu untuk (menetap) di daerah adalah kelemahan yang nyata

Merantaulah, niscaya kau kan dapatkan gantinya keluarga


(Perhatikanlah…), bagaimana air bisa rusak karena menetapnya

Sedang bulan terus berjalan hingga bisa menjadi purnama
===========================================
.
SYAIR TENTANG HIJAB ADALAH KEMULIAAN BAGI WANITA

يا حرة عرفت بالأمس عالية *** واليوم يبغونها للهو واللعب
لا يستوي من رسول الله قائده *** دوما وآخر يهديه أبو لهب
وأين من كانت الزهراء قدوتها *** ممن تقف خطا حمالة الحطب
إن الحياء من الإيمان فاتخذي *** منه حليك يا أختاه واحتسبي
فلا تبالي بما قالوه من شبه *** وعندك العقل إن تدعيه يستجب
فاستمسكي بعرى الإيمان وارتفعي *** بالنفس عن طغاة الشر واجتنبي

Wahai wanita merdeka yang kemarin begitu mulia

Tapi sekarang mereka ingin jadikan sebagai obyek hiburan dan mainannya


Tidaklah sama orang yang selalu menjadikan Rosululloh sebagai tauladannya

dengan orang yang menjadikan Abu Lahab sebagai panutannya


Mana (yang lebih mulia), wanita yang Aisyah sebagai contohnya

ataukah wanita yang pembawa kayu bakar (istri Abu Lahab) sebagai titian jalannya


Wahai saudariku, sungguh rasa malu adalah bagian dari Iman

maka ambillah ia sebagai penghias, dan berharaplah pahala dari Tuhan


Jangan hiraukan ocehan syubhat mereka

karena kau punya akal yang dapat menjawabnya


Berpeganglah dengan tali Iman, dan raihlah kemuliaan jiwa

yang suci dari (zina) puncaknya kekejian dan menjauhlah engkau darinya
===========================================
.
SYAIR IMAM SYAFI’I, YANG DILANTUNKANNYA MENJELANG WAFATNYA

ولما قسا قلبي وضاقت مذاهبي *** جعلت الرجا مني لعفوك سلما
تعاظمني ذنبي فلما قرنته *** بعفوك ربي كان عفوك أعظما
وما زلتَ ذا عفو ولم تزل *** تجود وتعفو منة وتكرما

Ketika telah keras hatiku dan menjadi sempit jalan hidupku

Ku jadikan harapanku sebagai tangga menuju ampunan-Mu


Kulihat dosaku seakan begitu besar

tapi saat kusandingkan dengan ampunan-Mu, ternyata ampunan-Mu (jauh) lebih besar


Engkau selalu dan akan terus memaafkan

Serta memberi dengan anugerah dan kemurahan

http://faisalchoir.blogspot.com/2011/06/syair-dari-abul-aswad-adduali-wahai.html