Penyusun: Ummu Rumman
Muraja’ah: Ust. Aris Munandar
Saudariku, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Janganlah
kalian saling dengki, saling menipu, saling benci membenci, saling
membelakangi, jangan menjual atas penjualan orang lain, dan jadilah
kalian hamba Allah yang bersaudara.
Sesama Muslim itu bersaudara.
Oleh karena itu, jangan menganiaya, merendahkannya, dan menghinanya.
Taqwa itu ada di sini (sambil menunjuk dadanya, beliau mengucapkannya
tiga kali).
Seseorang cukup dianggap jahat apabila ia menghina
saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain haram
mengganggu darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
“Laa tahaasaduu…” atau janganlah kalian dengki antara satu dengan
yang lain. Dengki adalah tidak senang kepada orang lain yang diberi
nikmat oleh Allah. Misalnya, engkau tidak senang ketika Allah memberi
nikmat kepada seseorang, baik yang berupa harta, keturunan, istri,
ilmu, ibadah, maupun yang lainnya, baik kamu berharap agar nikmat itu
hilang darinya maupun tidak. (Lihat Syarah Riyadush Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)
Mungkin engkau akan mengatakan betapa sulitnya untuk tidak hasad.
Bukankah setiap orang itu memiliki harapan, maka wajar dan manusiawi
jika kemudian ia merasa iri karena nikmat yang ia harapkan justru
didapat oleh orang lain. Dan siapa pula yang bisa terbebas dari rasa
hasad?
Saudariku, benarlah apa yang kau katakan.
Membebaskan hati dari hasad adalah perkara yang sangat berat. Tidak
akan terbebas darinya kecuali mereka yang dijaga Allah. Maka sungguh tepat apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, “Jasad tidak pernah kosong dari hasad, yang buruk adalah yang menampakkannya dan yang mulia adalah yang menyembunyikannya.”
Allah memerintahkan kita di Al Qur’an surah Al Falaq ayat 5
agar kita berlindung kepada Allah dari kejahatan orang yang dengki
apabila ia dengki. Allah menyebutkan pendengki ini akan berpengaruh
kedengkiannya tatkala ia dengki saja. Karena terkadang seseorang yang
memiliki rasa dengki, tapi kemudian ia mendiamkannya, maka rasa
dengkinya itu tidak akan menimbulkan pengaruh jahat.
Maka, apa yang harus kita lakukan ketika hasad menyerang ???
1. Mendiamkan dan menyembunyikannya.
Janganlah
sekali-kali engkau tampakkan rasa hasadmu, baik kepada orang yang
engkau dengki maupun pada orang lain. Cegahlah agar jangan sampai
hasadmu terwujud menjadi usaha untuk menghilangkan nikmat dari orang
yang engkau dengki. Baik hanya sekedar menghilangkan atau agar nikmat
itu berpindah pada dirimu. Ketahuilah, ini adalah sejelek-jelek hasad!
2. Berdoa memohon kepada Allah agar hasad itu dihilangkan dari hati kita.
Bagaimanapun
rasa hasad tidak boleh dibiarkan tetap ada. Karena bisa jadi ketika
iman kita sedang lemah, maka setan akan berupaya agar kita berbuat
jahat disebabkan rasa hasad tersebut.
“Ya Rabb Kami,
beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih
dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
Kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb Kami, Sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Hasyr: 10)
3. Berusaha ridho dengan takdir Allah.
Orang
yang hasad berarti ia menentang takdir dan ketetapan Allah. Setiap
manusia yang lahir ke dunia, telah Allah tetapkan rezekinya. Dan
sesungguhnya Allah membagi rezekidan nikmat-Nya dengan ilmu-Nya. Dengan
hikmah-Nya Allah Memberi kepada siapa saja yang Dia hendaki, dan
dengan keadilan-Nya Dia tidak memberi kepada siapa saja yang Dia
hendaki. Dia berbuat sekehendak-Nya, namun tidaklah sekali-kali Dia
mendzalimi hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,
“Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.(Qs.Al Furqon:2)
Saudariku,
pupuklah rasa qona’ah dan syukur dalam dirimu. Janganlah engkau resah
dengan sesuatu yang memang bukan untukmu. Apa yang diberikan Allah
untukmu, itulah yang terbaik untukmu. Apa yang tidak diberikan Allah,
bisa jadi memang bukan hal yang kita butuhkan, bahkan bisa menimbulkan
kemudharatan bagi kita. Kita memohon kepada Allah hati, lisan dan
badan yang senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya. Kita memohon pula
agar Allah menjadikan hati kita ridha dengan takdir-Nya.
4. Berbuat baik kepada orang yang kita dengki
Tersenyumlah!
Pasanglah wajah yang cerah, ucapkan salam dan ucapkanlah perkataan
yang baik padanya! Saudariku, berbuat baik kepada orang yang kita
dengki memang perkara yang sulit, tetapi insya Allah ini adalah salah
satu obat mujarab untuk mengobati penyakit hasad di hatimu.
Semakin
engkau merasa penyakit hasadmu bertambah parah, maka berusahalah
untuk semakin bersikap baik padanya. Awalnya memang terasa sulit dan
harus dipaksakan. Tapi begitulah, meski pahit tetapi ia menyembuhkan.
Bahkan bila engkau mau, berilah ia hadiah. Karena hadiah bisa lebih
mendekatkan hubungan. Jika engkau tidak mampu, maka ada hadiah lain
yang tak kalah istimewa. Doakanlah kebaikan baginya. Dan semoga engkau
pun akan mendapatkan kebaikan sebagaimana kebaikan yang engkau
inginkan bagi dirinya.
Tanamkan dalam hati kewajiban menginginkan
untuk saudaramu sesama muslim yang kita inginkan untuk diri kita
sendiri, sehingga seharusnya ia turut bahagia ketika melihat
saudaranya mendapatkan nikmat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (Muttafaqun Alaihi)
Ibnu Rajab berkata,
“Dan yang demikian itu termasuk tingkatan iman yang tertinggi, dan
pelakunya adalah orang yang sempurna imannya, yang mencintai bagi
saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya.”
5. Jadikanlah surga dan ridha Allah sebagai cita-cita tertinggimu.
Salah
satu sebab hasad adalah karena kesempitan hati yang lebih memandang
dunia. Karena itu, cara mengobatinya adalah berusaha zuhud dengan dunia
dan membawa diri ke alam akhirat. Ambillah dunia hanya sebatas
kebutuhan serta hanya digunakan dalam rangka berbuat ketaatan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan
janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami
berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan
dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah
lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. Thoha: 131)
Ketika
seorang muslimah telah menjadikan ridha Allah sebagai tujuan
hidupnya, maka buat apa lagi ia hasad terhadap nikmat yang didapat
orang lain. Karena pikiran, hati dan tubuhnya telah tersibukkan dengan
upaya untuk mendapatkan ridha Allah, mendapatkan keselamatan di
akhirat serta mendapatkan kenikmatan Surga. Surga, yang luasnya seluas
langit dan bumi. Surga, yang di dalamnya tersimpan berbagai
kenikmatan yang menyedapkan mata.
Sesungguhnya
memelihara hasad hanya akan merugikan diri kita sendiri. Ia hanyalah
akan menjadi penambah beban hati. Maka, buanglah ia jauh-jauh dari
hati. Hidup dengan hati yang qona’ah dan selalu bersyukur dengan nikmat
Allah … Inilah yang lebih indah dan menentramkan.
Saudariku,
setiap dari kita sangat menginginkan surga. Maka, jadikanlah usahamu
untuk membebaskan diri dari hasad adalah salah satu usaha untuk
menggapainya. Sebagaimana seorang sahabat yang disebut-sebut Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penghuni surga. Ternyata,
kedudukan mulia itu didapatnya karena kebersihan hatinya dari hasad
terhadap nikmat orang lain. Wallahu Ta’ala a’lam.
Maraji’:
MP3 Kajian “Bala Hasad” oleh ustadz Armen Halim Naro
Syarah Riyadhush Shalihin (edisi Terjemah), Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, penerbit Darul Falah
Tafsir Surat al Falaq (Ust. Muhammad Aunus Shofy), Majalah Al Mawaddah edisi ke-7 tahun ke-1
***
Artikel muslimah.or.id
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/ketika-hasad-menyerang.html