Oleh:Syaikh Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Pertanyaan
Syaikh
Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Bagaimana mengatasi
kedengkian dan bagaimana cara berlindung darinya secara syar’i?
Jawaban
Dengki
adalah penyakit yang berbahaya dan aib yang besar, yaitu menginginkan
hilangnya nikmat Allah dari siapa yang diberi nikmat olehNya dari
makhlukNya. Ini adalah permusuhan terhadap Allah, dan ini adalah salah
satu sifat kaum Yahudi dan kaum kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman.
“Artinya : Orang-orang kafir dari Ahli Kitab
dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu
kebaikan kepadamu dari Rabbmu” [Al-Baqarah : 105]
Dia berfirman.
“Artinya :
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki
yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran” [Al-Baqarah : 109]
Dia berfirman tentang Yahudi yang dengki kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya” [An-Nisa : 54]
Mengatasi
hasad agar lenyap dari manusia ialah dengan meminta perlindungan
kepada Allah darinya dan memintaNya agar menyembuhkannya darinya serta
memperbanyak berdzikir kepada Allah, ketika melihat sesuatu yang
dikaguminya.
Adapun cara mengatasinya dalam hubungannya
dengan orang yang didengki ialah memohon perlindungan kepada Allah dari
keburukan orang yang dengki, membaca Mu’awwidzatain, berdo’a kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertawakal kepadaNya.
MENGHILANGKAN HASAD BERIKUT NODANYA DARI DIRINYA DAN KELUARGANYA
Pertanyaan
Syaikh
Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Bagaimana seseorang dapat
mengenyahkan kedengkian dari dirinya dan keluarganya ?
Jawaban
Dengki
adalah menginginkan hilangnya kenikmatan dari orang yang didengki.
Ini adalah sifat tercela karena termasuk sifat Iblis, sifat Yahudi dan
sifat makhluk terburuk, baik dahulu maupun sekarang. Dan, karena ini
merupakan penentangan terhadap ketentuan Allah dan tidak ridha dengan
pembagianNya.
Setiap muslim harus berusaha membuang dari
dirinya sifat dengki tersebut dengan cara ridha terhadap qadha dan
qadarNya serta mencintai kebaikan yang dimiliki saudaranya sebagaimana
ia mencintai dirinya sendiri, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Tidak beriman salah seorang dari kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri” [Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 13 Kitab Al-Iman]
Ia
mengenyahkan sifat dengki dari dirinya juga dengan sarana-sarana yang
mendatangkan kebaikan baginya, serta menolak keburukan darinya dengan
berbaik sangka kepada Allah dan mengharapkan apa yang terdapat di
sisiNya.
Ia menolak dari dirinya dan keluarganya buruknya
kedengkian orang-orang yang dengki, dengan meminta perlindungan
kepada Allah dari keburukan mereka. Allah telah memerintahkan NabiNya
dalam surah Al-Falaq supaya meminta perlindungan dari keburukan
pedengki ketika dengki. Demikian pula menolak keburukan para pedengki
dengan sedekah, kebaktian, dan berbuat kebajikan kepada kaum fakir
miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Terutama ketika mendapatkan
harta, sedangkan di sisinya terdapat seseorang dari kalangan yang
membutuhkan yang memandangnya, maka hendaknya ia bersedekah kepada
mereka dan menghentikan pandangan mereka kepada apa yang ada di
tangannya. Wallahu ‘alam
[Kitab Ad-Da’wah, Fatwa-fatwa Syaikh Shalih Al-Fauzan, jilid I, hal. 68-69]
[Disalin
dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min
Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-3,
Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerjemah Amir Hamzah, Penerbit Darul
Haq]
http://almanhaj.or.id/content/1818/slash/0