Senin, 19 Mei 2014

Bagaimana Mengatasi Kedengkian Dan Bagaimana Berlindung Darinya Secara Syar'i.

Oleh:Syaikh Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan
Syaikh Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Bagaimana mengatasi kedengkian dan bagaimana cara berlindung darinya secara syar’i?

Jawaban
Dengki adalah penyakit yang berbahaya dan aib yang besar, yaitu menginginkan hilangnya nikmat Allah dari siapa yang diberi nikmat olehNya dari makhlukNya. Ini adalah permusuhan terhadap Allah, dan ini adalah salah satu sifat kaum Yahudi dan kaum kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Rabbmu” [Al-Baqarah : 105]

Dia berfirman.

“Artinya : Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran” [Al-Baqarah : 109]

Dia berfirman tentang Yahudi yang dengki kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya” [An-Nisa : 54]

Mengatasi hasad agar lenyap dari manusia ialah dengan meminta perlindungan kepada Allah darinya dan memintaNya agar menyembuhkannya darinya serta memperbanyak berdzikir kepada Allah, ketika melihat sesuatu yang dikaguminya.

Adapun cara mengatasinya dalam hubungannya dengan orang yang didengki ialah memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan orang yang dengki, membaca Mu’awwidzatain, berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertawakal kepadaNya.

MENGHILANGKAN HASAD BERIKUT NODANYA DARI DIRINYA DAN KELUARGANYA

Pertanyaan
Syaikh Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Bagaimana seseorang dapat mengenyahkan kedengkian dari dirinya dan keluarganya ?

Jawaban
Dengki adalah menginginkan hilangnya kenikmatan dari orang yang didengki. Ini adalah sifat tercela karena termasuk sifat Iblis, sifat Yahudi dan sifat makhluk terburuk, baik dahulu maupun sekarang. Dan, karena ini merupakan penentangan terhadap ketentuan Allah dan tidak ridha dengan pembagianNya.

Setiap muslim harus berusaha membuang dari dirinya sifat dengki tersebut dengan cara ridha terhadap qadha dan qadarNya serta mencintai kebaikan yang dimiliki saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Tidak beriman salah seorang dari kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri” [Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 13 Kitab Al-Iman]

Ia mengenyahkan sifat dengki dari dirinya juga dengan sarana-sarana yang mendatangkan kebaikan baginya, serta menolak keburukan darinya dengan berbaik sangka kepada Allah dan mengharapkan apa yang terdapat di sisiNya.

Ia menolak dari dirinya dan keluarganya buruknya kedengkian orang-orang yang dengki, dengan meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan mereka. Allah telah memerintahkan NabiNya dalam surah Al-Falaq supaya meminta perlindungan dari keburukan pedengki ketika dengki. Demikian pula menolak keburukan para pedengki dengan sedekah, kebaktian, dan berbuat kebajikan kepada kaum fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Terutama ketika mendapatkan harta, sedangkan di sisinya terdapat seseorang dari kalangan yang membutuhkan yang memandangnya, maka hendaknya ia bersedekah kepada mereka dan menghentikan pandangan mereka kepada apa yang ada di tangannya. Wallahu ‘alam

[Kitab Ad-Da’wah, Fatwa-fatwa Syaikh Shalih Al-Fauzan, jilid I, hal. 68-69]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-3, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerjemah Amir Hamzah, Penerbit Darul Haq]


http://almanhaj.or.id/content/1818/slash/0